OPINI tentang desakan agar Walikota Surabaya Tri Rismarini mundur mewarnai pemberitaan akhir-akhir ini. Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dinilai partai yang kuat untuk mendesar Risma mundur. Meski partai banteng bermoncong putih berusaha mengelak dalam upaya mundur Risma.
Menurut pengamat Politik, Nuim Hidayat desakan mundur Risma dilakukan oleh kelompok pro kemaksiatan. Sebab Risma dikenal sebagai walikota berprestasi, berjilbab dan anti maksiat, khususnya pelacuran.
“Jarang walikota yang berani melawan pelacuran terang-terangan seperti Risma. Karena itu ia banyak musuhnya. Karena pelacuran ini bisnis milyaran dan melibatkan banyak orang. politisi juga kadang berkunjung ke situ,” ujarnya kepadaIslampos, Selasa (18/2).
Nuim menambahkan prestasi Risma jauh melampaui Jokowi. Meskipun Gubernur DKI Jakarta itu profesional, tapi tetap tidak berani melawan pelacuran di Jakarta.
Jokowi, kata Nuim, terlihat tenang-tenang saja melihat banyaknya pelacuran di Jakarta. Bahkan Ahok wakilnya pernah menyatakan tidak masalah dengan pelacuran.
“Jadi di sini PDIP dilema dengan Risma. karena PDIP tidak pernah menyatakan perang melawan pelacuran. Bahkan ketika dulu UU pornografi dan pornoaksi mau disahkan, PDIP menentangnya,” terang alumnus Magister Politik Timur Tengah UI ini.
Karena itu, Nuim tidak heran bila PDIP membuat rekayasa untuk melengserkan Risma. Baik lewat DPRD maupun lewat pengangkatan wakil Walikota tanpa sepengetahuan Risma.
“Maka kita lihat PDIP selalu menggadang-gadang Jokowi dan mencueki Risma. Jokowi dipuji-puji terus oleh Mega, sedangkan Risma dengan segudang prestasinya dicuekin Mega,” paparnya.
Nuim menilai di samping masalah iklan, jalan tol, masalah Risma bagi sebagian pihak adalah karena keberaniannya melawan maksiat, khususnya pelacuran dan ini mengkhawatirkan PDIP.
“Apalagi Risma ini berjilbab simbol seorang muslimah yang saleh,” tutup Ketua DDII Depok ini.
[pz/Islampos
0 komentar:
Posting Komentar