Rabu, 27 Mei 2015

Untuk Kali Pertama AS dan Dua Jangkar Pasifik Latihan Bersama


Kelompok tempur kapal induk AS

Kelompok tempur kapal induk AS

Jepang akan bergabung dengan latihan militer AS-Australia untuk pertama kalinya sebagai sinyal mereka semakin membanngun jaringan keamanan antara tiga negara terkait pergerakan China di Laut China Selatan.
Meski hanya 40 perwira dan sedikit personel Jepang akan mengambil bagian dalam latihan yang melibatkan 30.000 tentara AS dan Australia pada awal Juli, para ahli mengatakan langkah itu menunjukkan bagaimana Washington ingin mendorong kerjasama di antara sekutu keamanan di Asia.
Latihan dua tahunan Talisman Sabre akan diselenggarakan di lokasi sekitar Australia, akan mencakup operasi maritim, pendaratan amfibi, pasukan khusus taktik dan perang kota. “Saya pikir AS sedang mencoba untuk mendapatkan sekutunya untuk berbuat lebih banyak,” kata Euan Graham, Direktur Program Keamanan Internasional di Lowy Institute di Sydney.
“Ada simetri yang jelas antara Jepang sebagai jangkar aliansi Pasifik Barat dan  Australia sebagai jangkar selatan.”
Ketiga negara mengatakan mereka khawatir dengan kebebasan navigasi udara dan laut di Laut Cina Selatan, mana China adalah telah menciptakan tujuh pulau buatan di kepulauan Spratly yang merupakan koridor pengiriman penting.
Beberapa ahli keamanan mengatakan China akan memberlakukan pembatasan udara dan laut di Spratly setelah selesai pekerjaan konstruksi yang meliputi setidaknya satu lapangan terbang militer. Cina telah mengatakan itu punya hak untuk mengatur Pertahanan Udara Identifikasi Zona tapi itu kondisi saat ini tidak menjamin satu.
Cina mengklaim sebagian besar Laut Cina Selatan. Filipina, Vietnam, Malaysia, Taiwan dan Brunei juga memiliki klaim yang tumpang tindih.
Personil Jepang akan bergabung dengan pasukan AS, sementara 500 tentara Selandia Baru akan bergabung kontingen Australia, menurut situs Angkatan Pertahanan Australia.
Menteri Pertahanan Jepang Gen Nakatani menolak tudingan latihan ditujukan untuk China. Sebagaimana dilansir Reuters Selasa 26 Mei 2015 Jepang hanya ingin meningkatkan kerjasama militer dengan Amerika Serikat dan Australia.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Hua Chunying menegaskan tidak khawatir dengan apa yang dilakukan tiga negara tersebut. “Kami percaya bahwa negara-negara yang relevan harus memainkan peran proaktif dan konstruktif untuk memperkuat rasa saling percaya dan kerjasama antara negara-negara di kawasan itu,” katanya pada konferensi pers reguler.
Kerjasama keamanan antara Canberra dan Tokyo telah berkembang di bawah Perdana Menteri Tony Abbott dan Shinzo Abe, dengan Jepang dipandang sebagai pelopor untuk memenangkan kontrak untuk memasok kapal selam generasi berikutnya untuk angkatan laut Australia.
Memenangkan kesepakatan kapal selam akan menjadi dorongan besar bagi industri pertahanan Jepang dan berpotensi membuka jalan bagi penjualan senjata Jepang maju ke negara-negara seperti Filipina dan Vietnam, yang berselisih dengan Beijing atas Laut Cina Selatan, para ahli mengatakan.



Sumber : Jejaktapak

0 komentar:

Posting Komentar

Form Kritik & Saran

Nama

Email *

Pesan *