Tentang Penulis Herbert W. Armstrong (1892-1986)
Herbert W. Amstrong yang sangat dihormati di kalangan pejabat,
pebisnis, industriawan dan ilmuwan di seluruh dunia ini adalah seorang
Pastur Worldwide Church of God yang berkedudukan di Amerika Serikat. Dia
juga sebagai kepala editor majalah Kristen “Plain Truth” yang bertiras
sekitar 8 juta eksemplar tiap bulan.
Majalah ini didirikan pada tahun 1934, dan beredar ke seluruh dunia.
Pada tahun 1947, Amstrong mendirikan Ambassador College yang sekarang
memiliki dua kampus besar di Pasadena California dan di Big Sandy Texas.
Juga mendirikan dan sebagai kepala Ambassador International Cultural
Foundation, yang bergerak di bidang kebudayaan, bantuan pada masyarakat
miskin, dan gerakan kemanusiaan.
Dia sudah mengunjungi sekitar 70 negara untuk memberitakan Injil
sebagai Kerajaan Tuhan. Bahkan Amstrong mendapatkan kehormatan dari
kepala negara yang memiliki perbedaan keyakinan dengannya seperti di
Jepang, India, Afrika Selatan, China, Israel dan Mesir. Pada usianya
yang sudah mencapai 90 tahun, Amstrong masih aktif menulis, ceramah di
televisi dan di depan publik.
Di antara buku hasil tulisannya adalah: The Wonderful World Tomorrow,
What it Will be Like dan The United State and Britain in Prophecy.
Kenangan Natal Dimasa Kecilku
Ketika saya masih kecil, di saat malam Natal, saya biasa diajari dan
disuruh menggantungkan kaos kaki di dinding dekat ruangan perapian. Esok
harinya, kaos kaki tersebut penuh dengan hadiah-hadiah berupa mainan
atau kotak makanan kesenangan saya. Selain hadiah tersebut, juga
terdapat sebatang pohon Natal yang dihiasi bunga-bunga kertas berwarna
perak dan emas. Di pohon ini pula, aneka rupa hadiah untuk anak-anak
bergelantungan di dahannya dan berserakan di bawahnya.
Menurut para orang tua, semua hadiah Natal itu dibawa oleh Sinterklas
atau Santa Clause yang telah datang di malam hari, melalui cerobong
asap perapian. Seperti anak-anak lainnya, semua cerita itu saya telah
begitu saja dengan penuh keyakinan. Tentu anda pun demikian. Sebab kita
dilahirkan dan dibesarkan di lingkungan kehidupan yang penuh dengan adat
kebiasaan yang harus kita … terima, tanpa bertanya-tanya, yang dapat
menimbulkan suasana yang tidak menyenangkan.
Mengapa kita bersikap demikian?
Instink hewanikah, sehingga kita ikut-ikutan dengan apa saja yang dilakukan oleh kebanyakan orang? Kambing memang akan tetap mengikuti kelompoknya, walaupun digiring untuk … dipotong sekalipun. Tetapi sebagai manusia, seharusnya bersikap kritis dengan menggunakan akal sehat.
Instink hewanikah, sehingga kita ikut-ikutan dengan apa saja yang dilakukan oleh kebanyakan orang? Kambing memang akan tetap mengikuti kelompoknya, walaupun digiring untuk … dipotong sekalipun. Tetapi sebagai manusia, seharusnya bersikap kritis dengan menggunakan akal sehat.
Sebagai orang Kristen yang baik, kita tidak pernah menyelidiki,
mengapa kita melakukan semua itu dan mengapa semua orang percaya bahwa
yang mereka kerjakan itu benar. Seharusnya, sebagai umat Kristen yang
ingin melaksanakan ajaran-ajaran Tuhan, kita harus bertanya, apakah
upacara natal itu benar-benar ajaran Kristen? Apakah cara-cara merayakan
Natal itu tidak mengajarkan kebohongan kepada masyarakat, yang
merupakan … larangan Tuhan? Adakah firman Tuhan yang Hidup maupun firman
tertulisNya yang memerintahkan kita untuk melakukannya? Apakah Yesus
dan para Rasul juga melakukan seperti apa yang kita meriahkan selama
ini? Apakah kebiasaan tukar-menukar hadiah Natal dengan teman dan
kerabat dekat, juga betul-betul mengikuti ajaran Tuhan di dalam Bibel?
Dan seterusnya … dan seterusnya …
Hampir semua orang berpendapat dan mengira bahwa semua upacara dan
kebiasaan itu berasal dari ajaran Gereja. Tetapi betulkan semua pendapat
dan perkiraan itu?
Mudah-mudahan fakta yang saya tulis dalam buku ini dapat meluruskan
semua pendapat yang dapat menyesatkan dan merusak ajaran Tuhan yang
sebenar-benarnya. Mungkin tulisan saya yang berdasarkan pada kenyataan
ini akan mengejutkan orang Kristen, termasuk anda sendiri.
SEJARAH NATAL
Kata Christmas (Natal) yang artinya Mass of Christ atau disingkat
Christ-Mass, diartikan sebagai hari untuk merayakan kelahiran “Yesus”.
Perayaan yang diselenggarakan oleh non-Kristen dan semua orang Kristen
ini berasal dari ajaran Gereja Kristen Katolik Roma.
Tetapi, dari manakah mereka mendapatkan ajaran itu? Sebab Natal itu
bukan ajaran Bible (Alkitab), dan Yesus pun tidak pernah memerintah para
muridnya untuk menyelenggarakannya. Perayaan yang masuk dalam ajaran
Kristen Katolik Roma pada abad ke empat ini adalah berasal dari upacara
adat masyarakat penyembah berhala. Karena perayaan Natal yang diselenggarakan di seluruh dunia ini berasal dari Katolik Roma, dan tidak memiliki dasar dari kitab suci, maka marilah kita dengarkan penjelasan dari Katolik Roma dalam Catholic Encyclopedia, edisi 1911, dengan judul “Christmas”, anda akan menemukan kalimat yang berbunyi sebagai berikut: “Christmas was not among the earliest festivals of Church … the first evidence of the feast is from Egypt. Pagan customs centering around the January calends gravitated to christmas.” “Natal bukanlah diantara upacara-upacara awal Gereja … bukti awal menunjukkan bahwa pesta tersebut berasal dari Mesir. Perayaan ini diselenggarakan oleh para penyembah berhala dan jatuh pada bulan Januari ini, kemudian dijadikan hari kelahiran Yesus.” |
Dalam Ensiklopedi itu pula, dengan judul “Natal Day,” Bapak Katolik pertama, mengakui bahwa:
“In the Scriptures, no one is recorded to have kept a feast or held a
great banquet on his birthday. It is only sinners (like Paraoh and
Herod) who make great rejoicings over the day in which they were born
into this world.”
“Di dalam kitab suci, tidak seorang pun yang mengadakan upacara atau
menyelenggarakan perayaan untuk merayakan hari kelahiran Yesus. Hanyalah
orang-orang kafir saja (seperti Firaun dan Herodes) yang berpesta pora
merayakan hari kelahirannya ke dunia ini.”
Encyclopedia Britannica, yang terbit tahun 1946, menjelaskan sebagai berikut:
“Christmas was not among the earliest festivals of the church… It was
not instituted by Christ or the apostles, or by Bible authority. It was
picked up of afterward from paganism.”
“Natal bukanlah upacara – upacara awal gereja. Yesus Kristus atau
para muridnya tidak pernah menyelenggarakannya, dan Bible (Alkitab) juga
tidak pernah menganjurkannya. Upacara ini diambil oleh gereja dari
kepercayaan kafir penyembah berhala.”
Encyclopedia Americana terbitan tahun 1944 juga menyatakan sebagai berikut:
“Christmas…It was, according to many authorities, not celebrated in
the first centuries of the Christian church, as the Christian usage in
general was to celebrate the death of remarkable persons rather than
their birth…” (The “Communion,” which is instituted by New Testament
Bible authority, is a memorial of the death of Christ.) “…A feast was
established in memory of this event (Christ’s birth) in the fourth
century. In the fifth century the Western Church ordered it to be
celebrated forever on the day of the old Roman feast of the birth of
Sol, as no certain knowledge of the day of Christ’s birth existed.”
“Menurut para ahli, pada abad-abad permulaan, Natal tidak pernah
dirayakan oleh umat Kristen. Pada umumnya, umat Kristen hanya merayakan
hari kematian orang-orang terkemuka saja, dan tidak pernah merayakan
hari kelahiran orang tersebut..” (“Perjamuan Suci” yang termaktub dalam
Kitab Perjanjian Baru, hanyalah untuk mengenang kematian Yesus Kristus.)
“…Perayaan Natal yang dianggap sebagai hari kelahiran Yesus, mulai
diresmikan pada abad keempat Masehi. Pada abad kelima, Gereja Barat
memerintahkan kepada umat Kristen untuk merayakan hari kelahiran Yesus,
yang diambil dari hari pesta bangsa Roma yang merayakan hari “Kelahiran
Dewa Matahari.” Sebab tidak seorang pun yang mengetahui hari kelahiran
Yesus.”
Sekarang perhatikan! Fakta sejarah telah membeberkan kepada kita
bahwa mulai lahirnya gereja Kristen pertama sampai dua ratus atau tiga
ratus tahun kemudian – jarak waktu yang lebih lama dari umur negara
Amerika Serikat – upacara Natal tidak pernah dilakukan oleh umat
Kristen. Baru setelah abad keempat, perayaan ini mulai diselenggarakan
oleh orang-orang Barat, Roma dan Gereja. Menjelang abad kelima, Gereja
Roma memerintahkan untuk merayakannya sebagai hari raya umat Kristen
yang resmi.
YESUS TIDAK LAHIR PADA 25 DESEMBER
PROSES NATAL MASUK KE GEREJA
New Schaff-Herzog Encyclopedia of Religious Knowledge dalam
artikelnya yang berjudul “Christmas” menguraikan dengan jelas sebagai
berikut:
“How much the date of the festival depended upon the pagan Brumalia
(Dec.25) following the Saturnalia (Dec.17-24), and celebrating the
shortest day of the year and the ‘new sun’… can not be accurately
determined. The pagan Saturnalia and Brumalia were too deeply entrenched
in popular custom to be set aside by Christian influence…The pagan
festival with its riot and merrymaking was so popular that Christians
were glad of an excuse to continue its celebration with little change in
spirit and in manner. Christian preachers of the West and the Near East
protested against the unseemly frivolity with which Christ’s birthday
was celebrated, while Christians of Mesopotamia accused their Western
brethren of idolatry and sun worship for adopting as Christian this
pagan festival.”
“Sungguh banyak tanggal perayaan yang terkait pada kepercayaan kafir
Brumalia (25 Desember) sebagai kelanjutan dari perayaan Saturnalia
(17-24 Desember), dan perayaan menjelang akhir tahun, serta festival
menyambut kelahiran matahari baru. Adat kepercayaan Pagan Brumalia dan
Saturnalia yang sudah sangat populer di masyarakat itu diambil
Kristen…Perayaan ini dilestarikan oleh Kristen dengan sedikit mengubah
jiwa dan tata caranya. Para pendeta Kristen di Barat dan di Timur Dekat
menentang perayaan kelahiran Yesus Kristus yang meniru agama berhala
ini. Di samping itu Kristen Mesopatamia menuding Kristen Barat telah
mengadopsi model penyembahan kepada dewa Matahari.”
Perlu diingat! Menjelang abad pertama sampai pada abad keempat
Masehi, dunia dikuasai oleh imperium Romawi yang paganis politeisme.
Sejak agama Kristen masih kecil sampai berkembang pesat, para pemeluknya
dikejar-kejar dan disiksa oleh penguasa Romawi. Setelah Konstantin naik
tahta menjadi kaisar, kemudian memeluk agama Kristen pada abad ke-4 M.
dan menempatkan agama sejajar dengan agama kafir Roma, banyak rakyat
yang berbondong-bondong memeluk agama Kristen.
Tetapi karena mereka sudah terbiasa merayakan hari kelahiran
dewa-dewanya pada tanggal 25 Desember, mengakibatkan adat tersebut sulit
dihilangkan. Perayaan ini adalah pesta-pora dengan penuh kemeriahan,
dan sangat disenangi oleh rakyat. Mereka tidak ingin kehilangan hari
kegembiraan seperti itu. Oleh karena itu, meskipun sudah memeluk agama
Kristen, mereka tetap melestarikan upacara adat itu. Di dalam artikel
yang sama, New Schaff-Herzog Encyclopedia of Religious Knowledge
menjelaskan bagaimana kaisar Konstantin tetap merayakan hari “Sunday”
sebagai hari kelahiran Dewa Matahari. (Sun = Matahari, Day = Hari –
dalam bahasa Indonesia disebut hari Minggu — pen.) Dan bagaimana
pengaruh kepercayaan kafir Manichaeisme yang menyamakan Anak Tuhan
(Yesus) identik dengan Matahari, yang kemudian pada abad ke-4 Masehi
kepercayaan itu masuk dalam agama Kristen. Sehingga perayaan hari
kelahiran Sun-god (Dewa Matahari) yang jatuh pada tanggal 25 Desember,
diresmikan menjadi hari kelahiran Son of God (Anak Tuhan – Yesus).
Demikianlah asal usul “Christmas – Natal” yang dilestarikan oleh
dunia Barat sampai sekarang. Walaupun namanya diubah menjadi selain
Sun-day, Son of God, Christmas dan Natal, pada hakikatnya sama dengan
merayakan hari kelahiran dewa Matahari. Sebagai contoh, kita bisa saja
menamakan kelinci itu dengan nama singa, tetapi bagaimanapun juga
fisiknya tetap kelinci.
Marilah kita kembali membaca Encyclopaedia Britannica yang mengatakan sebagai berikut:
“Certain Latins, as early as 354, may have transferred the birthday
from January 6th to December, which was then a Mithraic feas … or
birthday of the unconquered SUN … The Syrians and Armenians, who clung
to January 6th, accused the Romans of sun worship and idolatry,
contending… that the feast of December 25th, had been invented by
disciples of Cerinthus…”
“Kemungkinan besar bangsa Latin/Roma sejak tahun 354 M. telah
mengganti hari kelahiran dewa Matahari dari tanggal 6 Januari ke 25
Desember, yang merupakan hari kelahiran Anak dewa Mitra atau kelahiran
dewa Matahari yang tak terkalahkan. Tindakan ini mengakibatkan
orang-orang Kristen Syiria dan Armenia marah-marah. Karena sudah
terbiasa merayakan hari kelahiran Yesus pada tanggal 6 Januari, mereka
mengecam bahwa perayaan tanggal 25 Desember itu adalah hari kelahiran
Dewa Matahari yang dipercayai oleh bangsa Romawi. Penyusupan ajaran ini
ke dalam agama Kristen, dilakukan oleh Cerinthus…”
ASAL USUL NATAL
Kita mewarisi Natal berasal dari Gereja Katolik Roma, dan gereja itu
mendapatkannya dari kepercayaan pagan (kafir) Politeisme, lalu dari
manakah agama kafir itu mendapatkan ajaran itu? Dimana, kapan, dan
bagaimana bentuk asli ajaran itu?
Bila kita telusuri mulai dari ayat-ayat Bible (Alkitab) sampai pada
sejarah kepercayaan bangsa Babilonia kuno, niscaya akan ditemukan bahwa
ajaran itu berasal dari kepercayaan berhala yang dianut oleh masyarakat
Babilonia di bawah raja Nimrod (Namrud – di masa inilah nabi Ibrahim
lahir). Jelasnya, akar kepercayaan ini tumbuh setelah terjadi banjir
besar di masa nabi Nuh.
Nimrod, cucu Ham, anak nabi Nuh, adalah pendiri sistem kehidupan
masyarakat Babilonia. Sejak itulah terdapat dasar-dasar pemerintahan dan
negara, dan sistem ekonomi dengan cara bersaing untuk meraih
keuntungan. Nimrod inilah mendirikan menara Babel, membangun kota
Babilonia, Nineweh dan kota-kota lainnya. Dia pula yang pertama
membangun kerajaan di dunia.
Nama “Nimrod” dalam bahasa Hebrew (Ibrani) berasal dari kata “Marad”
yang artinya “dia membangkang atau murtad” (Karena bahasa Ibrani
serumpun dengan bahasa Arab, silahkan anda membandingkan kata “Marad”
dengan kata Arab “Ridda” atau “murtad”. Pen)
Dari catatan-catatan kuno, kita mengetahui perjalanan Nimrod ini,
yang mengawali pemurtadan terhadap Tuhan dan menjadi biang manusia
pembangkang di dunia sampai saat ini. Jumlah kejahatannya amat banyak,
diantaranya, dia mengawini ibu kandungnya sendiri yang bernama
Semiramis. Setelah Nimrod meninggal dunia, ibu yang merangkap sebagai
istri tersebut menyebarkan ajaran bahwa Roh Nimrod tetap hidup
selamanya, walaupun jasadnya telah mati.
Dia membuktikan ajarannya dengan adanya pohon Evergreen yang tumbuh
dari sebatang kayu yang mati, yang ditafsirkan oleh Semiramis sebagai
bukti kehidupan baru bagi Nimrod yang sudah mati. Untuk mengenang hari
kelahirannya, Nimrod selalu hadir di pohon evergreen ini dan
meninggalkan bingkisan yang digantungkan di ranting-ranting pohon itu.
25 Desember itulah hari kelahiran Nimrod. Dan inilah asal usul pohon
Natal.
Melalui pengaruh dan pemujaannya kepada Nimrod, Semiramis dianggap
sebagai “Ratu Langit” oleh rakyat Babilonia. Dengan berbagai julukan,
akhirnya Nimrod dipuja sebagai “Anak Suci dari Sorga”. Melalui
perjalanan sejarah dan pergantian generasi dari masa ke masa, dari satu
bangsa ke bangsa lainnya, penyembahan berhala versi Babilonia ini
berubah menjadi Mesiah Palsu yang berupa dewa Baal, anak dewa Matahari.
Dalam sistem kepercayaan Babilonia ini, “Ibu dan anak” (Semiramis dan
Nimrod yang lahir kembali) menjadi obyek penyembahan.
Ajaran penyembahan kepada ibu dan anak ini menyebar luas sampai di
luar Babilonia dengan bentuk dan nama yang berbeda-beda, sesuai dengan
bahasa negara-negara yang ditempatinya. Di Mesir dewa-dewi itu bernama
Isis dan Osiris. Di Asia bernama Cybele dan Deoius. Dalam agama Pagan
Roma disebut Fortuna dan Yupiter. Bahkan di Yunani, China, Jepang, Tibet
bisa ditemukan adat pemujaan terhadap dewi Madonna, jauh sebelum Yesus
lahir!
Sampai pada abad ke-4 dan ke-5 Masehi, ketika dunia pagan (penyembah
banyak dewa) Romawi menerima agama baru yang disebut “Kristen,” dengan
membawa adat dan kepercayaan pagan mereka yang lama. Akibatnya
kepercayaan kepada Dewi Madonna, Ibu dan Anak juga menjadi populer,
terutama di waktu hari Natal. Di setiap musim Natal kita selalu
mendengar lagu-lagu atau hymne: “Silent Night” atau “Holy Night” yang
sangat akrab dengan tema pemujaan terhadap Ibu dan Anak.
Kita yang sejak lahir diwarnai oleh alam budaya Babilonia, telah
diajarkan untuk mengagungkan dan memuliakan semua tradisi yang berasal
dari jaman jahiliyah kuno itu. Kita tidak pernah bertanya untuk
mengetahui dari manakah asal usul adat seperti itu – Apakah ia berasal
dari ajaran Bible (Alkitab), ataukah ia berasal dari kepercayaan
penyembah berhala yang sesat?
Kita terperangah seakan-akan tidak mau menerima kebenaran ini, karena
seluruh dunia terlanjur telah melakukannya. Lebih aneh lagi, sebagian
besar meremehkan dan mencemooh kebenaran ini. Namun Tuhan telah
berfirman kepada para utusannya yang setia:
“Katakan dengan lantang,
dan jangan menghiraukan penghinaan mereka!
Kumandangkan suaramu seperti terompet!
Dan tunjukkan di depan umatKu tentang kesesatan mereka!”
Memang kenyataan ini sungguh sangat mengejutkan bagi mereka, meskipun ini adalah fakta sejarah dan berdasarkan kebenaran dari Bible (Alkitab).
dan jangan menghiraukan penghinaan mereka!
Kumandangkan suaramu seperti terompet!
Dan tunjukkan di depan umatKu tentang kesesatan mereka!”
Memang kenyataan ini sungguh sangat mengejutkan bagi mereka, meskipun ini adalah fakta sejarah dan berdasarkan kebenaran dari Bible (Alkitab).
Natal adalah acara ritual yang berasal dari masa Babilonia kuno yang
belum mengenal agama yang benar. Tradisi ini diwariskan puluhan abad
yang lampau sampai kepada kita.
Di Mesir, ia dipercayai bahwa Dewi Isis (Dewi Langit) melahirkan
anaknya yang tunggal pada tanggal 25 Desember. Hampir semua orang-orang
penyembah berhala (paganis) di dunia waktu itu, merayakan ulang tahun
(Natal) anak dewi Isis ini jauh sebelum kelahiran Yesus.
Dengan demikian, sudah jelas bagi kita bahwa 25 Desember itu bukanlah
hari kelahiran Yesus Kristus. Para murid Yesus dan orang-orang Kristen
abad pertama tidak pernah menyelenggarakan Natal, meskipun hanya sekali.
Tidak ada ajaran atau pun perintah perayaan Natal di dalam Bibel.
Sekali lagi, perayaan Natal atau Christmas itu adalah ulang tahun anak
dewa yang dianut oleh para paganis, dan bukan dari ajaran Kristen.
Percaya atau tidak, terserah anda!
Upacara ini berasal dari cara-cara pemujaan yang dikenal dengan
“Chaldean Mysteries” (Misteri Kaldea) berasal dari ajaran Semiramis,
isteri Nimrod. Kemudian adat ini dilestarikan oleh para penyembah
berhala secara turun-temurun hingga sekarang dengan wajah baru yang
disebut Kristen.
ASAL MULA POHON NATAL
Sekarang dari manakah kita mendapatkan kebiasaan memasang pohon Natal
itu? Di antara para penganut agama Pagan kuno, pohon itu disebut
“Mistletoe” yang dipakai pada saat perayaan musim panas, karena mereka
harus memberikan persembahan suci kepada matahari, yang telah memberikan
mukjizat penyembuhan. Kebiasaan berciuman di bawah pohon itu merupakan
awal acara di malam hari, yang dilanjutkan dengan pesta makan dan minum
sepuas-puasnya, sebagai perayaan yang diselenggarakan untuk memperingati
kematian “Matahari Tua” dan kelahiran “Matahari Baru” di musim panas.
Rangkaian bunga suci yang disebut “Holly Berries” juga dipersembahkan
kepada dewa Matahari. Sedangkan batang pohon Yule dianggap sebagai
wujud dari dewa matahari. Begitu pula menyalakan lilin yang terdapat
dalam upayara Kristen hanyalah kelanjutan dari kebiasaan kafir, sebagai
tanda penghormatan terhadap dewa matahari yang bergeser menempati
angkasa sebelah selatan.
Encyclopedia Americana menjelaskan sebagai berikut:
“The Holly, the Mistletoe, the Yule log …are relics of pre-Christian times.”
“Rangkaian bunga Holly, pohon Mistletoe dan batang pohon Yule…yang
dipakai sebagai penghias malam Natal adalah warisan dari zaman
sebelum Kristen.”
Sedangkan buku Answer to Question yang ditulis oleh Frederick J. Haskins menyebutkan bahwa:
“The use of Christmas wreath is believed by authorities to be
traceable to the pagan customs of decorating buildings and places of
worship at the feast which took place at the same time as
Christmas. The Christmas tree is from Egypt, and its origin date
from a period long anterior to the Christian Era.”
“Hiasan yang dipakai pada upacara Natal adalah warisan dari adat
agama penyembah berhala (paganisme), yang menghiasi rumah dan tempat
peribadatan mereka yang waktunya bertepatan dengan malam Natal
sekarang. Sedangkan pohon Natal berasal dari kebiasaan Mesir Kuno,
yang masanya lama sekali sebelum lahirnya agama Kristen.”
Santa Claus bukan ajaran yang berasal dari paganisme, tetapi juga
bukan ajaran Kristen. Sinterklas ini adalah ciptaan seorang pastur yang
bernama “Santo Nicolas” yang hidup pada abad ke empat Masehi. Hal ini
dijelaskan oleh Encyclopedia Britannica, volume 19 halaman 648-649,
edisi kesebelas, yang berbunyi sebagai berikut:
“St. Nicholas, bishop of Myra, a saint honored by the Greek and
Latins on the 6th of December… A Legent of his surreptitious bestowal of
dowries on the three daughters of an improverrished citizen… is said to
have originated the old custom of giving presents in secret on the Eve
of St. Nicholas (Dec.6), subsequently transferred to Christmas day.
Hence the association of Christmas with Santa Claus…”
“St. Nicholas, adalah seorang pastur di Myra yang amat
diagung-agungkan oleh orang-orang Yunani dan Latin setiap tanggal 6
Desember…Legenda ini berawal dari kebiasaannya yang suka memberikan
hadiah secara sembunyi-sembunyi kepada tiga anak wanita miskin… untuk
melestarikan kebiasaan lama dengan memberikan hadiah secara tersembunyi
itu digabungkan ke dalam malam Natal. Akhirnya tarkaitlah antara hari
Natal dan Santa Claus…” Sungguh merupakan kejanggalan! Orang tua menghukum anaknya yang berkata bohong. Tetapi di saat menjelang Natal, mereka membohongi anak-anak dengan cerita Sinterklas yang memberikan hadiah di saat mereka tidur. Bukankah ini suatu keanehan, ketika anak-anak menginjak dewasa dan mengenal kebenaran, pasti akan beranggapan bahwa Tuhan hanyalah mitos atau dongeng belaka? Dengan cara ini tidak sedikit orang yang merasa tertipu, dan mereka pun mengatakan: “Ya, saya akan membongkar pula tentang mitos Yesus Kristus!” Inikah ajaran Kristen yang mengajarkan mitos dan kebohongan kepada anak-anak? Padahal Tuhan sudah mengatakan: “Janganlah menjadi saksi palsu. Dan ada cara yang menurut manusia betul, tetapi sebenarnya itu adalah ke jalan kematian dan kesesatan.” Oleh karena itu, upacara “Si Santa Tua” itu juga merupakan Setan. Di dalam kitab suci telah dijelaskan sebagai berikut: “Hal itu tidak usah mengherankan, sebab Iblis pun menyamar sebagai malaikat terang. Jadi itu bukanlah hal yang ganjil, jika pelayan-pelayannya menyamar sebagai pelayan-pelayan kebenaran. Kesudahan mereka akan setimpal dengan perbuatan mereka.” (II Korintus 11:14) Dari bukti-bukti nyata yang telah kita ungkap tadi dapatlah diambil kesimpulan, bahwa perayaan Natal atau Christmas itu bukanlah ajaran Kristen yang sebenarnya, melainkan kebiasaan para penyembah berhala (Paganis). Ia warisan dari kepercayaan kuno Babilonia ribuan tahun yang lampau. |
KATA BIBEL TENTANG POHON NATAL
Bagaimana Bibel berbicara tentang Natal, atau mencatat pandangan para
murid Yesus atau bapak-bapak geraja awal. Jawabannya sungguh sangat
mengejutkan bagi kalangan Kristen sendiri. Sebagaimana yang dikatakan
Bibel (Alkitab) pada kitab Yeremia 10:2-4 yang berbunyi sebagai berikut:
“Janganlah biasakan dirimu dengan tingkah langkah bangsa-bangsa,
janganlah gentar terhadap tanda-tanda di langit, sekalipun bangsa-bangsa
gentar terhadapnya. Sebab yang disegani bangsa-bangsa adalah
kesia-siaan.”
“Bukankah berhala itu pohon yang ditebang orang dari hutan, yang dikerjakan dengan pahat oleh tangan tukang kayu?
Orang memperindahnya dengan emas dan perak; orang memperkuatnya dengan paku dan palu, supaya jangan goyang.”
Itulah keterangan yang jelas dari Bibel tentang pohon Natal. Kita
dilarang mengikuti kebiasaan bangsa-bangsa penyembah berhala. Sebab hal
itu merupakan perbuatan yang sesat menyekutukan Tuhan. Pada ayat kelima
dijelaskan bahwa:
“Pohon itu tidak bisa berbicara, dan orang harus mengangkatnya, karena ia tidak bisa berjalan sendiri.”
“Janganlah takut kepadanya, sebab ia tidak dapat berbuat jahat, juga tidak dapat berbuat baik.”
“Janganlah takut kepadanya, sebab ia tidak dapat berbuat jahat, juga tidak dapat berbuat baik.”
Sebab mereka bukanlah dewa yang harus ditakuti. Bagi mereka yang
tidak pernah membaca atau yang melupakan ayat ini, beranggapan bahwa
tidak ada larangan untuk membuat pohon Natal. Tetapi jika telah
membacanya, apa yang harus dikatakan?
HADIAH NATAL
Acara yang paling penting dari seluruh kegiatan Natal adalah “The
Christmas Shopping Season – Musim Belanja Natal” yang dilakukan dengan
cara membeli dan tukar menukar hadiah. Mungkin banyak orang yang
mengecam kami sambil berkata:
“Bukankah Bibel (Alkitab) telah menceritakan kepada kita untuk
ditiru? Lupakah kita kisah 3 orang dari timur yang datang ke Betelhem
untuk memberikan hadiah ketika Yesus lahir?”
Memang, kami mengetahui cerita itu di dalam Alkitab. Tetapi, silahkan
anda melihat keterangan kami yang mengejutkan ini. Marilah menengok
sejarah asal usul tukar menukar hadiah itu, kemudian kita bandingkan
dengan ayat Alkitab.
Pada Bibliothica Sacra, volume 12, halaman 153-155, kita dapat membaca sebagai berikut:
“The interchange of presents between friends is alike characteristic
of Christmas and the Saturnalia, and must have been adopted by
Christians from the Pagan, as the admonition of Tertullian plainly
shows.”
“Tukar menukar hadiah antar teman di hari Natal serupa dengan adat agama Saturnalia. Kemungkinan besar, kebiasaan ini diadopsi oleh orang-orang Kristen dari agama Pagan, sebagaimana yang dilakukan oleh orang-orang Tertulianus.”
“Tukar menukar hadiah antar teman di hari Natal serupa dengan adat agama Saturnalia. Kemungkinan besar, kebiasaan ini diadopsi oleh orang-orang Kristen dari agama Pagan, sebagaimana yang dilakukan oleh orang-orang Tertulianus.”
Dari bukti yang jelas ini, ternyata kebiasaan pertukaran hadian
sesama teman dan famili pada hari Natal itu sama sekali tidak ada
kaitannya dengan kisah dalam Alkitab tersebut. Acara Natal bukanlah
merayakan ulang tahun Yesus Kristus, juga bukan untuk menghormatinya.
Sebagai contoh, seorang teman yang sangat anda cintai sedang
merayakan ulang tahunnya. Bila ingin membahagiakannya di hari
kelahirannya itu, apakah anda membeli hadiah untuk teman yang lain?
Membeli lagi dan tukar menukar hadiah dengan teman-teman dan kekasih
anda, tetapi tidak memberi hadiah apa pun kepada teman yang anda cintai,
yang sedang anda rayakan hari ulang tahunnya? Tidakkah disadari
keganjilan seperti itu?
Sebuah kenyataan yang tidak bisa dipungkiri yang selalu dilakukan
oleh hampir semua orang di seluruh dunia. Mereka menghormati “sebuah
hari” – yang sebenarnya bukan hari kelahiran Yesus Kristus – dengan
berbelanja dan membeli hadiah sebanyak-banyaknya untuk ditukarkan kepada
teman-teman dan kerabatnya. Dari pengalaman saya selama bertahun-tahun,
begitu pula pengalaman para pastur dan pendeta; Apabila bulan Desember
tiba, hampir semua orang yang mengaku Kristen lupa memberi hadiah kepada
Yesus Kristus yang mereka cintai.
Desember adalah bulan yang paling sulit untuk menghidupkan ajaran
Yesus. Sebab semua orang terlalu disibukkan untuk membeli dan menukar
hadiah daripada mengingat Yesus dan menghidupkan ajarannya. Peristiwa
melupakan Yesus ini terus berlangsung sampai bulan Januari bahkan
Pebruari. Sebab mereka harus melunasi biaya pengeluaran yang
dibelanjakan pada waktu Natal. Sehingga mereka sulit mengabdi kepada
Yesus kembali sebelum bulan Maret.
Sekarang, perhatikan apa kata Bibel tentang tiga orang dari timur
yang memberikan hadiah kepada Yesus, yang berbunyi sebagai berikut:
“Sesudah Yesus dilahirkan di Betlehem di tanah Yudea pada zaman raja
Herodes, datanglah orang-orang Majus dari Timur ke Yerusalem dan
bertanya-tanya: “Di manakah dia, raja orang Yahudi yang baru dilahirkan
itu? Kami telah melihat bintang-bintang di timur dan kami datang untuk
menyembah dia.” Ketika raja Herodes mendengar tentang hal itu
terkejutlah ia beserta seluruh Yerusalem. Maka dikumpulkannya semua imam
kepala dan ahli Taurat bangsa Yahudi, lalu dimintanya keterangan dari
mereka, di mana Mesias akan dilahirkan. Mereka berkata kepadanya: “Di
Betlehem di tanah Yudea, karena demikianlah ada tertulis dalam kitab
nabi: Dan engkau Betlehem, tanah Yudea, engkau sekali-kali bukanlah yang
terkecil di antara mereka yang memerintah Yudea, karena daripadamulah
akan bangkit seorang pemimpin, yang akan menggembalakan umatKu Israel.
Lalu dengan diam-diam Herodes memanggil orang-orang Majus itu dan dengan
teliti bertanya kepada mereka, bilamana bintang itu nampak. Kemudian ia
menyuruh mereka ke Betlehem, katanya: “Pergi dan selidikilah dengan
seksama hal-hal mengenai anak itu dan segera sesudah kamu menemukan dia,
kabarkanlah kepadaku supaya aku pun datang menyembah dia.” Setelah
mendengar kata-kata raja itu, berangkatlah mereka. Dan lihatlah, bintang
yang mereka lihat di timur itu mendahului mereka hingga tiba dan
berhenti di atas tempat, di mana anak itu berada. Ketika mereka melihat
bintang itu, sangat bersukacitalah mereka. Maka masuklah mereka ke dalam
rumah itu dan melihat anak itu bersama Maria, ibunya, lalu sujud
menyembah dia. Mereka pun membuka tempat harta bendanya dan
mempersembahkan persembahan kepadanya, yaitu emas, kemenyan dan mur. Dan
karena diperingatkan dalam mimpi, supaya jangan kembali kepada Herodes,
maka pulanglah mereka ke negerinya melalui jalan lain.
HADIAH UNTUK YESUS
NATAL MEMULIAKAN TUHAN?
Ada dua alasan yang dipakai dasar oleh orang-orang yang
menyelenggarakan Natal, sebagai cara untuk menghormati Yesus Kristus,
meskipun mereka mengetahui bahwa perayaan itu warisan kepercayaan
Paganisme:
1. Banyak yang mengajukan alasan: “Walaupun kita tidak mengetahui
secara tepat hari kelahiran Yesus, apa salahnya kita memilih hari untuk
merayakan ulang tahunnya.”
Kami akan menjawab dengan pasti “Tidak bisa”. Sebab dalam Catholic Encyclopedia (Eksiklopedi Katolik) telah dijelaskan:
“Sinners alone, not saints, celebrate their birthday = Hanya orang
kafir, bukan orang-orang suci, yang merayakan hari ulang tahun mereka.”
Perayaan ulang tahun bukan berasal dari agama Kristen, melainkan dari ajaran agama kafir.
2. Ada pula yang beralasan: “Walaupun Natal itu kebiasaan orang-orang
kafir (pagan) yang menyembah dewa matahari, tetapi kita tidak menyembah
dewa tersebut, melainkan untuk menghormati Yesus Kristus.”
Tetapi sudahkah kita mendengarkan jawaban Tuhan melalui firmannya yang berbunyi sebagai berikut:
“Maka hati-hatilah, supaya jangan engkau kena jerat dan mengikuti
mereka, setelah mereka dipunahkan dari hadapanmu, dan supaya jangan
engkau menanya-nanya tentang tuhan mereka dengan berkata: “Bagaimana
bangsa-bangsa ini beribadah kepada tuhan mereka? Aku pun mau berlaku
begitu.” Jangan engkau berbuat seperti itu terhadap Tuhanmu. Sebab
segala yang menjadi kekejian bagi Tuhan, apa yang dibenciNya, itulah
yang dilakukan mereka bagi tuhan mereka; bahkan anak-anaknya lelaki dan
anak-anaknya perempuan dibakar mereka dengan api bagi tuhan mereka.”
(Ulangan 12:30-31)
Tuhan berfirman dengan jelas dalam kitab suciNya, bahwa Dia tidak mau
menerima dalam bentuk penyembahan yang menyerupai atau meniru cara
penyembahan orang-orang kafir kepada tuhannya. Cara penyembahan seperti
itu sangat menjijikkan bagi Tuhan. BagiNya, pemujaan yang demikian itu
tidak layak untukNya, melainkan hanya pantas untuk memuja berhala.
Sebagaimana yang sering kita dengar, Tuhan melarang kita menyembahNya
hanya dengan “menurut kata hati kita sendiri.” Yesus telah bersabda:
“Allah itu Roh, dan barang siapa yang menyembah Dia, harus
menyembahNya dalam roh dan kebenaran; sebab Bapa menghendaki
penyembah-penyembah demikian.” (Yohanes 4:24)
Dan apa yang dimaksud dengan kebenaran itu? Firman Tuhan atau Kitab
suci Bibel itulah kebenaran. Sebagainya sabda Yesus yang berbunyi
sebagai berikut:
“Kuduskanlah mereka dalam kebenaran; FirmanMu adalah kebenaran.” (Yohanes 17:17)
Di Dalam Bibel sendiri, secara jelas Tuhan berfirman bahwa Dia tidak
mau menerima penyembahan kepadaNya, dengan meniru cara penyembahan para
penyembah berhala. Begitu pula cara yang dipakai untuk mengagungkan dan
memuliakan Yesus Kristus.
Ingatlah sekali lagi, peringatan Yesus yang berbunyi:
“Percuma mereka beribadah kepadaku, sedangkan ajaran yang mereja ajarkan ialah perintah manusia.”
Natal atau Christmas adalah tradisi dan ajaran manusia, sedangkan
ajaran Tuhan telah melarangnya. Selanjutnya Yesus bersabda lagi:
“Sungguh kamu telah menolak ajaran Tuhan, tetapi kamu mengikuti ajaran tradisimu sendiri.”
Alangkah tepat firman-firman Tuhan yang dilontarkan kepada
berjuta-juta orang yang melakukan Natal itu. Mereka mengabaikan ajaran
Tuhan. Tuhan melarang pemujaan yang meniru adat kaum kafir penyembah
berhala, tetapi dengan senang hati kita melanggarnya. Tuhan berfirman:
“Janganlah kamu berbuat demikian terhadap Tuhanmu.”
Ternyata hampir semua orang menganggap ringan larangan itu. Atau
karena tidak memiliki dasar agama yang kuat, akhirnya mereka mengikuti
tradisi kebanyakan orang-orang untuk merayakan Natal.
Jangan salah! Tuhan membiarkan anda untuk berbuat semaunya dan tidak
mengikuti petunjukNya. Tuhan membiarkan kita tenggelam dalam keramaian
dan mengikuti tradisi orang-orang. Bahkan Dia akan membiarkan kita
berlumuran dosa. Tetapi, Tuhan juga telah memerintahkan kita tentang
datangnya hari perhitungan atau pembalasan. Jika kamu menanam, niscaya
kamu akan memetik hasilnya. Yesus adalah firman Tuhan yang hidup,
sedangkan Bibel adalah firman Tuhan yang tertulis. Dan kita akan diadili
sesuai dengan ketetapan yang telah digariskan dalam firman tersebut.
Kita pun tidak bisa mengelak dan mengabaikannya.
TANPA DISADARI KITA KEMBALI KE MASA BABILONIA
Christmas atau Natal telah menjadi musim panen para pedagang. Ia
menjadi sponsor yang terus dilestarikan oleh perusahaan advertising
setiap tahun. Anda selalu melihat Santa Claus yang dipajang di setiap
toko. Iklan-iklan menyambut dan mengajak kita untuk merayakan “Beautiful
Christmas Spirit”. Koran yang selalu menjual iklan, ikut menyemarakkan
musim kaum kafir tersebut di tajuk rencananya. Orang yang mudah terbius
oleh tradisi ini, akan marah bila ditunjukkan kebenaran dari Tuhan.
Padahal “Christmas Spirit = Semangat Natal” yang diselenggarakan setiap
tahun itu, bukanlah untuk mengangungkan Kristus, melainkan hanya untuk
promosi barang-barang dagangan. Sebagaimana rayuan setan lainnya, ia
dikemas sedemikian rupa sehingga tampak seperti “Malaikat Pembawa
Terang” yang amat indah. Setiap tahun jutaan dolar dihabiskan begitu
saja, sementara ajaran Yesus diterlantarkan. Itulah bagian dari sistem
perekonomian Babilonia.
Sebagaimana yang telah diramalkan oleh Bibel (Alkitab), kita merasa
berada di negara Kristen, padahal kita di Babilonia, tetapi kita tidak
menyadarinya. Ingatlah pesan Alkitab yang berbunyi sebagai berikut:
“Pergilah kamu hai umatKu, pergilah dari padanya, supaya kamu jangan
mengambil bagian dalam dosa-dosanya, dan supaya kamu jangan turut
ditimpa malapetaka-malapetakanya.” (Wahyu 18:4)
Oleh karena itu, di tahun ini, daripada jutaan uang tersebut
dihambur-hamburkan begitu saja, lebih baik dibelanjakan untuk menunjang
pekerjaan Tuhan.
Memang benar kristus tidak lahir di tanggal 25 Desember, dan Alkitabpun tidak menuliskannya.Agar kesannya manusia dulu tidak merayakan tanggal 25 Desember sebagai hari memuja dewa-dewa, maka digantilah untuk perayaan natal sebagai perayaan memuja Tuhan Allah, ternyata mereka itu jenius dan memang ide yang cemerlang.tetapi natal bukanlah suatu misteri, natal itu pengertiannya lahirnya kristus di hati umat kristen, jadi merayakan natal itu sederhana, dirayakan setiap hari, agar kristus itu lahir di hatinya setiap hari, mereka tidak ada aturan puasa harus menjelang lebaran. Natal dan perayaannya memang benar tidak ada tertulis di Alkitab, apakah merayakan lebaran juga tertulis di Alquran?? apakah dianjurkan di alquran agar setiap hari raya membuat ketupat? jelas-jelas ketupat tidak ada di arab sana. Natal bukan paganisme, bahkan banyak berita yang beredar bahwa serambi mekkah adalah tempat berdiamnya setan-setan dan dewa-dewa benarkah demikian? lalu mengapa dikelilingi, disembah dan mencium batu yang disana?