Rabu, 08 Januari 2014

Program Joget ‘YKS’ Mulai Ditolak Luas Masyarakat



Sebuah acara joget “Yuk Keep Smile” (YKS) di TransTV mulai melahirkan banyak keresahan di masyarakat. Baru-baru ini sebuah kelompok orang membuat petisi “@TRANSTV_CORP: Segera Hentikan Penayangan YKS”.

Acara joget yang ditayangkan setiap malam ini belakangan memang cukup meresahkan masyarakat dan orangtua.

Pasalnya, selain dinilai tidak mendidik, dalam tayangan jogetan itu banyak menampilkan adegan-adegan vulgar dan tindakan-tindakan kasar yang tidak layak ditonton warga.

“Oleh karena itu, kami disini memohon dukungannya untuk menghentikan acara YKS TransTV. Ini adalah langkah awal untuk bersama-sama memperbaiki tayangan televisi Indonesia,” demikian ujar Rifqi Alfian, penyelenggara Petisi ini dalam keterangannya yang dimuat di situs change.org ini.

“Anda dimohon untuk turut serta menghentikan YKS TransTV dengan menyampaikan keluhan ke Komisi Penyiaran Indonesia di kpi.go.id/index.php/pengaduan, call center 021-6340626, atau sms ke 081213070000.”


“Bahkan tidak hanya YKS, disana Anda diharapkan untuk menyampaikan keluhan Anda terhadap acara-acara yang tidak mendidik lain. Terima kasih atas perhatian dan dukungannya untuk #hentikanYKS.”


“Trans TV dulu menjadi stasiun TV yang saya tonton setiap harinya, tapi YKS membuat saya lebih memilih mematikan TV ketimbang melihat acara yang merusak moral seperti ini,” ujar Tasha Regina.

Penanda tangan asal Makasar, Rizky A. juga mengaku resah. Ia sering memperhatikan sering kali para komedian mengeluarkan kata-kata yang “tidak pantas” dan “kasar”.

“Walaupun dalam keadaan bercanda, bahaya jika anak-anak yang menonton tidak mengerti dan melakukan hal yg sama pula.”

Sementara Iskan mengaku kecewa karena acara TV ini seringkali harus menampilkan adegan banci/bencong.

“Acara membosankan, penuh dengan bencong.” Pada Jumat (03/01/2014) lalu, petisi ini sudah mencapai 25.000 tanda tangan.

Goyang Cesar, Siswa SD Buka Ritsleting Celana di Depan Kelas

Gara-gara maraknya tayangan goyang Caesar di televisi, sejumlah siswa sekolah dasar di Bandarlampung mempraktikkan goyangan itu sambil membuka ritsleting di depan kelas.

Ipah (31) misalnya, salah satu orangtua siswi SD Negeri, di Kemiling, Bandarlampung, Minggu (27/10/2013), mengaku kaget ketika anaknya bercerita tentang perilaku teman lelaki sebaya anaknya berjoget goyangan itu sambil membuka ritsleting celana.
"Anak saya juga bercerita teman-teman perempuannya menjerit sambil menutup mata ketika teman-teman lelakinya mempraktikkan goyangan yang sedang marak di televisi," ujar dia.

Ipah juga mengaku kebingungan menjawab pertanyaan anak perempuannya yang masih berusia delapan tahun. "Dia bertanya, ibu, ibu, teman saya buka ritsleting pas bilang 'buka titik jos'," kata Ipah mengulang pertanyaan polos anaknya itu.

Namun, dia tidak kekurangan akal menjelaskan makna kalimat tersebut. "Maksudnya, kalimat itu, buka celana untuk disuntik sama dokter," tutur dia, mengulangi menjawab tertanyaan anak. 

Setelah kejadian itu, Ipah dan sejumlah orangtua murid kerap memberi kontrol yang ketat kepada anak-anaknya saat mengikuti aktivitas belajar mengajar di sekolah.

Nuraini (39), orangtua siswa salah satu sekolah dasar negeri di Bandarlampung, mengaku takut dengan tayangan hiburan yang menjurus ke arah negatif. Tayangan tersebut dapat mengubah perilaku anak. 

"Saya jadi tidak berani meninggalkan anak saat belajar, khawatir dia akan mempraktikkan dengan teman lawan jenisnya," kata dia.

Nuraini berharap, pemerintah membatasi tayangan-tayangan yang dapat merusak perilaku anak.

"Kami sebagai orangtua sudah betul-betul memperingati anak supaya tidak terjerumus, tapi bagaimanapun juga pengawasan kami sangat terbatas, tayangan yang tidak bertanggung jawab itu jauh lebih gencar daripada pengawasan kami sebagai orangtua," ujarnya. 

0 komentar:

Posting Komentar

Form Kritik & Saran

Nama

Email *

Pesan *