Hashomer sang Pelindung Yahudi
Dalam perayaan HUT Israel di Indonesia,
bulan lalu, Unggun Dahana menyatakan bahwa Israel adalah sebuah Negara
penuh toleransi dan cinta damai. Tentu kita mengetahui ucapan itu tidak
lebih dusta. Sebab dalam rekam jejak sejarahnya, sebelum berdirinya
Israel pun tentara Zionis sudah menyiapkan seperangkat kelompok teroris
yang akan bertugas membasmi rakyat Palsetina dan mendirikan Negara
ilegal Israel.
Data dan fakta mengenai mereka sendiri
pun tidak banyak terungkap. Padahal milisi-milisi kelompok teroris
Zionis memliki andil penting dalam memuluskan jalan berdirinya Israel
kelak pada tahun 1948.
Oleh karenanya, berikut kita akan
mengupas lebih jauh sepak terjang kelompok-kelompok teroris sebelum
berdirinya negara penjajah Zionis Israel.
Kelompok Hashomer
Hashomer
Dalam bahasa Ibrani atau bahasa resmi Zionis Israel, Hashomer
berarti penjaga atau pelindung. Kelompok ini termasuk organisasi
teroris Zionis pertama dan terpenting sebelum pembentukan rezim Zionis.
Aktivitasnya tidak lebih menjalankan aksi untuk melindungi koloni-koloni
pemukiman Yahudi di Palestina.
Amos Perlmutter dalam bukunya Militer dan Politik di Israel menulis, “Unit Pertahanan pertama Yahudi di pengungsian dibentuk di penghujung abad ke 19 di Eropa Timur. Pada 1905, partai Puali Zion
- yang didirikan sebelum gerakan Sosialis Zionis - mengawasi
pembentukan kelompok-kelompok pertahanan di Palestina. Pada 1909, tempat
mereka diambil alih, oleh kelompok Hashomer.
Menurut Madjid Sahafa dalam bukunya Negara Fiktif, mulanya Hashomer
bukanlah merupakan kumpulan orang-orang Zionis yang sepaham, melainkan
gabungan para aktivis Zionis dari Eropa Timur, Ukraina, dan Kaukasus.
Belakangan, orang-orang Yahudi Marxis dari Rusia bergabung dan
menciptakan spirit militerisme di dalam tubuh Hashomer.
Sedangkan Leonerd Mosely dalam bukunya Gideon Goes To War mengatakan bahwa pada 1907, imigran Zionis membentuk sebuah organisasi militer bernama Bar Guevara (Komunitas Rahasaia Yahudi). Bar Guevara sendiri adalah cikal bakal Hashomer
yang di antara tugas yang dibebankan kepadanya adalah mengumpulkan
informasi-informasi rahasia. Setelah dua tahun berljalan, reorganisasi
pun dilakukan dan nama Bar Guevara kemudian diubah menjadi Hashomer. Sedangkan, para imigran Yahudi yang membentuk Bar Guevara adalah Yitzhak Ben Tarvi, Alexander Zeid, serta seorang bernama Israil Shuhet.
Meski mulanya Hashomer dibentuk
untuk melindungi koloni-koloni pemukiman Yahudi, namun belakangan
kelompok ini bermetamoforsis menjadi kelompok teroris, militer, dan
spionase Zionisme. Hashomer memiliki pengaruh kuat pada
sebagian besar organisasi-organisasi sosialis Zionis dan melancarkan
aksi teror bagi warga Palestina.
Selain menjaga dan melindungi koloni-koloni Zionis di bumi para nabi itu, Hashomer juga membangun beberapa koloni pemukiman Yahudi untuk ditempati oleh para imigran Yahudi yang datang dari Eropa Timur.
Koloni pertama yang dibangun Hashomer adalah koloni Marjabia yang terletak di lembah Bisan. Setelah itu Hashomer
pun kembali membangun dua koloni lagi. Salah satunya bernama Tel
Hadshim di lembah Bisan dan lainnya bernama Kofr Jaladi di desa Mithlah,
sekitar kawasan Jalil.
Pada permulaan Perang Dunia Pertama, Hashomer
sempat dikejar-kejar oleh pihak Turki. Khususnya setelah penangkapan
Lisanisky - salah seorang anggota kelompok spionase bernama Neili -.
Rahasia-rahasia kelompok Hashomer pun akhirnya terbongkar. Hal ini pun berujung pada penangkapan 12 anggota Hashomer.
Haganah
Kendati demikian, orang-orang Turki tidak bisa memperoleh informasi lengkap perihal aktivitas anggota Hashomer dalam jaringan Zionis. Oleh karennya, Hashomer
selamat dari pengejaran pejabat-pejabat Turki, tapi tidak bisa terbebas
dari dampak spionase yang dilakukannya, yaitu pendeknya masa aktivitas
organisasi dan pembubarannya.
Setelah Palestina jatuh ke tangan Pasukan Britania (Inggris), terbongkarlah bahwa beberapa pemimpin Hashomer bekerja pada sebuah jaringan spionase. Dan menjadi penghubung antara jaringan itu dengan komite politik Pishof.
Meskipun belakangan diketahui bahwa sebagian bantuan dana itu tidak
sampai ke tangan komite melainkan masuk ke kantong beberapa pengurus Hashomer.
Sepanjang periode kekuasaan Inggris atas Palestina, Hashomer meningkatkan aksi teror dan militernya terhadap warga Palestina dan Inggris.
Akhirnya pada permulaan dekade abad ke
20, ketika kaum Zionis merasakan kebutuhan mendesak untuk membentuk
sebuah kekuatan militer besar, Hashomer pun mengusulkan pembentukan organisasi Haganah dan segera berinisiatif mendirikannya. Namun beberapa anggota Hashomer
menolak usulan tersebut dan lebih memilih membentuk kelompok perang
kecil bernama Brigade-Brigade-Perang. Kelompok ini pun tetap berbentuk
seperti ini, hingga revolusi terhadap orang-orang Palestina meletus
tahun 1929. Namun setelah itu mereka terpaksa bergabung dengan Haganah.
Hingga pada akhirnya, Yutzhak Ben Tarvi, salah seorang pengurus Hashomer
menjadi presiden Israel dan Ben Gurion yang menjadi perdana menteri
pertama Zionis Israel adalah salah seorang pendukung utamanya.
Haganah
Haganah
Seperti sudah dijelaskan pada pembahasan sebelumnya, Hashomer adalah sebuah kelompok teroris Zionis yang kemudian bermetamorfosis menjadi sebuah kelompok teroris Zionis lainnya bernama Haganah (baca: "Hah Gah nah').
Menurut Ami Isseroff, Haganah adalah gerakan bawah tanah Yahudi yang didirikan pada tahun 1920 dengan nama resmi Irgun HaHagannah Ha'vri. Haganah bisa
dikatakan sebagai salah satu pilar organisasi paramiliter Yahudi di
wilayah Palestina saat masih menjadi wilayah mandat Britania Raya sejak
1920 hingga 1948.
Madjid Shafa dalam bukunya Negara Fiktif
menyatakan bahwa kelompok ini merupakan Organisasi Militer Zionis yang
memulai aktifitasnya sejak tahun 1921 di Jerusalem. Tujuan mereka tiak
lain adalah mengusir kaum muslim Palestina dan menempatkan orang Yahudi
di bumi para nabi tersebut.
Saat pembentukan organisasi ini, pemimpin mereka pun mengatakan bahwa tujuan dari didirikannya Haganah adalah membela kehidupan, kepemilikan dan keagungan para warga Yahudi.
Oleh karena itu, begitu saja Haganah terbentuk, banyak elemen pasukan Yahudi yang segera bergabung di dalam barisan Haganah.
Mereka notabene adalah orang-orang Yahudi yang pernah berperang di
Balkan bersama pihak Inggris pada pertengahan Perang Dunia Pertama yakni
antara tahun 1917 sampai 1918.
Menurut Madjid Shafa, membanjirnya para
imigran Yahudi dari beberapa negara Eropa, khusunya Eropa Timur,
diantara tahun 1920-1930 semakin memperkuat salah satu sel kelompok
teroris Zionis ini. Hal ini dikarenakan bahwa sebagian besar imigran
yang baru datang adalah pemuda. Banyak dari mereka yang juga memiliki
pengalaman di bidang organisasi milisi dan rahasia di tempat-tempat
pemukiman Yahudi di Eropa Timur.
Pada tahun 1920- 1930, di bawah pimpinan David Ben-Gurion, Haganah melaksanakan aksi teror dan kekerasan. Haganah
yang semula hanya terbatas sebagai kekuatan bersenjata demi
mempertahankan pemukiman imigran Yahudi, kemudian berubah menjadi laskar
yang melakukan penyerangan terhadap warga Arab-Palestina. Mereka juga
melakukan pengadaan dan pembelian senjata untuk merancang konflik dengan
masyarakat Arab-Palestina yang kemudian dikenal dengan rencana Ben Zion
Dinos, sebuah rencana yang menyusun daftar dan tanggal aksi pembunuhan
terhadap para pemimpin Arab-Palestina saat itu.
Pemilihan tempat-tempat pemukiman Yahudi
yang murni dibangun dengan tujuan strategis dan politis sangat
berpengaruh dalam terbentuknya Haganah dan pola pikir para
anggotanya. Pemilihan tempat pemukiman Yahudi tidak hanya berlandaskan
pada faktor ekonomi, tapi juga faktor kebutuhan pertahanan sentral dan
strategi penempatan warga Yahudi berdasarkan jaminan akan eksistensi
politik warga Yahudi di seluruh tanah Palestina.
Menurut mereka, berhadapan langsung
dengan warga Arab secara khusus akan mempengaruhi faktor ekonomi.
Menurut mereka hal ini pada gilirannya akan menjadikan pemukiman Yahudi
tersebut menjadi sebuah benteng kokoh untuk pertahanan Haganah. Program-program ekonomi dan pertanian pun akhirnya dijalankan secara bersamaan dengan program militer.
Haganah memiliki dua komando
rahasia, yaitu komando tinggi sipil dan komando tinggi militer. Dua
komando ini tunduk pada kelembagaan Zionis yang berpusat pada agen-agen
Yahudi.
Pada awal mula perkembangannya, Haganah mengadakan hubungan dengan Hestodort, yakni sebuah organisasi Persatuan Para Buruh Yahudi di Israel. Pada dekade 1920-an pun Haganah menyiapkan
landasan untuk aktivitasnya di bidang spionase dan juga penyelundupan
senjata dan pemindahan warga Yahudi ke Palestina.
Abdul Wahhab Maisiri dalam bukunya Mausu’ah al Mafahim wa al Musthalahat ash Shhahyuniyah menyatakan bahwa Yosef Hekht, seorang pemimpin Haganah, dalam laporannya kepada David Ben Gurion terkait masalah ini mengatakan, “Di masa itu, Haganah
(sudah) memiliki 27 senapan mesin, 750 senapan 1050 revolver, dan 750
granat. Karena jumlah senjata ini dirasa tidak cukup untuk menguasai
Palestina, maka para personil Haganah berupaya mengimpor
senjata dari luar negeri. Hal ini dilakukan melalui penyelundupan
senjata dan pembangunan beberapa pabrik kecil pembuat senjata ringan.”
Selanjutnya Abdul Wahhab mengatakan,
pada mulanya perlindungan terhadap semua koloni dan pemukiman Zionis
masih berada di bawah komando pusat Haganah. Namun, setelah terjadinya peristiwa revolusi 1929, Haganah mulai mengatur kelembagaannya atas dasar ekspansi, perluasan pendudukan dan operasi teror. Haganah
juga mengumpulkan berbagai perangkat senjata dan menyimpan bahan
logistik, serta memproduksi sebagian lainnya pada tahun-tahun
berikutnya.
Ketika Buku Putih Kedua [1]
dipublikasikan pada tanggal 21 oktober 1930, yang mencakup pasal-pasal
pemindahan orang-orang Yahudi ke Palestina, maka pihak Zionis memutuskan
untuk memperkuat Haganah dan menggunakan beberapa cara untuk menghalangi kedatangan yang tidak diinginkan dari warga Yahudi ke Palestina.
Namun siapa sangka, pada tahun 1931 Haganah
pun terpecah. Hal ini terjadi menyusul pertikaian di tubuh internal
mereka sendiri dan memunculkan sebuah faksi bernama Haganah B. Akan
tetapi, pada tahun 1936 kelompok “sempalan” ini kembali bergabung ke Haganah meski sebagian lainnya menolak kembali dan lebih memilih membentuk kelompok baru benama Irgun.
Kendati Haganah dalam beberapa kasus, mengeluarkan pernyataan yang mengutuk aksi Irgun,
namun penjelasan-penjelasan transparan para pemimpin organisasi ini
khususnya, Menachem Begin dan tulisan-tulisannya, malah menyingkap
koordinasi kemiliteran dua organisasi ini dalam pembagian peran dan
tugas.
Haganah memiliki banyak
kerjasama dengan pasukan Ingris dalam meredam revolusi rakyat Palestina
pada tahun 1929. Oleh karena itu, pemerintah sementara Inggris
menugaskan salah seorang perwiranya untuk membentuk brigade-brigade
Zionis demi memadamkan revolusi rakyat Palestina. Pemerintah sementara
Inggris juga memberi izin kepada Haganah untuk membentuk satuan
polisi bernama Nou Therim. Satuan ini sendiri terdiri dari 22 ribu
prajurit yang dilengkapi senjata dan sarana militer yang kiranya
diperlukan.
Pada 1937, sebuah unit khusus bernama Mossad Aleya Bet pun dibentuk oleh Haganah.
Unit ini bertugas mengawasi operasi penyelundupan orang-orang Yahudi ke
Palestina. Di masa itu pula, sebuah unit lain dengan nama sandi Richsen
dibentuk untuk memperoleh senajata. Dan masih di tahun yang sama,
sebuah unit lagi diciptakan dengan nama Shirot Yadiot atau Sha yang
bertugas menjaga kepentingan intelejensi milisi Haganah.
Sebagian besar operasi Aleya Bet dan Richsen diemban oleh Haganah sendiri. Sedangkan Sha memainkan peran penting dalam mensukseskan jalannya berbagai operasi ini. Sebagai contoh, Haganah memberikan
informasi tentang kiriman muatan senjata untuk pasukan Inggris di
Palestina. Dalam banyak kasus, senjata-senjata ini malah jatuh di tangan
Haganah sendiri.
Melalui kesepakatan khusus yang dibuat
oleh Aleya Bet dengan manajemen operasi khusus Inggris, dia mulai
mengatur operasi para penerjun payung Haganah di berbagai negara Balkan yang notabene dikuasai oleh Nazi.
Meski alasan resmi dan tujuan yang
diprogandakan dari operasi-operasi ini semata-mata untuk mendorong warga
Yahudi kawasan Balkan melawan Nazi, namun para penerjun payung Haganah sama
sekali tidak menunjukkan aktivitas di bidang ini. Kegiatan mereka
semata-mata difokuskan pada hubungan dengan organisasi-oraganisasi
Zionis di kawasan itu, dengan tujuan mengkoordinasi operasi pemindahan
warga Yahudi ke Palestina. Hasilnya, dengan cara ini mereka berhasil
memindahkan 10.000 warga Yahudi Balkan ke Palestina.
Dalam tahun-tahun pertama Perang Dunia II, pemerintah Inggris meminta Haganah
untuk bekerja sama kembali, karena ketakutan akan serbuan Kekuatan
Poros ke Afrika Utara. Setelah Erwin Rommel dikalahkan di El Alamein
pada 1942, Inggris menarik dukungannya terhadap Haganah. Di
tahun 1943, setelah permintaan dan negosiasi yang lama, tentara Inggris
mengumumkan pendirian Brigade Yahudi. Ketika Yahudi Palestina
diperbolehkan mendaftarkan diri ke dalam tentara Britania sejak 1940,
ini adalah pertama kalinya sebuah unit militer khusus Yahudi berperang
di bawah bendera Yahudi. Brigade Yahudi terdiri atas 5.000 tentara dan
ditempatkan di Italia pada bulan September 1944.
Deklarasi Negara Zionis
Selanjutnya, operasi pengumpulan senjata secara illegal terus dilakukan Haganah
hingga pada tahun 1948 dimana kemudian Negara Zionis Israel berdiri.
Sebagai contoh ketika pasukan Inggris mundur dari Palestina pada tahun
1947-1948, unit Sha memberikan informasi akurat perihal waktu
tahap-tahap pengunduran diri mereka kepada Haganah.
Informasi-infomasi ini membuat Haganah
dapat menduduki tempat-tempat yang ditinggalkan pasukan Inggris. Begitu
tempat-tempat ini dikosongkan, dalam tempo beberapa meni saja, Haganah berhasil memperoleh senjata-senajta mereka.
Hal ini terus berlanjut sehingga ketika masa pendeklarasian berdirinya Israel pada 15 Mei 1948, Haganah telah sedemikian siap dari segala segi pasukan dan persenjataan. Maka itu tak heran bahwa Haganah lah yang kemudian diizinkan dari tadinya sebuah milisi Zionis lalu berubah secara resmi menjadi tentara Israel.
Langkah ini tidak lain dilakukan oleh
Ben Gurion perdana menteri dan Menteri Perthanan rezim Zionis pada masa
itu. Begitu rezim Zionis, dibentuk Ben Gurion segera mengeluarkan
perintah agar Haganah dan Kelompok-kelompok militer Zionis lainnya bergabung untuk menjadi tentara Israel.
Palmach
Pada 28 Mei 1948, kurang dari 2 minggu
setelah berdirinya negara Israel pada 15 Mei, pemerintah sementara
meresmikan Pasukan Pertahanan Israel sebagai pengganti Haganah. Pemerintah juga tidak mengakui angkatan bersenjata selain daripada itu. Irgun melanggar keputusan ini yang kemudian melahirkan perselisihan antara Haganah dan Irgun. Perlahan-lahan Irgun meletakkan senjata dan Menachem Begin mengubah milisinya menjadi sebuah partai politik yang bernama Herut.
Palmach
Palmach merupakan organisasi
militer yang didirikan pada tanggal 19 Mei 1941, menyusul ketidakpuasaan
para pemuda di Kibbutesh (koloni pertanian) ketika pasukan sekutu
mendekati Palestina. Kelompok teroris Zionis ini terdiri dari
satuan-satuan yang para anggotanya memperoleh pendidikan khusus dalam
teknik perang gerilya.
Menurut Madjid Shafa dalam bukunya Negara Fiktif, referensi terbaik perihal organisai Palmach bisa dilihat dalam sebuah buku Perjalanan Palmach yang dipublikasikan di Tel Aviv pada tahun 1953. Buku ini berbahasa Ibrani dan terdiri dari dua jilid. Palmach berdiri atas upaya Yitzhak Sara, yang kemudian menjadi pemimpin kelompok ini.
Yitzhak Sara tidak lain adalah
mantan perwira tentara Tsar Rusia dan salah seorang pendiri tentara
Israel. Sejak awal, organisasi ini memiliki hubungan dengan sebuah
partai di Israel bernama Partai Mapam, sebuah partai sayap kiri yang
berhaluan Marxis-Zionis.
Bisa dikata, Palmach adalah
satuan militer profesional pertama yang selain disiplin, juga memiliki
ideologi politik. Tujuan mereka ialah menguasai sepenuhnya situasi
militer di Palestina. Organisasi ini adalah representasi dari aliran
ekspansi militer dalam Gerakan Zionisme. Kelompok teroris Palmach
berkembang dalam kurun waktu 1941-1948 dan memiliki beberapa cabang
sehingga semua organisasi militernya menyebar di seluruh bumi Palestina.
Pada 20 Februari 1948, Palmach
meluncurkan operasi di Kaisarea, Utara Tel Aviv, di mana mereka
menghancurkan 30 rumah warga Palestina. Tujuannya adalah mencegah agar
daerah tersebut dijadikan basis laskar rakyat Palestina.
Berkat hubungan baik dengan pemerintah sementara Inggris di Palestina, pasukan Palmach
dapat memiliki senjata-senjata modern. Komandan Haganah juga memberikan
perhatian khusus kepada mereka. Karena dengan kemahiran dalam
melaksanakan tugas penyerbuan dan pengetahuan politik perihal
prinsip-prinsip Zionisme Internasional, mereka dapat difungsikan sebagai
pasukan penghancur Palestina oleh Haganah. Mereka memiliki
komandan khusus yang dipilih oleh agen Yahudi di Tel Aviv, serta
Komandan operasional di berbagai kota penting di Palestina, seperti
Yerusalem dan Haifa.
Wanita juga memiliki peran penting dalam pelaksanaan operasi militer Palmach. Jumlah para wanita di sebagian unit Palmach
mencapai lebih dari 30%. Selain ikut serta dalam operasi militer,
mereka juga aktif dalam penjagaan, pertolongan pertama, dan jaringan
komunikasi radio rahasia.
Palmach juga memiliki satuan
spionase yang kuat. Mereka bisa memata-matai kamp-kamp tawanan perang
Jerman. Beberapa personil mereka juga melakukan aktivitas mata-mata di
Suriah dan Libanon dengan menyamar lewat pakaian khas Arab.
Setelah perang dunia kedua berakhir, pesonil-pesrsonil Palmach melakukan operasi melawan pemerintah sementara Inggris di Palestina. Pada tahun 1948, satuan-satuan Palmach bertempur
melawan orang-orang Palestin di Front Selatan, khususnya Jalil Utara,
Sina, Naqeb, dan Yerusalem. Mereka pun berhasil menduduki Padang Naqeb.
Palmach
Salah satu rencana Palmach adalah
menggusur mayoritas penduduk muslim di Palestina. Hal ini diwujudkan
melalui pembantaian-pembantaian yang dilakukan para teroris Zionis
terhadap warga Palestina. Diantaranya adalah pembantaian di Desa Deir
Yassin, yang dirancang oleh Palmach bekerjasama dengan kelompok Irgun, Stern, dan para pelaku kriminal lainnya.
Di setiap lembar buku perjalanan Palmach, seperti doktrin goyim Yahudi maka warga Arab disebut sebagai musuh oleh mereka. Buku itu juga menyebutkan puluhan rencana patroli-patoli Palmach dalam operasi teror terhadap warga Palestina di berbagai penjuru negeri itu dan kawasan-kawasan yang harus diduduki.
Menurut data yang dilansir Palmach,
Secara total mereka kehilangan pejuang sebanyak 1187 orang selama
perang “kemerdekaan” dan tahun-tahun sebelum berdirinya Israel.
Belakangan, para perwira Palmach
seperti Eigal Alon, Yitzhak Rabin, Hayiem Barlio, David Yoazar, dan
lain sebagainya membentuk embrio komando tentara Israel. Setelah Negara
Israel didirikan, Palmach pun akhirnya dibubarkan dan digabungkan ke tentara Israel.
Beberapa dari para teroris ini menjadi
terkenal dan menjabat sebagai komando pasukan-pasukan Israel. Diantara
mereka adalah Moshe Dayan (1953-1957), Yitzhak Rabin (1963-1967) dan
Hayiem Barlio (1968-1971). Dalam tubuh tentara Israel terdapat 45
panglima yang sebelumnya adalah para teroris Palmach. Sebagian dari mereka bahkan menjabat sebagai menteri.
Rabin, Clinton dan Arafat
Kini untuk mengenang jasa Palmach
terhadap berdirinya Negara Zionis Israel, maka didirkanlah museum.
Museum kelompok teroris itu terletak di Chaim Levanon Street di Tel
Aviv, dekat Eretz Israel Museum.
Seperti museum pada umumnya, pada museum Palmach banyak ditampilkan foto dan kisah-kisah warisan Palmach
tempo dulu untuk membangkitkan militansi pemuda terhadap Zionisme. Para
pengunjung pun banyak bergabung dengan kelompok atau gerakan Palmach muda.
Irgun, Siap Mati Demi Zionisme
Nama lengkap organisasi ini adalah Irgun Tezavi Leumi Baraetz Ysrail yang berarti “Satuan Militer Nasional di Tanah Israel”.
Kelompok teoris ini dibentuk pada tahun 1931 menyusul protes atas
kebijakan pertahanan Haganah yang diikuti oleh kelompok-kelompok
bersenjata dari Gerakan Teroris Betar dan Haganah B. Untuk menunjukkan
pada dunia dan khususnya muslim Palestina tentang siapa mereka, Irgun
tampaknya sengaja membuat logo berupa gambar tangan sedang memegang
senjata dan dibawahnya tertulis: Hanya ini caranya!
Vladimir Jabotinsky, seorang pemimpin ekstrim Zionisme, merupakan aktor intelektual dibalik organisasi ini. Sedangkan David Raziel adalah perjuang gerakan bawah tanah Zionisme yang didaulat sebagai pemimpin militer Irgun.
Selain itu ada pula nama Avraham Stern. Ia adalah anggota para militer
Yahudi yang terkenal militan. Stern sendiri merupakan pendiri kelompok
esktrem Zionis lainnya yang bernama Lehi atau kadang disebut Geng Stern. Posisinya di Irgun sebagai pengendali kebijakan politik kelompok teroris Irgun.
Irgun
Irgun terinspirasi akan
Zionisme revisionis, nasionalis ekstrimis, dan spirit militerisme.
Ketika para pemimpin organisasi ini merasa bahwa Haganah berubah menjadi moderat, maka mereka pun membentuk Irgun. Sejak semula, Irgun
tidak hanya berorientasi pertahanan, tapi juga penyerangan. Jadi
kelompok ini selain terkenal militan juga bisa disematkan sebagai
kelompok Zionis yang masuk kategori brutal. Mereka sama sekali tidak mau
mundur seujung jarumpun dari tujuan-tujuan Zionisme. Bahkan Siap mati
demi nilai jahat Zionisme.
Dalam bukunya Negara Fiktif,
Madjid Shafa mengungkapkan tentang bagaimana teror mereka terhadap
bangsa Palestina. Mereka kerap melakukan operasi teror terhadap warga
Arab dan Inggris di Palestina. Mereka juga menentang kebijakan politik
Inggris dan mendatangkan warga Yahudi secara besar-besaran ke Palestina.
Di masa Perang Dunia Kedua, Irgun
tercatat sangat aktif dalam mendatangkan orang Yahudi Eropa Timur
secara ilegal. Dalam perjanjian dengan pemerintah Sayap Kanan Hungaria
Polandia, dan Rumania pada masa itu, Jabotinsky berhasil memberi
pelatihan militer kepada kurang lebih 4000 orang pasukan Irgun dan kelompk Betar. Pemerintah Polandia juga berjanji untuk memberi fasilitas senjata dalam jumlah besar terhdap Irgun.
Pada tahun 1940, Irgun bekerjasama dengan Inggris di bidang spionase. Oleh karena itu, kelompok Stern memisahkan diri dari Irgun. Pada 1943, Menachem Begin lalu mengambil-alih kepemimpinan Irgun
dan memperluas operasi terornya terhadap warga Arab. Diantara yang
paling menonjol adalah peledakan Hotel King David di Jerusalem pada
tanggal 22 Juli 1946 yang memakan korban 91 orang tewas dan 46 lainnya
terluka.
Pemboman Hotel King David, 22 Juli 1946
Hotel ini adalah kantor pusat otoritas
Wajib Inggris Palestina, terutama Sekretariat Pemerintah Palestina dan
Markas Besar Angkatan Inggris di Palestina dan Transyordan.
Hubungan organisasi ini dengan Haganah
dan Agen Yahudi lainnya selalu terombang-ambing. Kadangkala hubungan
mereka merenggang dan di saat lain mereka kembali bersatu.
Sejak permulaan tahun 1944, hubungan Irgun
dengan para pejabat Inggris menjadi dingin, menyusul rencana pihak
Zionis untuk menekan Inggris dan mengakhiri pemerintahan sementaranya di
Palestina serta memberikan kesempatan pada orang-orang Zionis untuk
membentuk pemerintah independen.
Pada September 1948, setelah berdirinya
Israel, sama seperti Haganah, Palmach dan yang lainnya. Maka kelompok
teroris ini juga diangkat menjadi tentara resmi Zionis Israel.
Pada masa itu, Ben Gurion menjabat
sebagai Perdana Menteri dan Menteri Pertahanan. Satuan-satuan Haganah
sempat mengepung markas-markas Irgun di kawasan Nataniya dan Tel Aviv.
Mereka melucuti senjata para anggota Irgun dan memerintahkan mereka
untuk bergabung dengan tentara Israel.
Setelah itu, Begin membentuk Partai
Hiroth dan tetap menjalankan ideologi rasisme dan terorisme Irgun.
Bahkan perdana menteri Zionis, pada tahun November 1968 memberi
penghargaan kepada para pemimpin Irgun atas jasa-jasa mereka dalam
membentuk Negara Zionis Israel.
Referensi utama untuk mengenal Irgun adalah sebuah buku karangan pemimpinnya sendiri, Menachem Begin yang berjudul The Revolt, Story of Irgun. Jabotinsky yang merupakan aktor intelektual organisasi ini juga menulis sebuah buku yang berjudul Kelompok-kelompok Yahudi.
Dalam
buku ini, ia menggambarkan orang-orang Yahudi sebagai warga Eropa yang
sama sekali tidak memiliki hubungan dengan warga Arab. Demi memperluas
teritorial Eropa, mereka bertugas menduduki Palestina hingga Sungai
Eufrat lewat cara-cara keji.
Terkait operasi Irgun terhadap
warga Arab, Begin mengatakan, “Pada tahap-tahap awal revolusi, kami
berhasil mewujudkan salah-satu tujuan penting kami, yaitu melumpuhkan
warga Arab. Pada tahun 1920, 1921, 1929, 1933, 1936, dan 1939, ketika
Arab menyerang orang-orang Yahudi, Inggris menjustifikasi keberadaan
dirinya untuk membela orang-orang Yahudi.”
Hal ini dinyatakan pada saat strategi
teror Zionis menuntut penyerangan terhadap warga Arab. Begin juga
menyatakan, “Dalam salah satu pertemuan para petinggi Irgun di
penghujung Januari 1948, yang dihadiri oleh divisi perencanaan dan
operasi, ada empat target strategis yang ditentukan yaitu Jerusalem,
Yafa, Padang Lud Ramlah, dan kawasan Segitiga. Sebagian besar
target-target ini diluar resolusi pembagian Palestina yang diserahkan
kepada orang-orang Yahudi.”
Dia melanjutkan bahwa, “Ketika kami
mengesahkan strategi penyerangan, kami tidak memiliki cukup senjata.
Mengingat bahwa penyerangan-penyerangan pertama ke Yafa menunjukkan
bahwa pendudukan kota ini sangat sulit, kami terpaksa menghimpun
senjata”
Sehingga kemudian, para teroris Irgun
memulai pemasangan ranjau dan aksi terror mereka terhadap warga muslim
Palestina dengan tujuan memperoleh senjata. Betapa sadisnya mereka.
Betar, Pemuda Zionis yang Anti Islam
Betar Palestina
Inilah organisasi yang pernah membuat ulah dan provokasi bagi muslim Kanada dengan menyelenggarakan "Know Islamic Radical Week",
Pebruari 2006 di Toronto. Meski membawa nama dan pembicara dari
kalangan Islam, sejatinya mereka sedang memperolok-olok ajaran Islam. Ia
pun mengundang Salim Mansur, Profesor di Ontario untuk berbicara
hak-hak gay di Timur Tengah.
Organisasi Betar atau
organisasi radikal pemuda Zionis merupakan salah satu bagian dari
kelompok revisionis Zionis yang dipimpin Vladimir Jabotinsky. Organisasi
ini dibentuk pada tahun 1923 di Polandia dengan tujuan mempersiapkan
para pemuda Yahudi Polandia untuk hidup di Palestina. Mereka mendapatkan
pembelajaran di bidang pertanian dan militer dan juga kursus bahasa
Ibrani secara mendalam. Oleh karena itu tidak heran mereka memiliki misi
untuk menyebarkan ideologi fasis bahwa hanya ada dua jalan bagi
Zionisme: Perang atau Mati.
Sejumlah pemuda dengan ciri khas pakaian
coklat ala pengawal Hitler, melakukan aktivitas militer dibawah
organisasi teroris Zionis ini. Kelompok pemuda ini lebih memprioritaskan
kegiatan militer ketimbang kegiatan lainnya. Mereka menyebut seorang
Zionis Fasis seperti Jabotinsky sebagai bapak intelektual dan spiritual
mereka.
Nama organisasi Betar sendiri diambil dari singkatan nama seorang perwira Yahudi tentara Tsar Rusia bernama Brit Yosef Trumpeldore. Ia terbunuh di tangan warga Palestina saat terjadi kerusuhan di salah satu kamp imigran Yahudi di kawasan Jalile Sofla.
Organisasi Betar menyelenggarakan
konferensi pertamanya pada Januari tahun 1929, di Warsawa, Polandia.
Dalam konferensi tersebut diputuskan bahwa struktur organisasi Betar adalah murni militer, tidak yang lain.
Kemudian pada Agustus 1929, terjadi pertikaian sengit antara personil bersenjata Betar dengan
kaum Muslim di Tembok Ratapan. Pertikaian ini menyebabkan demonstrasi
dan bentrok fisik yang memakan waktu cukup lama. Rangkaian peristiwa ini
mengakibatkan sejumlah besar kaum Muslim dan orang-orang Zionis tewas
dan terluka.
Meskipun AD/ART Betar menyebutkan bahwa aktivitas utamanya berkaitan dengan masalah-masalah militer, namun Betar
tetaplah organisasi politik. Hal itu dibuktikan dengan dukungan
mutlaknya pada Jabotinsky dalam mencapai tujuan-tujuan terkait
kelompok-kelompok revisionis Zionis.
Jabotinsky yang memegang kepemimpinan
organisasi revisionis mendukung kebijakan pendirian Negara Yahudi di
Palestina. Namun hal itu sempat berlawanan dengan Zionisme
Internasional. Ketika Jabotinsky melihat bahwa usahanya tak akan
membuahkan hasil, maka ia pun menghapus keanggotannya di Betar
dan meminta para pendukungnya untuk melakukan hal yang sama. Namun,
sebagian besar pendukungnya tidak memenuhi permintaannya, karena mereka
yakin bahwa tindakan semacam ini akan melemahkan posisi Organisasi
Zionisme Internasional.
Akhirnya, menyusul perdebatan dengan
para pendukungnya, maka Jabotinsky bertekad untuk membersihkan struktur
organisasi revisionis dari orang-orang yang menantang dan meninggalkan
organisasi Zionisme Internasional.
Menyusul keputusan ini, ia juga
mengumumkan bahwa ia telah menyingkirkan para anggota dewan eksekutif
organisasi revisionis. Ia menambahkan bahwa para anggota organisasi ini
harus segera menyatakan persetujuan atau penolakan mereka melalui jalan
pemungutan suara.
Vladimir Jabotinsky
Akhirnya, pemungutan suara pun
dilaksanakan pada April 1933. Tanpa diduga, kemenangan berpihak pada
Jabotinsky. Dalam pemungutan suara, hasil mencatat bahwa 93,8 %
menyetuju tindakan Jabotinsky dan hanya 6,2 % yang menolak.
Bisa dikatakan, dukungan para anggota Betar
adalah faktor utama kemenangan Jabotinsky dalam pemungutan suara itu.
Chaim Mordechai Katz, salah seorang petinggi dalam organisasi Betar,
sempat menyatakan sebab dukungannya terhadap Jabotinsky. Katz berkata,
“Ia (Jabotinsky) memimpin sebuah revolusi menguntungkan dalam gerakan
Zionisme. Seorang pemimpn revolusi harus dikultuskan. Karenanya, segala
perintah Jabotinsky harus dilaksanakan, entah itu benar atau salah.”
Diantara langkah politik lain yang diambil Betar
adalah melakukan aksi demonstrasi di jalan-jalan Tel Aviv untuk
menunjukkan penentangannya terhadap Persatuan buruh (Hestadarot).
Demonstrasi ini dilakukan para anggota Betar pada tahun 1933, karena para revisionis menentang tujuan dan langkah-langkah Hestadarot.
Pada 11 september 1938, konferensi Betar
pun kembali diselenggarakan di Warsawa. Saat itu, Menachem Begin masih
berusia 25 tahun. Dengan pidato-pidatonya, Begin berhasil memprovokasi
para peserta konferensi untuk melawan ancaman-ancaman Jerman. Akhirnya
muncul atmosfer dimana para anggota Betar menuntut penguasaan atas tanah Palestina secepat mungkin.
Begin juga meminta para anggota
organisasi mengubah sumpah keorganisasian mereka dengan berbunyi, “Aku
hanya memegang senjata untuk membela bangsaku dan mengantarkan tanah
airku menuju kemenangan.”
Betar Inggris
Rupanya, masalah ini menimbulkan perseteruan antara Begin dan Jabotinsky. Meski demikian, para anggota Betar menerima perubahan sumpah itu dan ikut mengesahkannya.
Akhirnya dengan segala tindak-tanduknya
selama ini, dalam konferensi itu Jabotinsky mengeluarkan draft tujuan
dari program-program Betar, yang diantarnya adalah:
1. Mendirikan imperium Israel di dua tepi sungai Yordania
2. Legiunisme (membentuk kelompok-kelompok relawan militer)
3. Kedisiplinan tinggi
4. Meneguhkan kedudukan bangsa Yahudi
5. Mobilisasi kekuatan
6. Bahasa Ibrani
7. Monisme.
Kini Betar telah berkembang ke
berbagai negara. Selain berpusat di Israel, mereka juga berdiri di
Amerika Serikat, Kanada, Inggris, Australia, bahkan di Afrika Selatan.
Di Inggris mereka memang hanya ada
seratusan anggota, namun gerakannya sampai kepada tingkat melobi
pemerintah Inggris untuk pro Zionis. Lima tahun terakhir, mereka
berdemonstrasi di jalan-jalan meneriakkan yel-yel pro Israel dan
semangat anti Islam.
Lehi, Brutal dan Tidak Kenal Kata Kawan
We were not drafted by the whip, like a mob of slaves
To shed our blood in foreign lands
Our will is to be forever free
Our dream – to die for our country
From all directions, tens of thousands of obstacles
Cruel fate has placed on our path
But enemies, spies and prison houses
Will never be able to stop us
Lehi
Itulah secuplik mars kelompok Teroris Lehi yang ditulis Avraham Stern bersama isterinya Roni. Lagu tersebut menggambarkan bagaimana militansi keompok Teroris Lehi dengan visi yang cukup menyentak dunia, yaitu mendirikan dan mengabdi pada Zionis Israel: Hidup maupun mati.
Setelah kematian Jabotinsky sebagai aktor intelektual Irgun pada tahun 1940, maka Avraham Stern pun keluar dari Irgun.
Namun karir Avraham Stern tidak lantas surut, pria yang sangat rasis
dan pro Zionis ini segera saja membentuk sel kelompok teroris baru yang
diberi nama Lehi Hirot Israil (Lehi) atau dalam bahasa Indonesia disebut "Perjuangan Untuk Kebebasan Israel". Sebuah
nama yang absurd kalau tidak mau dibilang aneh, karena Israel merasa
terjajah dan berjuang untuk bebas, ya anomali. Sebab merekalah yang
sejatinya menjajah dan bebas dari aturan hukum selama ini.
Lehi pun kemudian berkembang
pesat menjadi basis militer Yahudi yang brutal dalam mendirikan Negara
Zionis Israel. Mereka melancarkan aksi-aksi rekayasa agar Negara Zionis
Israel cepat berdiri dengan mengorganisis para imigran Yahudi untuk
berbondong-bondong menduduki tanah Palestina. Mereka pun aktif
melancarkan propaganda tujuan Zionis ke seluruh dunia, yakni mendirikan
Negara Yahudi di dua tepi sungai Yordan dan membentuk para pelobi Zionis
di tiap konferensi perdamaian.
Avraham Stern
Pada Pebruari tahun 1942, Avraham Stern tewas dibunuh oleh pasukan Inggris. Kejadian ini pun memicu konflik dimana para kader Lehi
melakukan aksi teror kepada Menteri Inggris untuk Urusan Timur Tengah,
Lord Movin. Aksi itu dilakukan semata-mata sebagai aksi balas dendam
atas terbunuhnya Stern. Maka puncak daripada itu semua, pada tanggal 6
November 1944, Lord Movin pun tewas di tangan gerombolan Lehi.
Pembunuhan ini sontak saja mengguncang
pemerintah Inggris dan menyulut kemarahahan, Perdana Menteri Inggris,
Winston Churchill. Kedua pembunuh, yakni Eliahu Bet-Zouri dan Eliahu
Hakim akhirnya ditangkap. Mereka pun dieksekusi mati oleh pemerintah
Inggris. Pada tahun 1975, jasad mereka pun dikembalikan ke Israel dan
disambut rezim Zionis dengan upacara pemakaman kenegaraan. Bahkan pada
tahun 1982, muncullah sebuah perangko bergambar Bet-Zouri dan Hakim yang
ditempeli sebuah tulisan untuk mebangkitkan militansi Zionisme:
"Syuhada perjuangan kemerdekaan Israel."
Melalui kerjasama dengan kelompok-kelompok teroris Zionis lainnya, Lehi
melakukan operasi pembunuhan terhadap warga Arab, diantaranya adalah
penyerangan dan pembunuhan kelompok Palestina di Yafa pada tahun 1947.
Sedangkan pada tanggal 12 Januari 1947, anggota Lehi
mengendarai truk yang berisi bahan peledak ke kantor polisi Inggris di
Haifa dan menewaskan empat orang dan melukai 140 lainnya.
Selanjutnya pada bulan Mei 1948, sesaat seteleh berdirinya Negara Zionis Israel, maka para personil Lehi pun bergabung sebagai tentara resmi Israel. Sekalipun telah berhenti beroperasi, namun cabang Lehi di Yerusalem masih tetap melakukan aksi pemberontakan dan menamakan dirinya sebagai Front Tanah Air.
Kelompok inilah yang melakukan
koordinasi dengan kelompok teroris Zionis lainnya untuk merencanakan dan
melaksanakan aksi teror yang menewaskan Folke Bernadotte, seorang
negosiator PBB pada tanggal 17 Spetember 1948. Pembunuhan itu
disutradarai oleh Yehoshua Zettler dan dilaksanakan oleh empat orang
yang dipimpin oleh Meshulam Makover. Jadi, disinilah kita perlu mengenal
kepicikan Yahudi, karena disatu sisi mereka banyak dibantu PBB, namun
disatu sisi bahwa pepatah “tidak ada lawan dan kawan abadi dalam politik” adalah keniscayaan. Ya itulah tabiat Yahudi.
Folk Bernadotte
Peristiwa ini rupanya membangkitkan
kemarahan masyarakat dunia terhadap Israel. Hal itu kemudian memaksa
mereka mengejar anggota-anggota Lehi dan menangkap para
petingginya. Dua orang dari mereka kemudian divonis dengan hukuman
penjara selama lima dan delapan tahun. Namun mereka segera dibebaskan
dengan amnesti khusus yang dikeluarkan rezim pemerintah Zionis Israel.
Karena bagaimanapun Israel memiliki hutang atas jerih payah Lehi membantu berdirinya Negara Zionis Israel.
Selanjutnya, setelah berdirinya Zionis Israel, pemerintahan Zionis Israel pun menghitung massa militer para anggota Lehi
sebagai masa tugas wajib militer mereka. Selain uang pensiun, rezim
Zionis juga menghadiahkan medali “Prajurit Negara” kepada mereka sebagai
rasa terima kasih dan penghargaan atas jerih payah Lehi mewujudkan Negara fasis tersebut .
Nama Lehi memang kemudian
seakan telah habis pasca berdirinya Negara Israel, namun hakikat gerakan
mereka tetap berjalan secara rapih. Sebagai contoh pada tahun 1956,
beberapa veteran Lehi mendirikan gerakan Aksi Semit. Mereka
berusaha menciptakan sebuah federasi yang mencakup teritori Israel dan
Arab atas dasar aliansi anti-kolonialis.
Bahkan pada tahun 1957, mantan anggota Lehi
terlibat dalam kegiatan kelompok militan Israel, dan melakukan aksi
pembunuhan terhadap Rudolf Kastner, seorang jurnalis Yahudi-Hungaria dan
pengacara yang menjadi dikenal untuk memfasilitasi keberangkatan orang
Yahudi keluar dari Hungaria yang diduduki Nazi selama Holocaust. Ya
kisah yang juga direkayasa oleh Yahudi tersebut.
Zion Mule Corps dan Cikal Bakal Tentara Israel
Yosef Tumpledor
Kelompok teroris ini didirikan oleh
Yosef Trumpeldore. Ia adalah seorang aktivis Zionis yang tergolong
generasi awal dan terkenal militan. Dilahirkan di Rusia tahun 1880, ia
kemudian berkembang menjadi Tokoh Yahudi yang siap berkorban demi agama
dan bangsa. Padahal, awalnya ia hanyalah seorang yang bercita-cita
menjadi Dokter Gigi, namun keadaan memaksanya mengubah haluan bergabung
ke barisan sukarelawan tentara Rusia pada tahun 1902.
Selama Perang Rusia-Jepang, Yosef pun
berpartisipasi dalam pengepungan Port Arthur, di mana Yosef kehilangan
lengan kirinya karena pecahan peluru. Ia sampai menghabiskan waktu
seratus hari di rumah sakit untuk menjalani masa pemulihan.
Namun sekalipun masih dalam perawatan,
ia lebih memilih untuk menyelesaikan baktinya terhadap Tuhan. Trumpeldor
sepertinya benar-benar didedikasikan untuk negaranya, Rusia. Ketika ia
ditanya tentang keputusannya kembali ke medan pertempuran meski dalam
kondisi sebelah tangan, ia justru menjawab, "tapi aku masih memiliki
satu lengan untuk diberikan kepada tanah air."
Ketika, Port Arhur menyerah, Yosef pun
dibawa tentara Jepang ke tempat penahahan. Saat itu, bersama dengan
beberapa tahanan perang, ia berbagi keinginan untuk mendirikan sebuah
peternakan di jantung Yahudi, yakni Israel. Sekembalinya dari penawanan,
ia pun akhirnya pindah ke St Petersburg. Trumpeldor kemudian menerima
empat tanda penghargaan oleh Pemerintah Rusia yang membuatnya menjadi
prajurit Yahudi paling disegani di negeri Beruang Merah tersebut. Dan
akhirnya pada tahun 1906, Yosef pun didaulat menjadi orang Yahudi
pertama dalam ketentaraan untuk menerima amanah di bagian komisi
perwira.
Mengingat karena dirinya cacat, maka
Yosef mulai mempelajari hukum. Ia pun kemudian mengumpulkan sekelompok
pemuda Zionis di sekelilingnya dan pada tahun 1911, mereka beremigrasi
ke tanah Palestina, yang kala itu masih dibawah naungan Kekaisaran
Ottoman. Saat awal-awal tiba di Palestina, maka Yosef dan kawan-kawannya
bekerja pada sebuah peternakan di pantai laut Galillea.
Selanjutnya ketika meletus Perang Dunia
Pertama, ia bersama Ze'ev Jabotinsky pergi ke Mesir. Darah militernya
kembali muncul melihat konflik antar Negara kembali terjadi. Akhirnya,
bersama Jabotinsky ia mengembangkan ide untuk membentuk Legiun Yahudi
dalam rangka membantu Inggris melawan Kekaisaran Ottoman. Akhirnya pada
tahun 1915, ia pun membentuk Zion Mule Corps.
Banyak para pengamat menyatakan bahwa Zion Mule Corps adalah satuan militer pertama yang menyatukan seluruh Yahudi selama hampir kurun waktu 2000 tahun belakangan, bahkan Zion Mule Corps
digadang-gadangkan sebagai cikal bakal Tentara Resmi Israel suatu saat
kelak. Dan pada saat bersamaan pula Yosef mulai mengembangkan suara
untuk mendirikan Negara Israel.
Maka, sekembalinya ke Petrograd, Rusia,
pada tahun 1918, Yosef pun mengorganisir orang-orang Yahudi untuk
membela diri dan mendirikan HeHalutz, sebuah organisasi pemuda yang dipersiapkan untuk berimigrasi menuju Palestina.
Setelah Negara Zionis Israel berdiri tahun 1948, Negara Israel menarik anggota kelompok-kelompok Zion Mule Corps untuk menjadi bagian dari tentara Israel. Para petinggi kelompok-kelompok teroris Zion Mule Corps
juga dipilih sebagai wakil di Parlemen. Setelah kematiannya, Trumpeldor
menjadi simbol pembelaan total kepada Yahudi. Kata-kata terakhirnya, "Never mind, it is good to die for our country" (En Davar, tov Lamut be'ad artzenu אין דבר, טוב למות בעד ארצנו), menjadi terkenal dalam gerakan Zionis baik sebelum dan seteleh berdirinya Israel.
Bahkan sampai era seterusnya, Yosef
Trumpeldor pun dianggap sebagai pahlawan oleh kedua basis politik di
Israel baik di sayap kanan maupun sayap kiri Zionis. Gerakan sayap kiri
pun mendirikan monument untuk menghormatinya. (pz)
Footnote:
[1]
Buku Putih 1939, yang juga dikenal sebagai Buku Putih MacDonald sesuai
dengan nama Malcolm MacDonald, Menteri Negara Urusan Koloni Britania
Raya yang memimpin penulisannya, adalah sebuah dokumen yang berisi
kebijakan yang diterbitkan oleh pemerintah Britania di bawah Arthur
Neville Chamberlain yang memutuskan untuk meninggalkan gagasan tentang
pembagian Palestina di bawah mandat Britania, dan sebaliknya membentuk
Palestina yang merdeka yang diperintah bersama-sama oleh orang-orang
Arab dan Yahudi.