Kamis, 06 Maret 2014

Dukungan surut untuk Bintang Daud


Dukungan surut untuk Bintang Daud
Israel. dailymail.co.uk
 Israel. Negara Timur Tengah ini paling banyak dibela oleh lima negeri kekuatan dunia yakni Amerika Serikat, Inggris, Jerman, Prancis, dan Jepang, kini mulai tak lagi dilirik. Semua lantaran ambisi mengeyahkan Palestina.
Kebencian Israel pada Palestina tentu tak lagi seksi bagi para sekutunya. Sejagat kini punya banyak agenda penting. Kawan baik Amerika mengklaim diri sebagai polisi dunia disibukkan dengan pelbagai kasus terjadi termasuk perang Suriah, nuklir Iran, hingga paling segar, pendudukan Rusia di Ukraina. Pekerjaan rumah ini jauh lebih menyita dibandingkan konflik Palestina-Israel sudah mendarah daging sejak lama.
Padahal sidang umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dua tahun lalu sudah menetapkan sebanyak 148 negara tergabung dalam PBB setuju Palestina harus berdaulat. Sisanya tidak setuju termasuk Amerika namun suara terbanyak tentu menang dan sebagai negara menjunjung tinggi hak asasi dan demokrasi Amerika tidak mungkin menelan ludah. Mereka pun ikut mengakui Palestina.
Bukannya menerima keputusan sidang PBB, Israel seolah menantang dengan membangun 3.000 rumah bagi warga Yahudi seperti dilansir surat kabar Haaretz awal tahun lalu. Hingga kini mereka bersikeras tetap melanjutkan pembangunan permukiman itu.
Sejagat tak lagi berempati pada Israel. Sebaliknya justru Presiden Otoritas Mahmud Abbas memperlihatkan sikapnya yang tetap menjaga perdamaian. Times of Israel melansir (3/3), meski gempuran Negeri Bintang Daud itu pada Palestina kian gencar, mereka hanya mengutuk tanpa membalas. Tepi Barat memilih jalur-jalur diplomatik agar Negeri Zionis itu berhenti berulah. Mereka menghormati kesepakatan damai terjalin dengan Israel seperti disponsori PBB dan perwakilan negara pilar dunia.
Sebab itulah Presiden Amerika Barack Hussein Obama mengatakan pihaknya tak lagi bisa membantu pemerintahan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu jika mereka tak memenuhi perjanjian perdamaian pada Palestina termasuk pembangunan permukiman di Tepi Barat.
"Kami memang setia pada Israel namun jika mereka tetap mengerjakan proyek itu akan sangat sulit bagi kami membela mereka sebab itu menyakiti masyarakat internasional dan mengkhianati perjanjian dengan banyak pihak termasuk hasil rapat PBB sudah mengakui kedaulatan Palestina," ujar Obama.
Agenda perdamaian bergulir Juli tahun lalu harusnya telah mencapai kesepakayan dalam sembilan bulan namun tidak ada kemajuan. Hal dinegosiasikan pun sudah dibicarakan terutama pada isu-isu sentral seperti keamanan perbatasan, soal Kota Yerusalem, permukiman warga Yahudi, dan hak kembali bagi warga pengungsi serta tahanan Palestina.
Jika saja Netanyahu mau menjalani kesepakatan ini dan menyerukan warga Israel tunduk pada perjanjian tentu Amerika masih berada di sisi mereka dan tak terancam sendirian melawan negara-negara Arab lain yang sudah cukup lama sentimen dengan Israel.



0 komentar:

Posting Komentar

Form Kritik & Saran

Nama

Email *

Pesan *