Senin, 15 Juli 2013

TETAP TEGUH DI ZAMAN PENUH FITNAH


وَاتْلُ مَا أُوحِيَ إِلَيْكَ مِنْ كِتَابِ رَبِّكَ لَا مُبَدِّلَ لِكَلِمَاتِهِ وَلَنْ تَجِدَ مِنْ دُونِهِ مُلْتَحَدًا (27) وَاصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ الَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُ وَلَا تَعْدُ عَيْنَاكَ عَنْهُمْ تُرِيدُ زِينَةَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَلَا تُطِعْ مَنْ أَغْفَلْنَا قَلْبَهُ عَنْ ذِكْرِنَا وَاتَّبَعَ هَوَاهُ وَكَانَ أَمْرُهُ فُرُطًا
Dan bacakanlah apa yang diwahyukan kepadamu, Yaitu kitab Tuhanmu (Al Quran). tidak ada (seorangpun) yang dapat merobah kalimat-kalimat-Nya. dan kamu tidak akan dapat menemukan tempat berlindung selain dari padanya. Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas. [ QS. Al Kahfi 27 – 28 ].
Tidak ada yang menjamin seseorang untuk tetap istiqamah dia atas jalan kebenaran hingga ajal menjemput. Tidak ada yang menjamin bahwa keberadaan seseorang pada jalan perjuangan untuk menegakkan diin ini masih dipegangi hingga ruh melayang. Kita harus senantiasa mengingat hadist Rasulullallah sallallahu alaihi wasallam yang berbunyi ;
إِنَّ قُلُوبَ بَنِي آدَمَ كُلَّهَا بَيْنَ إِصْبَعَيْنِ مِنْ أَصَابِعِ الرَّحْمَنِ، كَقَلْبٍ وَاحِدٍ، يُصَرِّفُهُ حَيْثُ يَشَاءُ» ثُمَّ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «اللهُمَّ مُصَرِّفَ الْقُلُوبِ صَرِّفْ قُلُوبَنَا عَلَى طَاعَتِكَ
“Sesungguhnya hati bani Adam itu semuanya berada di antara dua jemari dari jemari-jemari Ar Rahman seperti satu hati yang Dia bolak-balikan sekehendak-Nya, terus beliau bersabda: “Wahai Dzat Yang membolak-balikan hati arahkanlah hati kami terhadap ketaatan Kepada-Mu.” (HR Muslim no. 2654).
Bahkan salahsatu bentuk fitnah akhir zaman yang sebagiannya hari ini telah terjadi adalah cepatnya seseorang untuk berbolak balik keyakinan. Hal ini sebagaimana sabda Rasulullallah sallallahu alaihi wasallam ;
إِنَّ بَيْنَ يَدَيِ السَّاعَةِ فِتَنًا كَقِطَعِ اللَّيْلِ الْمُظْلِمِ، يُصْبِحُ الرَّجُلُ فِيهَا مُؤْمِنًا، وَيُمْسِي كَافِرًا، وَيُمْسِي مُؤْمِنًا، وَيُصْبِحُ كَافِرًا
“Sesungguhnya menjelang kiamat itu ada banyak fitnah yang bagaikan potongan-potongan malam yang gelap gulita, di mana seorang pria di dalamnya pagi-pagi menjadi mu’min dan di sore hari dia menjadi kafir, dan di sore hari dia mu’min dan pagi hari dia menjadi kafir.” (HR Abu Dawud dan At Tirmidzi).

Sedangkan orang-orang yang dapat kuat dan kokoh saat berbagai ujian menerpa dalam perjuangan adalah orang yang mendapat keutamaan dari Allah. Orang-orang tersebut adalah orang pilihan yang Allah Ta’ala lembutkan hatinya sehingga mudah untuk melaksanakan berbagai kebaikan. Semoga kita dijadikan-Nya orang-orang yang tsabat dan istiqamah di atas perjuangan ini hingga ajal menjemput.
Jalan agar tsabat
Dalam surat al kahfi ayat 27 dan 28 ada beberapa pelajaran yang dapat kita ambil. Semuanya mencakup wasiat dari Allah Ta’ala agar pengusung kebenaran dapat tsabat di atas jalan perjuangan. Diantara pelajaran tersebut adalah ;
Pertama : Wasiat agar kita senantiasa menjadikan al qur’an sebagai pedoman hidup dan bacaan harian. Allah Ta’ala berfirman :
Dan bacakanlah apa yang diwahyukan kepadamu, Yaitu kitab Tuhanmu (Al Quran). tidak ada (seorangpun) yang dapat merobah kalimat-kalimat-Nya. dan kamu tidak akan dapat menemukan tempat berlindung selain dari padanya.
Berkata Ibnu Jarir At Tabari : Allah Ta’ala berfirman untuk nabi-Nya : dan ikutilah wahai Muhammad apa yang telah diturunkan kepadamu dari kitab robmu ini. Dan janganlah sekali-kali meninggalkan untuk membacanya dan mengikuti apa yang ada di dalamnya dari perintah dan larangan-Nya serta beramal dengan hal yang telah di halalkan dan yang diharamkan. Atau jika tidak engkau termasuk orang-orang yang celaka. Yang demikian itu karena menyelisihi dan meninggalkannya akan diberi balasan dengan neraka jahannam. [ Jami’ul bayan fi ta’wilil qur’an pada ayat tersebut ].
Imam As Sa’di dalam tafsirnya : At tilawah adalah al itba’ [ mengikuti ]. Artinya, ikutilah apa yang Allah wahyukan kepadamu dengan mengetahui makna-makna dan pemahamannya, serta membenarkan pemberitaannya, dan melaksanakan apa yang diperintah dan meninggalkan hal-hal yang dilarang. Sesungguhnya ia adalah kitab agung yang tidak ada perubahan pada kata-katanya. [ Taisiri karimir rahman fi tafsiri kalamil manan
Dari penjelasan di atas, maka makna tilawah ada dua hal. Pertama adalah membaca dan menelaa’ahnya dengan kekhusu’an. Serta mentadaburi ayat-ayatnya. Dan yang kedua adalah mengikuti dalam hal-hal yang telah ditetapkannya berupa perintah dan larangan, halal dan haram dan yang lainnya. Dua hal inilah yang akan menjadikan seorang pejuang dapat kuat di atas jalan kebenaran. Dan tidak diragukan lagi bahwa al qur’an adalah sarana yang paling agung untuk menjadikan seseorang dapat kuat dan tsabat di atas kebenaran.
Marilah kita lihat bagaimana Rasulullah salallallahu alaihi wasallam menghasung para sahabatnya untuk membaca al qur’an pada shalat malam mereka yang panjang. Bahkan Allah Ta’ala mewajibkan selama setahun sebagai training pelatihan yang intensif dan keras. Hal itu sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha :
Sesungguhnya Allah mewajibkan qiyamullail pada surat ini [ al muzammil ]. Kemudian Rasulullah dan para sahabatnya melaksanakan selama satu tahun sampai kaki-kaki mereka bengkak. Allah menahan penutup surat ini di langit selama 12 bulan. Kemudian Allah menurunkan keringanan di akhir surat ini sehingga qiyamul lail menjadi sunnah setelah diwajibkan.
Ketahuilah bahwa beban menegakkan diin adalah beban yang berat. ia membutuhkan ruh yang sehat dan kuat. Dan beban iqomatud diin ini tidak akan mampu diusung kecuali oleh para para pemilik bekal yang memadai dengan ruh yang senantiasa dekat dengan penciptanya. Dan bekal yang sangat penting itu adalah qiyamullail dengan membaca ayat-ayat yang panjang, mentadaburi maknanya, hingga menjadikan gizi bagi hatinya untuk dapat tsabat di atas kebenaran.
Kedua : Perintah Allah Ta’ala untuk bersabar dengan orang-orang yang menyeru robnya diwaktu pagi dan sore hari. Sabar dalam ayat ini diterangkan oleh para ulama tafsir, bermakna al-habsu wa ats-tsabat. Yaitu menahan, menetapi, menguatkan. Maknanya adalah: Wahai Muhammad, tahan, tetapkan, dan kuatkan dirimu dan duduklah bersama dengan sahabat-sahabatmu, yaitu orang-orang yang selalu mengingat Allah l. Selalu berdoa (beribadah) kepada Rabbnya di pagi dan sore hari. Mereka adalah orang-orang mukmin, hamba-hamba Allah l yang kembali (bertaubat) kepada-Nya, dan senantiasa mengingat Allah Ta’ala. Sabar yang dimaksud dalam ayat ini adalah sabar dalam melakukan ketaatan kepada Allah Ta’ala. (Al-Baidhawi 3/493, Ath-Thabari 15/234, dan As-Sa’di 1/475).
Mereka itu adalah orang-orang yang senantiasa mengingat Allah dalam berbagai keadaan. Tidak ada yang dituju pada pagi dan sore hari kecuali Allah, syari’atnya dan meninggikan kalimatnya. Disaat orang-orang menghina din Allah, ia mengagungkannya serta berfikir bagaimana ia dapat menolong din Allah Ta’ala. dan tidaklah terlewatkan waktu sedetikpun kecuali mereka berfikir untuk meninggikan diin ini.
Mereka inilah kelompok yang pantas untuk bersabar dengan mereka. Berteman dengan mereka. Dan merekalah kelompok yang layak untuk ditolong dan bahkan bergabung dengan mereka, serta memperbanyak jumlah mereka. Diantara mereka adalah pejuang-pejuang dian Allah dan para ulama’nya. Dengan kedekatan tersebut akan menolong seseorang untuk teguh di atas kebenaran. Rasulullah sallallahu alaihi wasallam bersabda :
الْمَرْءُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلْ
“Seseorang ada di atas agama/perangai temannya maka hendaknya seseorang meneliti siapa yang dia jadikan temannya.” (HR. Ahmad, Abu Dawud dihasankan Asy-Syaikh Al-Albani dalam Ash-Shahihah no. 127).
Ketiga : Janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas. Ini menjadi sebuah konsekwensi dari keimanan, yaitu menjauhi, tidak berteman pada mereka, tidak menambah jumlah mereka serta tidak mendukung mereka dengan perkataan dan perbuatan. Semua ini adalah konsekwensi dari ucapan laa ilaaha illallah.
Ath-Thabari rahimahullah menjelaskan, “Maknanya adalah janganlah kamu mengikuti orang-orang kafir yang berusaha untuk mengusir orang-orang yang senantiasa beribadah di pagi dan petang harinya.” (Tafsir Ath-Thabari, 15/236)
“Serta menuruti hawa nafsunya.”Ath-Thabari rahimahullah berkata, “Yaitu orang-orang yang tidak mau mengikuti perintah Allah Ta’ala dan menjauhi larangan-Nya. Lebih mendahulukan hawa nafsunya ketimbang ketaatan kepada Rabbnya.”As-Sa’di rahimahullah mengatakan, “Yaitu menjadi pengikut hawa nafsunya. Apa yang disukainya, ia pun mengerjakannya serta berusaha untuk menggapainya, walaupun dalam usahanya terdapat kebinasaan dan kerugian. Dengan demikian ia telah menjadikan hawa nafsunya sebagai sesembahan.
intinya lalai di sini adalah orang-orang yang lalai untuk menolong din Allah Ta’ala, meninggikan panji-panjinya, serta lalai dari beribadah kepada-Nya. Mereka lalai dari jihad fisabilillah dan meninggikan panji-panjinya. Mereka itulah para pengikut hawa nafsu dari berbagai kenikmatan dunia.
Tiga wasiat ini Allah sampikan kepada nabi-Nya sallallahu alaihi wasallam untuk dijadikan pelajaran bagi ummatnya. Kita memohon pada Allah Ta’ala untuk menguatkan kita dalam kehidupan dunia dan mentsabatkan kita nanti di hari akhir. Dan semoga Allah Ta’ala senantiasa menggunakan kita sebagai sarana dalam menegakkan din-Nya. [ Amru ].

0 komentar:

Posting Komentar

Form Kritik & Saran

Nama

Email *

Pesan *