Pekanbaru
- TNI AU menargetkan skuadron udara baru berintikan 24 unit F-16
Fighting Falcon blok 25, Skuadron Udara 16, yang berpangkalan di
Pangkalan Udara TNI AU Roesmin Nurjadi, Pekanbaru, Riau, beroperasi Juni
tahun ini.
Jika ini terwujud, maka Dragon Family (sebutan bagi penempur F-16 Fighting Falcon di kalangan TNI AU) akan bisa mengawasi ruang udara kawasan penting perekonomian Indonesia dan dunia, di Selat Malaka, secara lebih efektif.
Sebagai gambaran, pesawat-pesawat tempur Angkatan Udara Singapura hanya memerlukan waktu kurang dari satu menit untuk bisa berpapasan dengan garis batas wilayah kedaulatan Indonesia di Selat Philips dan Selat Singapura.
Dari Batam, mata telanjang manusia bisa menyaksikan mereka lepas landas dan mendarat, sebagaimana terjadi pada penerbangan sipil di Bandar Udara Internasional Changi, Singapura.
"Sekarang pembangunan fasilitas fisik sudah siap 90 persen, dan diharapkan Juni tahun ini dioperasikan," kata Komandan Pangkalan Udara TNI AU Roesmin Nurjadin, Kolonel Penerbang Andyawan, di Pekanbaru, Rabu.
Ia mengatakan, Panglima Komando Operasi I TNI AU, Marsekal Muda TNI M Syaugi (termasuk generasi pertama penerbang F-16 dengan callsign Wild Geese), pada 25 Februari lalu telah meninjau persiapan skadron udara baru itu di Pekanbaru.
Rencananya, TNI AU bakal menempatkan 24 F-16 Fighting Falcon blok 25 eks Perang Irak, yang direncanakan akan di-upgrade ke blok 52+ hibah dari Amerika Serikat di sana, dengan biaya total sekitar 400 juta dolar Amerika Serikat memakai skema pembayaran foreign military sales.
Selama ini TNI AU "cuma" pernah membeli 12 unit F-16A/B blok 15 OCU dari Amerika Serikat, yang jumlahnya kini menyusut tinggal 10 unit saja, yang tergabung dalam Skuadron Udara 3. Saat itu, Indonesia menjadi negara operator pertama F-16 Fighting Falcon di Asia Tenggara.
Di antara kesiapan fisik di Pekanbaru itu, meliputi hanggar, hanggar perawatan, arena parkir pesawat terbang dan naungannya, gudang amunisi, asrama dan rumah tinggal pilot dan awak darat, perkantoran, dan lain-lain.
Jika berjalan lancar, maka akan ada dua skuadron udara di sana, yaitu Skuadron Udara 12 berintikan Hawk 109 dan Hawk 209 buatan British Aerospace generasi '80-an, dan (nanti) Skuadron Udara 16 --yang kebetulan nomornya pas dengan nomor tipe pesawat tempurnya-- berintikan 24 unit F-16 Fighting Falcon hibah Amerika Serikat.
"Selama ini pasukan pemukul udara F-16 ada di Madiun, Jawa Timur. Nantinya, skuadron baru F-16 ini akan bermarkas di Pekanbaru ini sebagai pasukan pemukul udara Indonesia di bagian barat," katanya.
"Kekuatan kita akan makin mantap di udara untuk melindungi NKRI," katanya. Dengan begitu, kewenangan dan kemampuan TNI AU memaksa mendarat pelanggar kedaulatan wilayah udara nasional semakin mantap pula.
Jika ini terwujud, maka Dragon Family (sebutan bagi penempur F-16 Fighting Falcon di kalangan TNI AU) akan bisa mengawasi ruang udara kawasan penting perekonomian Indonesia dan dunia, di Selat Malaka, secara lebih efektif.
Sebagai gambaran, pesawat-pesawat tempur Angkatan Udara Singapura hanya memerlukan waktu kurang dari satu menit untuk bisa berpapasan dengan garis batas wilayah kedaulatan Indonesia di Selat Philips dan Selat Singapura.
Dari Batam, mata telanjang manusia bisa menyaksikan mereka lepas landas dan mendarat, sebagaimana terjadi pada penerbangan sipil di Bandar Udara Internasional Changi, Singapura.
"Sekarang pembangunan fasilitas fisik sudah siap 90 persen, dan diharapkan Juni tahun ini dioperasikan," kata Komandan Pangkalan Udara TNI AU Roesmin Nurjadin, Kolonel Penerbang Andyawan, di Pekanbaru, Rabu.
Ia mengatakan, Panglima Komando Operasi I TNI AU, Marsekal Muda TNI M Syaugi (termasuk generasi pertama penerbang F-16 dengan callsign Wild Geese), pada 25 Februari lalu telah meninjau persiapan skadron udara baru itu di Pekanbaru.
Rencananya, TNI AU bakal menempatkan 24 F-16 Fighting Falcon blok 25 eks Perang Irak, yang direncanakan akan di-upgrade ke blok 52+ hibah dari Amerika Serikat di sana, dengan biaya total sekitar 400 juta dolar Amerika Serikat memakai skema pembayaran foreign military sales.
Selama ini TNI AU "cuma" pernah membeli 12 unit F-16A/B blok 15 OCU dari Amerika Serikat, yang jumlahnya kini menyusut tinggal 10 unit saja, yang tergabung dalam Skuadron Udara 3. Saat itu, Indonesia menjadi negara operator pertama F-16 Fighting Falcon di Asia Tenggara.
Di antara kesiapan fisik di Pekanbaru itu, meliputi hanggar, hanggar perawatan, arena parkir pesawat terbang dan naungannya, gudang amunisi, asrama dan rumah tinggal pilot dan awak darat, perkantoran, dan lain-lain.
Jika berjalan lancar, maka akan ada dua skuadron udara di sana, yaitu Skuadron Udara 12 berintikan Hawk 109 dan Hawk 209 buatan British Aerospace generasi '80-an, dan (nanti) Skuadron Udara 16 --yang kebetulan nomornya pas dengan nomor tipe pesawat tempurnya-- berintikan 24 unit F-16 Fighting Falcon hibah Amerika Serikat.
"Selama ini pasukan pemukul udara F-16 ada di Madiun, Jawa Timur. Nantinya, skuadron baru F-16 ini akan bermarkas di Pekanbaru ini sebagai pasukan pemukul udara Indonesia di bagian barat," katanya.
"Kekuatan kita akan makin mantap di udara untuk melindungi NKRI," katanya. Dengan begitu, kewenangan dan kemampuan TNI AU memaksa mendarat pelanggar kedaulatan wilayah udara nasional semakin mantap pula.
0 komentar:
Posting Komentar