Israel. Negara Timur Tengah ini paling banyak
dibela oleh lima negeri kekuatan dunia yakni Amerika Serikat, Inggris,
Jerman, Prancis, dan Jepang, kini mulai tak lagi dilirik. Semua lantaran
ambisi mengeyahkan Palestina.
Kebencian Israel pada Palestina tentu tak lagi seksi bagi para
sekutunya. Sejagat kini punya banyak agenda penting. Kawan baik Amerika
mengklaim diri sebagai polisi dunia disibukkan dengan pelbagai kasus
terjadi termasuk perang Suriah, nuklir Iran, hingga paling segar,
pendudukan Rusia di Ukraina. Pekerjaan rumah ini jauh lebih menyita
dibandingkan konflik Palestina-Israel sudah mendarah daging sejak lama.
Padahal sidang umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dua tahun lalu
sudah menetapkan sebanyak 148 negara tergabung dalam PBB setuju
Palestina harus berdaulat. Sisanya tidak setuju termasuk Amerika namun
suara terbanyak tentu menang dan sebagai negara menjunjung tinggi hak
asasi dan demokrasi Amerika tidak mungkin menelan ludah. Mereka pun ikut
mengakui Palestina.
Bukannya menerima keputusan sidang PBB, Israel seolah menantang
dengan membangun 3.000 rumah bagi warga Yahudi seperti dilansir surat
kabar Haaretz awal tahun lalu. Hingga kini mereka bersikeras tetap
melanjutkan pembangunan permukiman itu.
Sejagat tak lagi berempati pada Israel. Sebaliknya justru Presiden
Otoritas Mahmud Abbas memperlihatkan sikapnya yang tetap menjaga
perdamaian. Times of Israel melansir (3/3), meski gempuran Negeri
Bintang Daud itu pada Palestina kian gencar, mereka hanya mengutuk tanpa
membalas. Tepi Barat memilih jalur-jalur diplomatik agar Negeri Zionis
itu berhenti berulah. Mereka menghormati kesepakatan damai terjalin
dengan Israel seperti disponsori PBB dan perwakilan negara pilar dunia.
Sebab itulah Presiden Amerika Barack Hussein Obama mengatakan
pihaknya tak lagi bisa membantu pemerintahan Perdana Menteri Benjamin
Netanyahu jika mereka tak memenuhi perjanjian perdamaian pada Palestina
termasuk pembangunan permukiman di Tepi Barat.
"Kami memang setia pada Israel namun jika mereka tetap mengerjakan
proyek itu akan sangat sulit bagi kami membela mereka sebab itu
menyakiti masyarakat internasional dan mengkhianati perjanjian dengan
banyak pihak termasuk hasil rapat PBB sudah mengakui kedaulatan
Palestina," ujar Obama.
Agenda perdamaian bergulir Juli tahun lalu harusnya telah mencapai
kesepakayan dalam sembilan bulan namun tidak ada kemajuan. Hal
dinegosiasikan pun sudah dibicarakan terutama pada isu-isu sentral
seperti keamanan perbatasan, soal Kota Yerusalem, permukiman warga
Yahudi, dan hak kembali bagi warga pengungsi serta tahanan Palestina.
Jika saja Netanyahu mau menjalani kesepakatan ini dan menyerukan
warga Israel tunduk pada perjanjian tentu Amerika masih berada di sisi
mereka dan tak terancam sendirian melawan negara-negara Arab lain yang
sudah cukup lama sentimen dengan Israel.
0 komentar:
Posting Komentar