JKGR Perancis menawarkan pembuatan pesawat tempur Rafale di Malaysia, jika
negara Jiran itu mau memilih Rafale sebagai pesawat tempur baru mereka.
“Kami mempertimbangkan jalur perakitan di Malaysia”, ujar pimpinan
eksekutif Dassault Aviation , Eric Trappier, saat diwawancarai lewat
telepon dalam ajang Langkawi Air Show, Malaysia.
Saat ini Malaysia sedang mencari 18 pesawat tempur untuk menggantikan
Mig 29 Rusia, dengan tiga alternatif: Eurofighter, F-18 dan Gripen,
produksi Saab Swedia.
Malaysia memiliki beberapa perusahaan terkait industri dirgantara.
Antara lain CTRM, Composites Technology Research Malaysia. CTRM
merupakan suplier beberapa komponen untuk sayap pesawat Airbus A320
Series. Sekitar 20 persen wing surface dari Airbus A320 merupakan
produksi CTRM. Produk mereka untuk A320 antara lain: Moveable
fairing, over wing panels, a320 spoilers, under wing, a320 fix fairing
dan beberapa lainnya. CTRM juga penyuplai beberapa composites aero
structures untuk pesawat Airbus A380, serta Airbus A400M Militer.
Malaysia juga memiliki industri dirgantara SME Aerospace, yang
membuat sejumlah komponen kecil untuk pesawat: Airbus
A330/A340, Airbus A320, Boeing B777, Eurocopter EADS, Avro RJ/RJX
dan BAE Hawk. Untuk urusan Maintenance, Repair & Overhaul (MRO),
Malaysia memiliki AIROD yang telah menggarap berbagai jenis pesawat dan
helikopter.
Tawaran Perancis yang akan membuat perakitan pesawat tempur Rafale di
Malaysia, untuk mendorong Malaysia mampu menciptakan industri
penerbangan sendiri dikemudian hari.
Langkah Dassault Aviation ini membuat pemerintah Malaysia tertarik
dengan pesawat tempur Rafale. ”Malaysia tertarik mendorong industri
dalam negeri mereka, untuk terlibat dalam pembuatan pesawat”,
ujar pimpinan eksekutif Dassault Aviation, Eric Trappier. Menurut Erick,
mereka sangat mendukung keinginan Malaysia, jika pesawat Rafale dipilih
Malaysia sebagai pesawat baru mereka. Dan saat ini, Dassault telah
menandatangani kontrak dengan perusahaan CTRM, Zetro Aerospace dan
SaputraMalaysia, untuk kerjasama pembuatan komponen pesawat.
Dari tiga jenis pesawat yang hendak dibeli Malaysia, kandidat terkuat
tinggal dua yakni: Eurofighter Typhoon dan Dassault Rafale. Namun,dalam
ujicoba yang dilakukan Malaysia, Eurofighter Typhoon dianggap lemah
dalam operasi serangan darat dan kemampuan radar, meski memiliki daya
tahan yang tinggi. Tampaknya Malaysia akan memiih Rafale, sekaligus
untuk menghidupkan keinginan Malaysia membuat pesawat tempur.
Pesawat tempur multi-role Rafale bergabung dengan militer Perancis
tahun 2001 dan mampu menjalankan misi: serangan darat, serangan laut,
intai tempur, misi serangan nuklir dan intersepsi udara. Saat ini
Perancis sedang berjuang menemukan pembeli asing pertama yang mau
membeli pesawat tempur mereka, yang dibangun dengan biaya puluhan miliar
euro.
Menurut Dassault Aviation, India telah memilih Rafale untuk pengadaan
(sebagian besar) 126 pesawat tempur baru dan Perancis bersedia
membangun pesawat itu di India, jika kontrak final jadi ditandatangani
tahun ini.
Bagaimana dengan Indonesia ?
Wakil Menteri Pertahanan, Letnan Jenderal (Purn) Sjafrie Sjamsuddien,
Kamis 13 Juni 2013, menyatakan program pesawat tempur IFX/KFX yang
sudah berjalan 18 bulan dan melibatkan seluruh komponen bangsa, harus
terus berjalan secara berkelanjutan.
Pemerintah dan Komisi I DPR melakukan Rapat Dengar Pendapat di kantor
PT DI, Bandung, khusus membahas kelanjutan proyek pesawat tempur
Indonesia-Korea Selatan. Kementerian Pertahanan akan menggandeng Defense
Industry Cooperation Committe (DICC) dalam pembuatan jet tempur
Indonesia.
Menurut Sjafrie, program pesawat tempur PT DI bekerjasama dengan
pemerintah Korea Selatan, harus selesai pada tahun 2020, sehingga
siapapun yang menjadi presiden akan datang, harus memiliki komitmen
melanjutkan program ini. Saat ini, PT DI sedang mempersiapkan diri masuk
dalam tahap kedua, yaitu Engineering Manufacturing Development,
pengembangan pesawat tempur IFX/KFX. Dari 72 teknologi, masih ada 30
item yang harus disiapkan oleh PT DI.
“Program pesawat tempur IFX/KFX adalah program nasional demi
kepentingan bangsa dan Negara. Oleh karena itu kita harus mewujudkannya
demi kemandian bangsa dalam membangun kekuatan pertahanannya,”
tutur Sjafrie Sjamsuddien,
Ketua Komisi I DPR, TB Hasanudin, menyatakan DPR sejalan dengan
pemerintah untuk melanjutkan program ini, siapapun kekuatan politik di
masa depan yang memimpin negara Indonesia.
KKIP
Dalam kesempatan dan waktu terpisah, Sidang Kesembilan Komite
Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP) juga membahas agenda perkembangan
alih teknologi kapal selam dan perkembangan program pesawat jet tempur
KF-X/IF-X.
KKIP sedang menyusun agenda pembangunan infrastruktur pembuatan kapal
selam di Surabaya melalui PT PAL dan pesawat jet tempur di Bandung
melalui PT DI. Ditargetkan, paling lambat dalam dua hingga tahun ke
depan, Indonesia telah memiliki infrastruktur industri pembuatan kapal
selam dan pesawat jet tempur berteknologi canggih, di atas pesawat
tempur sekelas Sukhoi dan F-16.
Menurut Menteri Pertahanan sekaligus Ketua KKIP, Purnomo
Yusgiantoro, pembangunan infrastruktur kapal selam dan jet tempur akan
dijadikan sebagai program nasional. Payung hukumnya sedang dipersiapkan,
agar tidak menemui hambatan.
“Butuh dukungan parlemen, karena program ini pasti akan melalui lintas parlemen. Dibutuhkan payung hukum agar menjadi proyek nasional,” ujar Purnomo.
Pembangun infrastruktur pembuatan kapal selam, akan bekerja sama
secara khusus dengan Korea Selatan dan dimulai dari kesepakatan
lisensi,engineering manufacturing development, hingga prototipe.
Saat ini kedua pihak telah sampai pada tahap teknologi desain. Dua
tahun ke depan ditargetkan akan mencapai tahap engineering manufacturing
development dan prototipe.
“Dari sisi teknis, kita juga sudah kirim 52
ahli untuk belajar teknologi design,” lanjut Purnomo Yusgiantoro, usai
Sidang Kesembilan KKIP bertajuk “Membangun Sinergitas Menuju Kemandirian
Industri Pertahanan”, Selasa (11/6).
Sidang Kesembilan KKIP ini dipimpin langsung Menhan Purnomo
Yusgiantoro selaku Ketua Harian KKIP, didampingi Wamenhan Sjafrie
Syamsoeddin sebagai Sekretaris. Pembahasan juga dihadiri Ses Menristek,
Dirjen Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi Kemperin, Deputi II
Kementerian BUMN, serta Kasum TNI dan Asrena Kapolri.
Kita tunggu saja, pesawat tempur siapa yang akan mengudara duluan.
Sumber : JKGR
0 komentar:
Posting Komentar