AMERICA: Program penggunaan drone AS di bawah kepemimpinan Presiden Barack Obama sudah mencapai ulang tahun kelima pada hari Kamis kemarin. Setelah dihitung, jumlah korban tewas akibat serangan drone AS di bawah kepemimpinan Obama diperkirakan mencapai 2.400 jiwa.
The Bureau of Investigative Journalism (TBIJ), sebuah organisasi nirlaba yang berkantor di Inggris, dalam laman resminya menyatakan bahwa lima tahun yang lalu CIA di bawah kepemimpinan Barack Obama melancarkan serangan pesawat tak berawak untuk yang pertama kalinya. Meskipun disebutkan juga dalam laporan bahwa yang tewas juga terdapat terduga militan, tapi sedikitnya 14 orang yang benar-benar warga sipil telah ikut tewas pada hari itu.
Setelah kesalahan awal yang dilakukan, dalam catatan TBIJ, Obama bahkan menggenjot program pengunaan drone di Pakistan dan juga meningkatkan penggunaannya Yaman dan Somalia, dua negara yang dianggap sebagai basis Al-Qaeda.
Baru-baru ini Obama mengatakan kepada The New Yorker bahwa ia memang bergulat dengan korban sipil. Tapi katanya, ia memiliki tugas dan tanggung jawab penting untuk menjaga orang-orang Amerika agar aman. Obama mengatakan bahwa itu adalah kewajibannya terpenting sebagai Presiden. Ada individu-individu dan kelompok di luar sana yang berniat membunuh orang Amerika, membunuh warga sipil Amerika, membunuh anak-anak Amerika, dan meledakkan semua pesawat Amerika.
Human Rights Watch dan Amnesti Internasional pada bulan Oktober menerbitkan dua laporan yang mengkritik keras kerahasiaan program drone Amerika Serikat, dan menyerukan penyelidikan atas kematian korban drone yang jelas-jelas tidak ada hubungannya dengan terorisme. Di Pakistan saja, TBIJ memperkirakan antara 416 hingga 951 warga sipil telah tewas akibat serangan drone AS, termasuk diantaranya 168 sampai 200 korban yang masih anak-anak.
Kritikan-kritikan atas program serangan menggunakan pesawat tak berawak AS ini umumnya memang mengakui bahwa banyak juga korban yang tewas di Pakistan kemungkinan besar adalah anggota kelompok teroris. Walau bagaimanapun, hal itu tidaklah membuat Pakistan senang. Hakimullah Mehsud, pemimpin Taliban Pakistan, yang dituduh bertanggung jawab atas kematian ratusan warga sipil, tewas karena serangan drone AS, tapi kematiannya pada bulan November itu malah mendorong gelombang kemarahan atas serangan drone AS yang telah melanggar kedaulatan nasional Pakistan.
The Bureau of Investigative Journalism (TBIJ), sebuah organisasi nirlaba yang berkantor di Inggris, dalam laman resminya menyatakan bahwa lima tahun yang lalu CIA di bawah kepemimpinan Barack Obama melancarkan serangan pesawat tak berawak untuk yang pertama kalinya. Meskipun disebutkan juga dalam laporan bahwa yang tewas juga terdapat terduga militan, tapi sedikitnya 14 orang yang benar-benar warga sipil telah ikut tewas pada hari itu.
Setelah kesalahan awal yang dilakukan, dalam catatan TBIJ, Obama bahkan menggenjot program pengunaan drone di Pakistan dan juga meningkatkan penggunaannya Yaman dan Somalia, dua negara yang dianggap sebagai basis Al-Qaeda.
Baru-baru ini Obama mengatakan kepada The New Yorker bahwa ia memang bergulat dengan korban sipil. Tapi katanya, ia memiliki tugas dan tanggung jawab penting untuk menjaga orang-orang Amerika agar aman. Obama mengatakan bahwa itu adalah kewajibannya terpenting sebagai Presiden. Ada individu-individu dan kelompok di luar sana yang berniat membunuh orang Amerika, membunuh warga sipil Amerika, membunuh anak-anak Amerika, dan meledakkan semua pesawat Amerika.
Human Rights Watch dan Amnesti Internasional pada bulan Oktober menerbitkan dua laporan yang mengkritik keras kerahasiaan program drone Amerika Serikat, dan menyerukan penyelidikan atas kematian korban drone yang jelas-jelas tidak ada hubungannya dengan terorisme. Di Pakistan saja, TBIJ memperkirakan antara 416 hingga 951 warga sipil telah tewas akibat serangan drone AS, termasuk diantaranya 168 sampai 200 korban yang masih anak-anak.
Kritikan-kritikan atas program serangan menggunakan pesawat tak berawak AS ini umumnya memang mengakui bahwa banyak juga korban yang tewas di Pakistan kemungkinan besar adalah anggota kelompok teroris. Walau bagaimanapun, hal itu tidaklah membuat Pakistan senang. Hakimullah Mehsud, pemimpin Taliban Pakistan, yang dituduh bertanggung jawab atas kematian ratusan warga sipil, tewas karena serangan drone AS, tapi kematiannya pada bulan November itu malah mendorong gelombang kemarahan atas serangan drone AS yang telah melanggar kedaulatan nasional Pakistan.
Perdana Menteri Pakistan, Nawaz Sharif, telah berulang kali menuntut diakhirinya serangan, dengan menyatakan: "Penggunaan drone bukan hanya pelanggaran terus-menerus integritas teritorial kita, tetapi juga merugikan tekad dan upaya untuk menghilangkan terorisme dari negara kita." Pengadilan Tinggi Peshawar telah memutuskan bahwa serangan drone AS ilegal, tidak manusiawi, melanggar piagam PBB tentang hak asasi manusia dan merupakan kejahatan perang .
AS memang telah mengurangi jumlah serangan drone di Pakistan setelah pidato Obama pada Mei 2012 yang berjanji akan menerapkan aturan ketat dan transparansi yang lebih baik untuk program tersebut. Tapi drone Amerika masih terus terbang.Sebuah serangan drone di Yaman - dilaporkan oleh Komando Operasi Khusus Gabungan Pentagon, bukan CIA- telah menewaskan 12 warga sipil.
Cara perang AS yang menggunakan drone ini telah menyita perhatian dunia. Sebuah laporan PBB pada September memperingatkan bahwa perang drone berpotensi besar merusak stabilitas global. Dan pada bulan Oktober, untuk pertama kalinya, Kongres AS mendengar langsung dari korban bahwa serangan-serangan drone AS gagal menemui sasaran.
Adalah Alan Grayson seorang anggota Kongres AS yang menyelenggarakan sidang bersejarah mengenai serangan pesawat tanpa awak AS. Untuk pertama kalinya korban-korban drone AS menceritakan kisah mereka kepada pejabat-pejabat ASdalam sidang. Salah satunya dari keluarga Reham, mereka bepergian dari Pakistan ke Amerika untuk menceritakan kisah kehilangan keluarga mereka, pembunuhan keluarga mereka karena serangan drone yang salah sasaran. Namun hanya lima anggota Kongres AS yang repot-repot muncul dalam sidang tersebut. Apa ini menunjukkan kepemimpinan politik Amerika Serikat yang sesungguhnya? Yang sebenarnya hal ini sangat memalukan.
0 komentar:
Posting Komentar