PUASA Ramadhan adalah ibadah yang sangat
penting dan istimewa, bahkan menjadi salah satu rukun Islam. Maka tak
heran jika kalangan Kristen pun menjadikan puasa Ramadhan sebagai objek
untuk melemahkan aqidah. Yayasan misionaris di Jakarta yang memakai
nama Islam “Jalan Al-Rahmat,” menerbitkan buku saku (booklet) berjudul
Apa yang Harus Kita Lakukan Supaya Pasti Selamat tulisan Iskandar
Jadeed. Buku ini juga diterbitkan dalam bahasa Sunda berjudul Naon Anu
Kudu Dipilampah Ku Sim Kuring Sangkan Salamet oleh Yayasan Bewara
Kabagjaan Bandung.
Setelah menguraikan panjang-lebar
tentang makna keselamatan dan pengampunan, Iskandar menyindir puasa
sebagai salah satu cara untuk mendekatkan diri kepada Tuhan, tapi sama
sekali tidak mendatangkan pengampunan (maghfirah) Ilahi bahkan tidak
berarti sama sekali bagi Allah. Iskandar menulis:
“Berpuasa adalah suatu bentuk
merendahkan diri yang disertai penyesalan yang mendalam di dalam roh dan
jiwa. Meskipun demikian tak mencukupi untuk meniadakan pemberontakan
yang pernah dilancarkan terhadap Allah berkenaan dengan dosa-dosa yang
pernah dibuatnya. Sebab itu berpuasa tidak melimpahkan suatu pengampunan
ke atas orang yang berdosa itu.
Pengalaman
menunjukkan bahwa mereka yang berpuasa dengan tujuan meraih rahmat
Allah, pada hakikatnya tidak melakukan sesuatupun pekerjaan bagi Allah
atau sesama manusia. Bahkan tidak patut menerima imbalan bagi puasanya.”
(hlm. 35).
…Iskandar Jadeed menyebut puasa sama sekali tidak mendatangkan pengampunan Ilahi bahkan tidak berarti sama sekali bagi Allah. Menurutnya, satu-satunya cara untuk meraih keselamatan adalah percaya kepada Yesus Kristus sebagai tuhan dan juruselamat…
Setelah menihilkan puasa, amal shalih,
doa dan sembahyang (shalat) sebagai upaya yang tidak akan mencapai
kepada keselamatan di akhirat, Iskandar menutup uraiannya bahwa
satu-satunya cara untuk meraih keselamatan adalah percaya kepada Yesus
Kristus sebagai tuhan dan juruselamat. Kesimpulan ini didasarkan pada
ayat Injil:
“Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum”(Markus 16:16).
Dilihat dari sisi manapun, uraian
Iskandar Jadeed ini salah total dan bertentangan dengan kitab suci. Dari
sisi Alkitab (Bibel), Injil Markus 16:16 tidak boleh diyakini apalagi
diamalkan, karena status ayat ini adalah ayat palsu, berdasarkan
pendapat para ilmuwan Kristen sendiri. Robert W Funk, Roy W Hoover dan
The Jesus Seminar, sama sekali tidak memuat Markus 16:9-20 dalam The
Five Gospels dan tidak komentar apapun.
Sementara itu New York International
Bible Society memuat utuh Markus 16:9-20 dalam The Holy Bible New
International Version (halaman 780). Tetapi, di bawah ayat 8 diberi
garis tegas yang memisahkan ayat 8 dengan ayat 9-20. Di bawah garis
tersebut ditulis peringatan yang berbunyi: “The two most reliable early
manuscripts do not have Mark 16:9-20.” (Dua manuskrip yang paling tua
(codex Sinaiticus dan codex Vaticanus) tidak memiliki Markus 16:9-20).
Di Indonesia, pengakuan kepalsuan Injil
Markus 16:9-20 masih bisa dijumpai dalam Alkitab terbitan Katolik tahun
1977/1978 dengan komentar sebagai berikut: “Bagian akhir Markus, ay.
9-20, berceritera mengenai penampakan-penampakan Yesus. Ini memang
termasuk ke dalam Kitab Suci, tetapi agaknya tidak termasuk Injil Markus
yang asli” (Lembaga Biblika Indonesia, Kitab Suci Perjanjian Baru, hlm.
133).
Dalam kacamata Al-Qur’an, puasa adalah amal ibadah yang diridhai Allah Subhanahu wa Ta'ala dengan ampunan dan pahala yang besar:
“…. Laki-laki dan perempuan yang
berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya,
laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah
menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar” (Qs Al-Ahzab
33:35).
“Barangsiapa yang berpuasa di bulan
Ramadhan dengan penuh keimanan dan hanya mengharapkan pahala, maka Allah
akan mengampuni dosa-dosa yang terdahulu” (HR Bukhari dan Muslim).
Allah mengistimewakan puasa dengan
menyiapkan pintu sorga khusus untuk ahli puasa: “Sesungguhnya di surga
itu ada satu pintu yang dinamakan Ar-Royyan. Ahli puasa akan memasukinya
melalui pintu itu pada hari kiamat, tidak seorang pun selain mereka
memasuki melalui pintu tersebut, tidak ada orang selain mereka yang
memasukinya” (HR Al-Bukhari dan Muslim).
Puasa adalah perisai dari api neraka, sesuai degan sabda Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam:
“Puasa adalah perisai. Seorang hamba berperisai dengannya dari api neraka” (HR Ahmad).
“Tidaklah seorang hamba yang Puasa di
jalan Allah kecuali akan Allah jauhkan dia dari neraka sejauh tujuh
puluh musim” (HR Bukhari dan Muslim).
Shaum (Puasa) Adalah Ibadah Sepanjang Masa
Menurut Iskandar Jadeed, orang yang
berpuasa untuk meraih rahmat Allah, pada hakeketnya tidak melakukan
sesuatupun pekerjaan bagi Allah atau sesama manusia. Benarkah tuduhan
ini, bahwa puasa adalah amalan yang sia-sia (tak berarti) bagi Allah
maupun manusia?
Pernyataan ini bertolak belakang dengan prinsip agama para Nabi Allah, baik menurut Al-Qur’an maupun Alkitab (Bibel).
Menurut Al-Qur’an, puasa adalah amal
ibadah tertua yang sudah disyariatkan umat terdahulu, jauh sebelum
diwajibkan kepada umat Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, seperti
disebutkan Allah Subhanahu wa Ta'ala: “Hai orang-orang yang beriman,
diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang
sebelum kamu agar kamu bertakwa” (Qs. Al-Baqarah 2:183).
Firman Allah “kama kutiba ‘alal-ladzina
min qablikum” ini menunjukkan bahwa ibadah puasa telah dilakukan oleh
orang-orang beriman sebelum Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam.
Ketika menjelaskan ayat ini,Tafsir Ibnu Katsir menyebutkan bahwa sejak
Nabi Nuh hingga Nabi Isa puasa wajib dilakukan tiga hari setiap
bulannya.
Jauh sebelumnya, Nabi Adam telah
diperintahkan untuk berpuasa tidak memakan buah khuldi (Qs. Al-Baqarah
2:35). Maryam bunda Nabi Isa pun berpuasa hingga tidak bicara kepada
siapapun (Qs. Maryam 19:26). Nabi Musa bersama kaumnya berpuasa empat
puluh hari. Nabi Isa pun berpuasa. Nabi Daud berpuasa selang-seling
(sehari berpuasa dan sehari berikutnya berbuka). Nabi Muhammad
Shallallahu 'Alaihi wa Sallam sebelum diangkat menjadi Rasul telah
mengamalkan puasa tiga hari setiap bulan dan turut mengamalkan puasa
Asyura yang jatuh pada hari ke 10 bulan Muharram bersama masyarakat
Quraisy yang lain.
…Menurut Injil, puasa adalah identitas ketakwaan, kesalehan dan kepatuhan kepada Tuhan. Hana, seorang nabi perempuan tidak pernah meninggalkan ibadah puasa dalam rangka mendekatkan diri (taqarrub) kepada Tuhan (Lukas 2:36-37)…
Pernyataan Iskandar Jadeed itu juga
bertentangan dengan prinsip puasa dalam Injil. Menurut Injil, puasa
adalah identitas ketakwaan, kesalehan dan kepatuhan kepada Tuhan. Hana,
seorang nabi perempuan tidak pernah meninggalkan ibadah puasa dalam
rangka mendekatkan diri (taqarrub) kepada Tuhan (Lukas 2:36-37). Yesus
menginstruksikan para muridnya untuk berdoa dan berpuasa untuk mengusir
setan yang merasuki manusia (Matius 17:21). Orang Farisi pada masa Yesus
melakukan Senin-Kamis setiap pekan (Lukas 18:12). Yesus juga menekankan
puasa yang harus dikerjakan dengan ikhlas karena Allah semata, tanpa
riya’ sedikit pun (Matius 6:16-18).
Pernyataan Iskandar Jadeed juga bertolak
belakang dengan kitab Taurat yang secara jelas mencatat puasa wajib
yang diamalkan oleh Nabi Musa dengan syariat yang berat, yaitu berhenti
total dari segala aktivitas. Bila dilanggar, sangsinya adalah
dilenyapkan dan dibinasakan oleh Tuhan. Ketetapan ini berlaku sepanjang
masa, selama-lamanya!
“Inilah yang harus menjadi ketetapan
untuk selama-lamanya bagi kamu, yakni pada bulan yang ketujuh, pada
tanggal sepuluh bulan itu kamu harus merendahkan diri dengan berpuasa
dan janganlah kamu melakukan sesuatu pekerjaan, baik orang Israel asli
maupun orang asing yang tinggal di tengah-tengahmu…Hari itu harus
menjadi sabat, hari perhentian penuh, bagimu dan kamu harus merendahkan
diri dengan berpuasa. Itulah suatu ketetapan untuk selama-lamanya”
(Imamat 16: 29-31; bdk. Bilangan 29: 7).
“Akan tetapi pada tanggal sepuluh bulan
yang ketujuh itu ada hari Pendamaian; kamu harus mengadakan pertemuan
kudus dan harus merendahkan diri dengan berpuasa dan mempersembahkan
korban api-apian kepada Tuhan. Pada hari itu janganlah kamu melakukan
sesuatu pekerjaan; itulah hari Pendamaian untuk mengadakan pendamaian
bagimu di hadapan Tuhan, Allahmu. Karena setiap orang yang pada hari itu
tidak merendahkan diri dengan berpuasa, haruslah dilenyapkan dari
antara orang-orang sebangsanya. Setiap orang yang melakukan sesuatu
pekerjaan pada hari itu, orang itu akan Kubinasakan dari tengah-tengah
bangsanya” (Imamat 23: 27-30).
Nabi-nabi yang lain pun berpuasa dengan
syariat sesuai dengan situasi yang berlangsung. Puasa pada masa Samuel
untuk bertaubat kepada Tuhan (I Samuel 7:6) dan berkabung (I Samuel
31:13; II Samuel 1:12). Nabi Daud berpuasa sampai badannya kurus
kehabisan lemak (Mazmur 109:24); Nehemia berpuasa ketika berkabung
(Nehemia 1:4), Daniel juga berpuasa (Daniel 9:3), Yoel berpuasa bersama
penduduk negerinya (Yoel 1:14), Yunus berpuasa (Yunus 3:5), Zakharia
diperintah Tuhan untuk berpuasa (Zakharia 7:5), warga Yerusalem berpuasa
pada bulan kesembilan (Yeremia 36:9), dll.
…Semua nabi Allah berpuasa dengan syariat sesuai dengan situasi yang berlangsung. Puasa bukan amalan yang sia-sia di hadapan Tuhan. Bahkan puasa adalah ibadah yang istimewa karena telah diwajibkan Tuhan kepada semua nabi-Nya…
Nabi Musa dan Yesus sama-sama berpuasa
jasmani dan rohani selama 40 hari 40 malam nonstop. Musa berpuasa tidak
makan dan tidak minum selama 40 hari 40 malam pada saat menerima Sepuluh
Firman (The Ten Commandments): “Dan Musa ada di sana bersama-sama
dengan Tuhan empat puluh hari empat puluh malam lamanya, tidak makan
roti dan tidak minum air, dan ia menuliskan pada loh itu segala
perkataan perjanjian, yakni Kesepuluh Firman” (Keluaran 34:28).
Sementara Yesus berpuasa 40 hari 40
malam hingga kelaparan pada saat dicobai iblis di padang gurun” “Dan
setelah berpuasa empat puluh hari dan empat puluh malam, akhirnya
laparlah Yesus”(Matius 4:2).
Beberapa kalangan Kristen saat ini masih
mempertahankan puasa dengan ritual yang berbeda-beda. Kristen Ortodoks
Syria (KOS) berpuasa “shaumil kabir” selama 40 hari berturut-turut pada
tiap tahun sekitar bulan April, tanpa makan sahur. Puasa KOS lainnya
adalah puasa Rabu dan Jum’at dalam rangka mengenang kesengsaraan
Kristus.
Puasa menurut Katolik, sebagai contoh
peraturan yang dibuat oleh keuskupan Surabaya tahun 2004 yang
ditandatangani oleh Romo Julius Haryanto CM. Berdasarkan Kitab Hukum
Kanonik (Kanon No. 1249-1253) dan Statuta Keuskupan Regio Jawa No. 111,
maka ditetapkan: Semua orang Katolik yang berusia 18 tahun sampai awal
tahun ke-60 wajib berpuasa pada hari Rabu Abu dan Jumat Agung. Dalam
arti yuridis, puasa orang Katolik ini berarti makan kenyang hanya sekali
sehari.
…Jika puasa adalah amal yang sia-sia seperti tuduhan misionaris Iskandar Jadeed, untuk apa Musa dan Yesus berlapar-lapar dalam puasa empat puluh hari empat puluh malam?…
Dengan demikian, jelaslah bahwa shaum
(puasa) bukan amalan yang sia-sia di hadapan Tuhan. Bahkan puasa adalah
ibadah yang istimewa karena telah diwajibkan Tuhan kepada semua
nabi-Nya. Jika puasa adalah amal yang sia-sia seperti tuduhan misionaris
Iskandar Jadeed, untuk apa Musa dan Yesus berlapar-lapar dalam puasa
empat puluh hari empat puluh malam? [A. Ahmad Hizbullah MAG]
Bibel Dan Medis Pun Wajibkan Puasa Ramadhan
Umat Islam yang beriman pasti menyambut
bulan Ramadhan yang penuh ampunan dan barakah dengan suka cita. Betapa
tidak, dalam hadits yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari disebutkan bahwa
Allah memberikan berbagai keistimewaan kepada Ramadhan, antara lain:
pintu-pintu surga terbuka lebar, pintu neraka ditutup rapat, dan ketika
setan-setan dibelenggu tak berdaya, bau mulut yang sedang puasa itu
lebih wangi di sisi Allah dibandingkan bau kesturi, dan diampuni
dosa-dosa yang telah lewat.
Sebagai imbalannya, Allah sendiri yang
akan mengganjar dengan surga khusus bagi orang yang berpuasa (shaum):
“Sesungguhnya di surga itu ada sebuah pintu yang dinamakan Royyan, ahli
puasa akan memasukinya melalui pintu itu pada hari kiamat, tidak seorang
pun selain mereka memasuki melalui pintu itu” (HR Al-Bukhari).
Puasa Dalam Alkitab (Bible)
Ir Herlianto, tokoh Kristen dari Yabina Ministry Bandung menyoal puasa dalam artikel yang dirilis di situs resminya:
“Di tengah bulan Puasa yang dilakukan
oleh umat Islam, timbullah pertanyaan yang ditujukan kepada umat
Kristen: “Perlukah umat Kristen menjalankan puasa atau tidak?” Asal
perintah puasa dalam Perjanjian Lama tidak jelas, tercatat ketika Israel
menghadapi Filistin mereka mengaku dosa dan berpuasa.”
…Dalam kitab Taurat Nabi Musa diwajibkan berpuasa. Bila dilanggar, sangsinya dilenyapkan dan dibinasakan oleh Tuhan. Ketetapan ini berlaku sepanjang masa selama-lamanya…
Pernyataan ini tidak benar, hanya
menutupi kebenaran, seolah-olah puasa itu bukan perintah Tuhan. Padahal
dalam kitab Taurat dengan jelas Nabi Musa diwajibkan untuk berpuasa dan
berhenti total dari segala aktivitas. Bila dilanggar, sangsinya adalah
dilenyapkan dan dibinasakan oleh Tuhan. Ketetapan ini berlaku sepanjang
masa selama-lamanya.
“Inilah yang harus menjadi ketetapan
untuk selama-lamanya bagi kamu, yakni pada bulan yang ketujuh, pada
tanggal sepuluh bulan itu kamu harus merendahkan diri dengan berpuasa
dan janganlah kamu melakukan sesuatu pekerjaan, baik orang Israel asli
maupun orang asing yang tinggal di tengah-tengahmu…Hari itu harus
menjadi sabat, hari perhentian penuh, bagimu dan kamu harus merendahkan
diri dengan berpuasa. Itulah suatu ketetapan untuk selama-lamanya”
(Imamat 16: 29-31; bdk. Bilangan 29: 7).
“Akan tetapi pada tanggal sepuluh bulan
yang ketujuh itu ada hari Pendamaian; kamu harus mengadakan pertemuan
kudus dan harus merendahkan diri dengan berpuasa dan mempersembahkan
korban api-apian kepada Tuhan. Pada hari itu janganlah kamu melakukan
sesuatu pekerjaan; itulah hari Pendamaian untuk mengadakan pendamaian
bagimu di hadapan Tuhan, Allahmu. Karena setiap orang yang pada hari itu
tidak merendahkan diri dengan berpuasa, haruslah dilenyapkan dari
antara orang-orang sebangsanya. Setiap orang yang melakukan sesuatu
pekerjaan pada hari itu, orang itu akan Kubinasakan dari tengah-tengah
bangsanya” (Imamat 23: 27-30).
Nabi-nabi yang lain pun mengekspresikan syariat puasa sesuai dengan situasi yang berlangsung.
- Puasa pada masa Samuel untuk bertaubat kepada Tuhan (I Samuel 7:6) dan berkabung (I Samuel 31:13; II Samuel 1:12).
- Nabi Daud berpuasa sampai badannya kurus kehabisan lemak (Mazmur 109:24);
- Nehemia berpuasa ketika berkabung (Nehemia 1:4),
- Daniel juga berpuasa (Daniel 9:3),
- Yoel berpuasa bersama penduduk negerinya (Yoel 1:14),
- Yunus berpuasa (Yunus 3:5),
- Zakharia diperintah Tuhan untuk berpuasa (Zakharia 7:5),
- warga Yerusalem berpuasa pada bulan kesembilan (Yeremia 36:9), dll.
- Nabi Musa dan Yesus sama-sama berpuasa selama 40 hari. Musa berpuasa jasmani dan rohani, tidak makan dan tidak minum selama 40 hari 40 malam pada saat menerima Sepuluh Firman (The Ten Commandments):
“Dan Musa ada di sana bersama-sama
dengan TUHAN empat puluh hari empat puluh malam lamanya, tidak makan
roti dan tidak minum air, dan ia menuliskan pada loh itu segala
perkataan perjanjian, yakni Kesepuluh Firman” (Keluaran 34:28).
Sementara Yesus berpuasa 40 hari 40
malam hingga kelaparan pada saat dicobai iblis di padang gurun. “Dan
setelah berpuasa empat puluh hari dan empat puluh malam, akhirnya
laparlah Yesus” (Matius 4:2).
Dalam Injil sendiri, puasa adalah
identitas ketakwaan, kesalehan dan kepatuhan kepada Tuhan. Hana, seorang
nabi perempuan tidak pernah meninggalkan ibadah puasa dalam rangka
mendekatkan diri (taqarrub) kepada Tuhan (Lukas 2:36-37). Yesus
menginstruksikan para muridnya untuk berdoa dan berpuasa untuk mengusir
setan yang merasuki manusia (Matius 17:21). Orang Farisi pada masa Yesus
melakukan puasa dua kali seminggu, tepatnya hari Senin-Kamis setiap
pekan (Lukas 18:12). Yesus pun menyatakan dengan tegas bahwa para
muridnya pun berpuasa (Lukas 5:33-35; Matius 9:14-15; Markus 2:18-20)
dengan ikhlas hanya karena Allah semata (Matius 6:16-18).
…Ibadah puasa termasuk salah satu syariat tertua, karena sudah disyariatkan kepada umat sebelum umat Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam …
Sepanjang Zaman Manusia Butuh Puasa
Ibadah puasa termasuk salah satu syariat
tertua, karena sudah disyariatkan kepada umat sebelum umat Muhammad
Shallallahu 'Alaihi wa Sallam. Hal ini seperti disebutkan dalam firman
Allah Subhanahu wa Ta'ala:
“Hai orang-orang yang beriman,
diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang
sebelum kamu agar kamu bertakwa” (Qs. Al-Baqarah 2:183).
Firman Allah “kama kutiba ‘alal ladzina
min qablikum” ini menunjukkan bahwa ibadah puasa telah dilakukan oleh
orang-orang beriman sebelum Nabi Muhammad SAW. Maka ada baiknya kita
menengok sejenak ke masa silam untuk mengungkap perbandingan puasa
dengan umat terdahulu. Dalam lembaran sejarah kita bisa menemukan
berbagai ritual puasa dengan kaifiyat (tatacara) tertentu dan berbeda.
Hal ini bisa dimaklumi, karena semua agama samawi, sama dalam
prinsip-prinsip pokok akidah, syariat, serta akhlaknya. Sehingga semua
agama samawi mengajarkan keesaan Allah, kenabian, dan keniscayaan hari
kemudian, serta mensyariatkan shalat, puasa, dan zakat, dengan cara dan
kaifiatnya dapat berbeda, namun esensi dan tujuannya sama.
Dalam kisah para nabi Allah, sejarah
mencatat syariat puasa terhadap umat-umat terdahulu. Ibnu Katsir dalam
tafsirnya mengatakan, sejak Nabi Nuh hingga Nabi Isa puasa wajib
dilakukan tiga hari setiap bulannya. Bahkan, Nabi Adam diperintahkan
untuk berpuasa tidak memakan buah khuldi (Qs. Al-Baqarah 35).
Maryam bunda Nabi Isa pun berpuasa
hingga tidak bicara kepada siapapun (Qs. Maryam 26). Nabi Musa bersama
kaumnya berpuasa empat puluh hari. Nabi Isa pun berpuasa. Nabi Daud
berpuasa selang-seling (sehari berpuasa dan sehari berikutnya berbuka)
pada tiap tahunnya. Nabi Muhammad sebelum diangkat menjadi Rasul telah
mengamalkan puasa tiga hari setiap bulan dan turut mengamalkan puasa
Asyura yang jatuh pada hari ke 10 bulan Muharram bersama masyarakat
Quraisy yang lain.
Kristen Ortodoks Syria (KOS) –sebuah
sekte Kristen yang atributnya mirip dengan simbol Islam: mengenakan
jubah, kopiah, gamis, surban, kerudung, rebana, memuji Tuhan dan membaca
Injil dengan bahasa Arab– berpuasa agung “shaumil kabir” selama 40 hari
berturut-turut, pada tiap tahun sekitar bulan April. Puasa yang
dilakukan jemaah KOS tidak ada makan sahur. Puasa KOS lainnya adalah
puasa Rabu dan Jum’at dalam rangka mengenang kesengsaraan Kristus.
…Sejumlah penyakit bisa disembuhkan dengan terapi puasa. Puasa menghasilkan efek kekuatan luar biasa bagi tubuh. Ketika berpuasa, sekitar 600 milyar sel dalam tubuh menghimpun diri agar dapat bertahan hidup…
Berbeda dengan aturan puasa menurut
Katolik. Sebagai contoh peraturan yang dibuat oleh keuskupan Surabaya
tahun 2004 yang ditandatangani oleh Romo Julius Haryanto, CM, sesuai
dengan ketentuan Kitab Hukum Kanonik (Kanon No. 1249-1253) dan Statuta
Keuskupan Regio Jawa No. 111, maka ditetapkan: Semua orang Katolik yang
berusia 18 tahun sampai awal tahun ke-60 wajib berpuasa pada hari Rabu
Abu dan Jumat Agung. Dalam arti yuridis, puasa orang Katolik ini berarti
makan kenyang hanya sekali sehari.
Selain itu, bangsa Mesir kuno selalu
berpuasa 7 hari hingga 6 minggu setiap tahun. Mereka menjadikan puasa
sebagai cara untuk menebus dosa dan penyesalan atas kesalahan perbuatan.
Orang-orang Yunani, terutama perempuan, berpuasa sebagai ungkapan
berkabung, atau berpuasa beberapa hari sebelum melakukan peperangan.
Orang-orang Cina berpuasa pada hari-hari biasa lebih-lebih lagi pada
masa menghadapi musibah. Orang-orang Tibet ada yang dapat menahan diri
berpuasa selama 24 jam berturut-turut sehingga air liur sendiri pun
tidak boleh ditelan.
Begitu pentingnya puasa dalam kehidupan,
sampai-sampai binatang pun melakukan puasa demi kelangsungan hidupnya.
Selama mengerami telur, ayam harus berpuasa. Demikian pula ular berpuasa
untuk menjaga struktur kulitnya agar tetap keras terlindung dari
sengatan matahari dan duri hingga ia tetap mampu melata di bumi.
Ulat-ulat pemakan daun pun berpuasa, jika tidak ia tak kan lagi menjadi
kupu-kupu dan menyerbuk bunga-bunga. Ternyata puasa adalah sunnah
kehidupan (sunnah thabi’iyah) untuk bertahan hidup.
Manfaat Puasa
Banyak manfaat yang dapat ditarik dari
bulan suci. Sejumlah gejala penyakit bisa disembuhkan dengan terapi
puasa, antara lain sakit maag. Serangan penyakit yang memaksa orang
terkapar di tempat tidur itu bisa mendadak lenyap saat bulan Ramadhan.
Sebab, selama puasa, zat-zat beracun yang ada atau zat berlebihan dalam
tubuh dibuang. Pada rentang waktu itu pula, alat pencernaan beristirahat
setelah bekerja keras sebulan penuh. Jadi, puasa berperan sebagai alat
detoksifikasi. Hembing Wijayakusuma, ahli pengobatan tradisional, dalam
bukunya, Puasa Itu Sehat menyebutkan, puasa menghasilkan efek kekuatan
luar biasa bagi tubuh. Ketika berpuasa, sekitar 600 milyar sel dalam
tubuh menghimpun diri agar dapat bertahan hidup.
Selain faktor fisik, puasa juga
bermanfaat sebagai terapi psikis. Menurut ahli penyakit jiwa pada
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Dadang Hawari Idries, puasa
bisa mengendalikan amarah dan nafsu seks. Di sini emotional quotient
seseorang diasah. Puasa juga mengajarkan kesabaran. Ini secara tak
langsung menjadi terapi bagi sejumlah penyakit kejiwaan, seperti stres
dan sindrom pasca-kekuasaan (post-power syndrome). Pengaruhnya bakal
mengenai penyakit fisik lain.
…Ada empat macam kesehatan yang bisa ditingkatkan lewat puasa: sehat jiwa (emotional quotient), sehat jasmani (intelligent quotient), sehat kreativitas (creativity quotient) dan sehat spiritual (spiritual quotient)…
Ada empat macam kesehatan yang bisa
ditingkatkan lewat puasa. Selain sehat jiwa (emotional quotient), juga
ada sehat jasmani (intelligent quotient), sehat kreativitas (creativity
quotient), dan sehat spiritual (spiritual quotient).
Tentu saja, puasa akan kentara faedahnya
jika dikerjakan secara benar: berpuasa selama 14 jam. Selain itu, tak
menunda-nunda waktu buka puasa atau mempercepat sahur. Ini biasanya
cobaan yang terkadang sulit dihadapi sejumlah muslim. Mereka mempercepat
sahur pada pukul 01.00 karena malas makan pada pukul 04.00 atau
menjelang imsak. Atau malah sahur pada pukul 10 malam.
Bila itu terjadi, justru penyakit yang
bakal muncul. Sebab, pada saat puasa, cadangan glikogen pada tubuh akan
dikeluarkan dan dirombak menjadi tenaga. Tapi, cadangan glikogen ini
terbatas. Bila ia habis, tubuh akan mengorbankan lemak dan protein untuk
diolah sebagai tenaga. Bila itu terjadi, badan akan terasa lemah, loyo,
dan tak bisa menjalani aktivitas seharian. Jadi, puasa tetap ada
aturannya. [a. ahmad hizbullah mag]
akhirzaman.info
0 komentar:
Posting Komentar