JAKARTA – Tokoh
Partai Bulan Bintang (PBB) Fuad Amsyari menegaskan, selama ini umat
Islam salah memilih partai, salah memilih pemimpin yang kemudian
berimbas salah dalam mengambil kebijakan politik yang salah. Oleh kerena
itu umat Islam Indonesia harus memilih pemimpin yang benar-benar
memperjuangkan syariat Islam. Ke depan, umat Islam harus menang dan
berkuasa.
“Islam politik secara kongkrit memobilisasi kekuasaan,
mengalahkan partai sekuler. Umat Islam harus berkuasa. Islam politik
harus menang. Dengan menerapkan syariat Islam, maka bagaimana seharusnya
menerapkan kebijakan politik, ekonomi, pendidikan, social dan budaya
yang sesuai dengan Islam,” kata Fuad dalam Pengajian Politik Islam di
Masjid Al Azhar, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
Fuad tidak setuju dengan dikotomi partai islam dengan
partai nasional. Menurutnya Islam itu juga nasionalis. Yang mendikotomi
partai islam dan nasionalis adalah rekayasa politiknya partai non Islam.
Ketua Umum Partai Bulan Bintang MS Ka'ban menambahkan, dalam UUD
1945, presiden Indonesia adalah orang Indonesia asli dan yang beragama
Islam. "Harus diakui, partai Islam masih pasang surut, belum mampu
merebut mayoritas. Juga diakui, aktivis elit politik partai Islam masih
terperangkap dengan glamor kehidupan dunia," ujarnya.
Sementara itu, penggagas Pengajian Politik Islam (PII),
KH. Cholil Ridwan menjelaskan hadirnya kajian ini adalah bagian dari
mengikuti sunnah Rasulullah. Dengan memilih masjid, PPI ingin meniru
Rasulullah dalam menegakkan Islam di jazirah Arab.
“Rasulullah hanya dari majelis taklim dan Masjid Madinah
berhasil menyebarkan Islam. Hingga beliau wafat seluruh penduduk
jazirah Arab sudah muslim,” tegasnya dalam launching PPI yang dihadiri
ratusan umat Islam.
Dengan bermodal kajian yang dimulai dari masjid, tidak
sampai seratus tahun Islam sudah masuk ke Eropa. Hingga 700 tahun
lamanya Eropa diperintah dengan Hukum Qur’an yang membawa pencerahan
bagi masyarakat Eropa.“Itu semua dimulai dari masjid, bukan istana dan
DPR,” tandas Kyai Kholil.
“Pengajian ini mempunyai semangat untuk menyatukan umat
dengan ukhuwah imaniyah demi izzul Islam wal Muslimin dan untuk
memenangkan umat Islam dalam setiap pertarungan politik baik pemilu,
pilpres dan pilkada,” kata KH Cholil Ridwan.
Kalahnya umat Islam dalam pilkada di DKI Jakarta, Solo
dan lain-lain menjadi sebab didirikannya pengajian politik ini.
“Bagaimana di DKI yang 82% penduduknya Muslim, Wagub nya non Muslim.
Gubernur Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah dari kalangan Kristen,
padahal mayoritas penduduknya beragama Islam. Sedangkan di daerah
minoritas Muslim semenjak merdeka belum pernah ada yang gubernurnya
Muslim,”jelas Kiyai Cholil yang juga Pengasuh Pesantren Husnayain
Jakarta.
Selain itu, terpuruknya parpol-parpol Islam dalam
popularitas dan elektabilitas serta rendahnya kualitas dan kuantitas
pemimpin Islam saat ini juga menjadi keprihatinan. “Tujuan akhir dari
pengajian ini adalah umat Islam menjadi tuan rumah di negeri sendiri dan
selalu menang dalam pertarungan politik, ekonomi dan budaya. Serta
Indonesia menjadi negara bersyariah,”tegas Kiyai Cholil yang juga Ketua
MUI Pusat. [desastian]
(voa-islam.com)
0 komentar:
Posting Komentar