Oleh: Yusuf Supriadi
Pembahasan Pertama: Asal usul Shalawat Nariyah
Siapa yang tak kenal dengan shalawat
Nariyah? Mayoritas kita mungkin mengenalnya, atau bahkan telah
menghafalnya, atau setidaknya pernah mendengar nama tersebut. Tepat
sekali, nama ini begitu masyhur di kalangan masyarakat kita sehingga
banyak orang yang mengetahuinya. Bahkan saya sendiri dulu pernah
menghafal dan sering membacanya dalam kehidupan sehari-hari. Namun
sekarang saya meninggalkannya. Alhamdulillah.
Konon kabarnya shalawat Nariyah ini
adalah gubahan shalawat dari seorang sahabat Nabi shallallaahu ‘alaihi
wasallam. Begitulah cerita yang saya dengar dari kaum Nahdhiyin. Untuk
mengetahui kisah itu selengkapnya, bacalah nukilan artikel yang saya
dapatkan dari sebuah website berikut ini:
Shalawat Nariyah adalah sebuah shalawat
yang disusun oleh Syaikh Nariyah. Syaikh yang satu ini hidup pada zaman
Nabi Muhammad shallallaahu ‘alaihi wasallam sehingga termasuk salah
satu sahabat nabi. Beliau lebih menekuni bidang ketauhidan. Syaikh
Nariyah selalu melihat kerja keras Nabi dalam menyampaikan wahyu Allah,
mengajarkan tentang Islam, amal saleh dan akhlaqul karimah sehingga
Syaikh selalu berdoa kepada Allah memohon keselamatan dan kesejahteraan
untuk nabi. Doa-doa yang menyertakan nabi biasa disebut shalawat dan
Syaikh Nariyah adalah salah satu penyusun shalawat Nabi yang disebut
shalawat Nariyah.
Suatu malam Syaikh Nariyah membaca
shalawatnya sebanyak 4444 kali. Setelah membacanya, beliau mendapat
karomah dari Allah. Maka dalam suatu majelis beliau mendekati Nabi
Muhammad shallallaahu ‘alaihi wasallam dan minta dimasukan surga pertama
kali bersama nabi. Dan Nabi pun mengiyakan. Ada seseorang sahabat yang
cemburu dan lantas minta didoakan yang sama seperti Syaikh Nariyah.
Namun Nabi mengatakan tidak bisa karena Syaikh Nariyah sudah minta
terlebih dahulu.
Mengapa sahabat itu ditolak Nabi
shallallaahu ‘alaihi wasallam? dan justru Syaikh Nariyah yang bisa? Para
sahabat itu tidak mengetahui mengenai amalan yang setiap malam
diamalkan oleh Syaikh Nariyah yaitu mendoakan keselamatan dan
kesejahteraan nabinya. Orang yang mendoakan Nabi Muhammad shallallaahu
‘alaihi wasallam pada hakekatnya adalah mendoakan untuk dirinya sendiri
karena Allah sudah menjamin nabi-nabiNya sehingga doa itu akan berbalik
kepada si pengamalnya dengan keberkahan yang sangat kuat.
Jadi Nabi berperan sebagai wasilah yang
bisa melancarkan doa umat yang bershalawat kepadanya. Inilah salah satu
rahasia doa/shalawat yang tidak banyak orang tahu sehingga banyak yang
bertanya kenapa nabi malah didoakan umatnya? untuk itulah jika kita
berdoa kepada Allah jangan lupa terlebih dahulu bershalawat kepada Nabi
shallallaahu ‘alaihi wasallam karena doa kita akan lebih terkabul
daripada tidak berwasilah melalui bershalawat.
Inilah riwayat singkat shalawat
Nariyah. Hingga kini banyak orang yang mengamalkan shalawat ini, tak
lain karena meniru yang dilakukan Syaikh Nariyah. Dan ada baiknya
shalawat ini dibaca 4444 kali karena Syaikh Nariyah memperoleh karomah
setelah membaca 4444 kali. Jadi jumlah amalan itu tak lebih dari itba’
(mengikuti) ajaran Syaikh.
Agar bermanfaat, membacanya harus
disertai keyakinan yang kuat, sebab Allah itu berada dalam prasangka
hambanya. Inilah pentingnya punya pemikiran yang positif agar doa kita
pun terkabul. Meski kita berdoa tapi tidak yakin (pikiran negatif) maka
bisa dipastikan doanya tertolak. (http://www.indospiritual.com)
Dari tulisan dalam website itu, kita
bisa mengambil kesimpulan bahwa pengarang shalawat Nariyah adalah Syaikh
Nariyah yang merupakan sahabat Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam
yang telah dijamin oleh Allah dengan surga-Nya. Bagaimana tindakan kita
dalam menyikapi cerita ini dan yang semisalnya? Apakah kita langsung
mempercayainya tanpa melakukan tabayyun?
Seorang muslim hendaknya tidak langsung
percaya begitu saja dengan cerita atau kisah yang disampaikan kepadanya
tanpa meneliti terlebih dahulu kebenaran cerita atau kisah yang
disampaikan kepadanya tersebut. Inilah tabayyun, yakni meneliti
kebenaran sebuah cerita yang didisampaikan kepada kita sebelum kita
menentukan benar tidaknya cerita tersebut. Terlebih lagi hal ini
merupakan permasalahan agama, maka hendaknya kita lebih waspada lagi
dalam menerima cerita yang disampaikan kepada kita.
Janggal dan Tidak Lazim
Dari cerita tersebut di atas, ada
beberapa hal yang hendaknya kita perhatikan dengan seksama, yang pertama
yakni: Benarkah ada sahabat Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam
yang bernama Syaikh Nariyah?
Para sahabat Nabi adalah orang-orang
yang telah dimuliakan oleh Allah dan dipuji oleh Allah dan Rasul-Nya
dengan pujian Khairun Naas (Manusia Terbaik). Oleh karena itu, banyak
diantara kalangan para ulama yang menaruh perhatian yang sangat besar
tentang biografi dan perjalanan hidup para sahabat Nabi. Oleh karena itu
begitu banyak kitab yang ditulis yang mengumpulkan biografi dan
perjalanan hidup generasi terbaik ini dan beberapa generasi yang hidup
di zaman kemuliaan Islam tersebut. Sebut saja Hilyatul Awliyaa` yang
ditulis oleh Al-Hafizh Abu Nu’aim Al-Asfahani. Ada lagi kitab Tahdzibul
Kamal karya al-Hafizh Al-Mizzi, Shifatush Shafwah karya Imam Ibnul
Jauzi, Al-Ishabatu fi Tamyizish Shahabah karya al-Hafizh Ibn Hajar
al-’Asqalani dan berbagai kitab sejarah lainnya yang intinya adalah para
ulama memberikan perhatian yang sangat besar terhadap biografi dan
perjalanan hidup para sahabat Nabi.
Para dewan redaktur majalah As-Sunnah
mengatakan, “Setelah meneliti berbagai kitab di atas dan juga referensi
biografi lainnya, yang biasa diistilahkan para Ulama dengan kutubut
tarajim wa ath-thabaqat, ternyata tidak dijumpai seorang pun di antara
Sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, yang bernama Nariyah. Bahkan
sepengetahuan kami, tidak ada seorang pun Ulama klasik yang memiliki
nama tersebut. Lalu, dari manakah orang tersebut berasal ??”
Sebenarnya ada sebuah kejanggalan pada
nama orang yang disangka sebagai sahabat Nabi tersebut, yakni: jika kita
terbiasa berinteraksi dengan hadits-hadits Nabi dan biografi para
sahabat, belum pernah kita jumpai adanya nama sahabat Nabi yang mendapat
‘gelar’ “SYAIKH”. Perhatikanlah nama di atas, “Syaikh Nariyah”. Ini
adalah sesuatu hal yang sangat tidak lazim terjadi di kalangan para
ulama salaf, terlebih lagi para sahabat Nabi. Cobalah seandainya
seseorang sedikit saja membaca kitab para ulama yang menuliskan biografi
para sahabat, ketika mendengar atau membaca nama Syaikh Nariyah yang
disangka sebagai sahabat Nabi, maka ia akan merasakan sesuatu yang aneh,
ganjil dan tidak lazim. Mungkin –Allahua’lam- orang yang membuat kisah
ini adalah orang yang tidak terbiasa berinteraksi dengan nama para
sahabat Nabi, sehingga ia melakukan tindakan yang cukup fatal dan
dianggap ganjil oleh orang-orang yang terbiasa dengan biografi para
sahabat Nabi. Dari sini saja kita sudah sangsi tentang keshahihan kisah
tersebut sehingga kita bisa menyimpulkan bahwa tidak ada sahabat Nabi
yang bernama Syaikh Nariyah. Jadi, penyandaran shalawat ini kepada
sahabat Nabi yang bernama Syaikh Nariyah sangat diragukan kebenarannya.
Kemudian yang kedua, kisah tersebut di
atas dinukil dengan tanpa sanad sehingga bagi orang-orang yang memahami
betul pentingnya sanad dalam sebuah riwayat, mereka akan sangat sulit
melacak keotentikan cerita di atas. Jangankan sanad, artikel tersebut
juga tidak mencantumkan referensi dari mana kisah itu dinukil.
Sepertinya, -Allahua’alam- orang yang membuat kisah di atas bukanlah
orang yang memiliki amanah ilmiah yang bisa dipertanggung jawabkan
karena gelapnya asal-usul dan periwayatan kisah tersebut di atas.
Imam ‘Abdullah bin al-Mubarak pernah
berkata, “Isnad adalah bagian dari agama. Jika tidak ada isnad,
seseorang akan bebas mengatakan apa yang dikehendakinya.” (Diriwayatkan
oleh Imam Muslim rahimahullah dalam muqaddimah Shahihnya)
Fenomena Yang Sangat Memprihatinkan
Tersebarnya berbagai kisah yang gelap
asal-usulnya di masyarakat luas merupakan sebuah fenomena yang sangat
memprihatinkan. Apalagi jika kisah tersebut membawa-bawa nama Rasulullah
shallalaahu ‘alaihi wasallam dan para sahabatnya. Sungguh kita
mengkhawatirkan mereka karena bisa terjatuh ke dalam kedustaan yang
diatasnamakan kepada Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam.
Dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu,
bahwasanya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Barangsiapa yang berdusta atas namaku dengan sengaja, maka hendaklah ia
menyiapkan tempat duduknya di neraka” (HR. Bukhari, Muslim dan lainnya)
Berdusta atas nama Rasulullah
shallallaahu ‘alaihi wasallam tidaklah sama dengan berdusta atas nama
selain nama Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam. Jika berdusta
kepada selain Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam saja merupakan
sebuah dosa, tentu berdusta atas nama Rasulullah shallallaahu ‘alaihi
wasallam dosanya jauh lebih besar ketimbang berdusta atas nama selain
beliau dikarenakan kedudukan Rasulullah yang mulia, dan dikarenakan
kedustaan atas nama Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam akan
memunculkan suatu hukum tertentu dalam agama yang mana hukum tersebut
tidak pernah ada yang pada akhirnya menimbulkan kerusakan yang sangat
besar.
Kita ambil saja contohnya dari kisah
shalawat Nariyah di atas. Berapa banyak orang yang meyakini bahwa
shalawat tersebut berasal dari Syaikh Nariyah yang ‘disangka’ sebagai
sahabat Nabi? Berapa banyak orang yang salah kaprah dalam amaliah
mereka? Semua itu adalah akibat dari adanya kisah dusta di atas yang
diatasnamakan kepada Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam dan para
sahabatnya. Inilah salah satu sebab beredarnya hadits-hadits palsu di
tengah umat, yakni adanya tukang-tukang cerita yang mengarang-ngarang
cerita, kemudian disandarkan kepada Rasulullah shallallaahu ‘alaihi
wasallam.
Jika kisah asal usul dari shalawat
Nariyah ini tidaklah shahih, merupakan kedustaan atas nama Rasulullah
shallallaahu ‘alaihi wasallam dan merupakan kisah yang gelap
asal-usulnya, maka masihkah kita meyakininya dan mengamalkan shalawat
ini? Kita katakan tidak. Hendaklah kita meninggalkan perkara-perkara
yang tidak jelas asal-usulnya, terlebih lagi menyangkut persoalan agama
dan ibadah. Tentu hal ini akan menjadi suatu keharusan untuk
meninggalkannya dan beralih kepada amaliah yang shahih yang datangnya
dari Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam dan para sahabatnya.
Bukan berarti orang yang meninggalkan
shalawat Nariyah dan tidak mau mengamalkannya adalah orang-orang yang
tidak cinta kepada shalawat dan tidak mau bershalawat. Tidak demikian
adanya. Hanya saja yang kita kehendaki adalah hendaknya kita bershalawat
sesuai dengan apa yang dituntunkan oleh Rasulullah shallallaahu ‘alaihi
wasallam melalui hadits-hadits yang shahih.
Shalawat merupakan sebuah ibadah yang
agung. Oleh karena itu, mustahil kalau Rasulullah shallallaahu ‘alaihi
wasallam tidak mengajarkan kepada kita tatacara bershalawat yang benar.
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam telah menjelaskan kepada kita
dengan jelas tentang bagaimana kita bershalawat. Beliau juga mengajarkan
kepada kita lafazh-lafazh atau bacaan-bacaan shalawat yang benar. Semua
itu telah beliau ajarkan sehingga tidak perlu lagi menggubah atau
mengarang-ngarang tatacara dan bacaan shalawat sendiri. Bahkan parahnya
lagi adalah jika kita mengiringinya dengan kisah dan cerita yang kita
pun mengarangnya sendiri kemudian kita sandarkan kisah dan cerita kita
atasnama Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam sebagai upaya
pembenaran terhadap sesuatu yang batil.
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi
wasallam bersabda,”Barangsiapa yang membuat-buat sesuatu yang baru yang
tidak kami perintahkan, maka hal tersebut tertolak (di sisi Allah)” (HR.
Bukhari dan Muslim dari Aisyah radhiyallaahu ‘anhaa)
Dalam riwayat lain disebutkan,
“Barangsiapa yang mengamalkan suatu amalan yang tidak pernah kami
contohkan atas amalan tersebut, maka amalan tersebut tertolak (di sisi
Allah)”.
Pembahasan Kedua: Letak Kesyirikan Shalawat Nariyah
Shalawat nariyah telah dikenal oleh
banyak orang. Mereka beranggapan, barangsiapa membacanya sebanyak 4444
kali dengan niat agar kesusahan dihilangkan, atau hajat dikabulkan,
niscaya akan ter-penuhi.
Ini adalah anggapan batil yang tidak
berdasar sama sekali. Apalagi jika kita mengetahui lafazh bacaannya,
serta kandungan syirik yang ada di dalamnya. Secara lengkap, lafazh
shalawat nariyah itu adalah sebagai berikut,
“Ya Allah, limpahkanlah keberkahan
dengan keberkahan yang sempurna, dan limpahkanlah keselamatan dengan
keselamatan yang sempurna untuk penghulu kami Muhammad, yang dengan
beliau terurai segala ikatan, hilang segala kesedihan, dipenuhi segala
kebutuhan, dicapai segala keinginan dan kesudahan yang baik, serta
diminta hujan dengan wajahnya yang mulia, dan semoga pula dilimpahkan
untuk segenap keluarga, dan sahabat-nya sebanyak hitungan setiap yang
Engkau ketahui.”
Aqidah tauhid yang kepadanya Al-Quranul
Karim menyeru, dan yang dengannya Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa
Salam mengajarkan kita, menegaskan kepada setiap muslim agar meyakini
bahwa hanya Allah semata yang kuasa menguraikan segala ikatan. Yang
menghilangkan segala kesedihan. Yang memenuhi segala kebutuhan dan
memberi apa yang diminta oleh manusia ketika ia berdo’a.Setiap muslim
tidak boleh berdo’a dan memohon kepada selain Allah untuk menghilangkan
kesedihan atau menyembuhkan penyakit-nya, bahkan meski yang dimintanya
adalah seorang malaikat yang diutus atau nabi yang dekat (kepada Allah).
Al-Qur’an mengingkari berdo’a kepada selain Allah, baik kepada para rasul atau wali. Allah berfirman,
“Katakanlah, ‘Panggillah mereka yang
kamu anggap (tuhan) selain Allah, maka mereka tidak akan mempunyai
kekuasaan untuk menghilangkan bahaya daripadamu dan tidak pula
memindahkannya. Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari
jalan kepada Tuhan mereka siapa di antara mereka yang lebih dekat
(kepada Allah) dan mengharapkan rahmatNya dan takut akan siksaNya;
sesungguhnya siksa Tuhanmu adalah sesuatu yang (harus) ditakuti.”
(Al-lsra’17:56-57)
Para ahli tafsir mengatakan, ayat di
atas turun sehubungan dengan sekelompok orang yang berdo’a dan meminta
kepada Isa Al-Masih, malaikat dan hamba-hamba Allah yang shalih dan
jenis makhluk jin.
Bagaimana mungkin Rasulullah
Shallallaahu ‘alaihi wa Salam akan rela, jika dikatakan bahwa beliau
kuasa menguraikan segala ikatan dan menghilangkan segala kesedihan.
Padahal Al-Qur’an menyeru kepada beliau untuk memaklumkan,”Katakanlah,
‘Aku tidak kuasa menarik kemanfaatan bagi diriku dan tidak (pula)
menolak kemudharatan kecuali yang dikehendaki Allah. Dan sekiranya aku
mengetahui yang ghaib, niscaya aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya
dan aku tidak akan ditimpa kemudharatan. Aku tidak lain hanyalah pemberi
peringatan, dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman.”
(Al-A’raaf 7:188)
“Seorang laki-laki datang kepada
Rasululllah Shallallaahu ‘alaihi wa Salam lalu ia berkata kepada beliau,
‘Atas kehendak Allah dan kehendakmu.” Maka Rasulullah Shallallaahu
‘alaihi wa Salam bersabda, ‘Apakah engkau menjadikan aku sebagai sekutu
(tandingan) bagi Allah? Katakanlah, “Hanya atas kehendak Allah semata.”
(HR. Nasaa’i, dengan sanad shahih)
Di samping itu, di akhir lafazh
shalawat nariyah tersebut, terdapat pembatasan dalam masalah ilmu-ilmu
Allah. Ini adalah suatu kesalahan besar.
Seandainya kita membuang kata “Bihi”
(dengan Muhammad), lalu kita ganti dengan kata “BiHaa” (dengan shalawat
untuk Nabi), niscaya makna lafazh shalawat itu akan menjadi benar.
Sehingga bacaannya akan menjadi seperti berikut ini:
“Ya Allah, limpahkanlah keberkahan
dengan keberkahan yang sempurna, dan limpahkanlah keselamatan dengan
keselamatan yang sempurna untuk Muhammad, yang dengan shalawat itu
diuraikan segala ikatan …”Hal itu dibenarkan, karena shalawat untuk Nabi
Shallallaahu ‘alaihi wa Salam adalah ibadah, sehingga kita boleh
ber-tawassul dengannya, agar dihilangkan segala kesedihan dan kesusahan.
Kenapa kita membaca shalawat-shalawat
bid’ah yang meru-pakan perkataan manusia, kemudian kita meninggalkan
shalawat lbrahimiyah yang merupakan ajaran AI-Ma’sum ? sumber: http://ibnujafar86.wordpress.com/2009/02/25/seputar-shalawat-nariyah/
Pembahasan Ketiga: Seputar Permasalahan Shalawat Nariyah
Salah Seorang kiyai Pengasuh Pondok
Pesantren Krapyak Yogyakarta menulis sebuah artikel tentang sholawat
Nariyah, yang mana jika seorang muslim tidak memiliki pemahaman Ilmu
yang benar, maka bisa jadi ia akan terpengaruh oleh syubhat yang
dilontarkannya, dimana ia mengatakan bahwa “shalawat Nariyah”, adalah
salah satu bacaan yang sangat popular di kalangan kaum muslimin, baik di
desa maupun di kota, Khususnya bila menghadapi problem hidup yang sulit
dipecahkan, maka tidak ada jalan lain selain mengembalikan persoalan
pelik itu kepada Allah. Dan Shalawat Nariyah adalah salah satu jalan
mengadu kepada-Nya.
Berikut ini adalah bacaan shalawat Nariyah:
اللهم صل صلاة كاملة، وسلم
سلاما تاما على سيدنا محمد الذى تنحل به العقد، وتنفرج به الكرب، وتقضى به
الحوائج، وتنال به الرغائب، وحسن الخواتم وسيتشقى الغمام بوجهه الكريم،
وعلى أله وصحبه فى كل لمحة ونفس بعدد كل معلوم لك
yang artinya adalah, Ya Allah,
limpahkanlah shalawat yang sempurna dan curahkanlah salam kesejahteraan
yang penuh kepada junjungan kami Nabi Muhammad, yang dengan sebab beliau
semua kesulitan dapat terpecahkan, semua kesusahan dapat dilenyapkan,
semua keperluan dapat terpenuhi, dan semua yang didambakan serta husnul
khatimah dapat diraih, dan berkat dirinya yang mulia hujanpun turun, dan
semoga terlimpahkan kepada keluarganya serta para sahabatnya, di setiap
detik dan hembusan nafas sebanyak bilangan semua yang diketahui oleh
Engkau.
Dalam kitab Khozinatul Asror halaman
179 dijelaskan, bahwa “Salah satu shalawat yang mustajab ialah Shalawat
Tafrijiyah Qurthubiyah, yang disebut orang Maroko dengan Shalawat
Nariyah, karena jika umat Islam mengharapkan apa yang dicita-citakan,
atau ingin menolak yang tidak disukai, maka mereka berkumpul dalam satu
majelis untuk membaca shalawat Nariyah ini sebanyak 4444 kali, kemudian
tercapailah apa yang dikehendaki dengan cepat bi idznillah.”
Selain itu, imam Dainuri mengatakan
bahwa : Siapa membaca shalawat ini sehabis shalat Fardhu sebanyak 11
kali, serta digunakan sebagai wiridan maka rizekinya tidak akan putus,
di samping itu, ia akan mendapatkan pangkat kedudukan dan tingkatan
orang kaya.”
Demikianlah apa yang difahami oleh
sebagian besar kaum muslimin di negri ini, dan mungkin diantara kita pun
ada yang pernah membaca shoalwat ini. Dan sebenarnya membaca sholawat
adalah hal yang sangat disunnahkan oleh Rasulullah, akan tetapi kita
sebagai kaum muslimin hendaknya tidak begitu saja seta merta meyakini
apa yang diucapkan oleh seseorang, sekalipun yang berkata adalah seorang
Kiyai. Kita harus mencari tahu mengenai kebenaran perkataan tersebut.
Nah untuk mengetahui apakah benar
Shalawat Nariyah yang dibaca sebanyak 4444 kali itu dapat mendatangkan
rizki dan solusi atas problem hidup yang sulit dipecahkan?
Berikut ini akan kami ulas secara tuntas.
Berikut ini akan kami ulas secara tuntas.
Menurut Kiyai Mahrus Ali, ternyata
sumber dan asal-usul shalawat Nariyah ini tidak diketahui, padahal
beliau telah menelaah buku dan kitab hadits, fiqih, dan tasawuf. Dengan
demikian maka jelaslah bahwa sholawat Nariyah adalah sholawat bid’ah
yang jika dilakukan maka pelakunya akan diancam dengan Nar alias neraka.
Selain itu, jika kita perhatikan Dari
segi isi shalawat, maka akan kita temukan banyak sekali kekeliruannya,
terutama pada lafadz-lafadz yang artinya: “.. Yang dengannya, maksudnya
dengan (Rasulullah Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wassalam) maka segala
ikatan menjadi lepas, dengannya segala kesulitan akan lenyap, dan
dengannya segala keinginan akan tercapai, dengannya pula segala
kebutuhan akan terpenuhi.”.
Dengan demikian jelaslah bahwa Menurut
shalawat tersebut, yang melepaskan ikatan, kesulitan dan mengabulkan
segala keinginan adalah Rasulullah, bukan Allah.
Hal ini jelas mengandung kesyirikan dan
bertentangan dengan ayat-ayat Al-Qur’an. Dimana Allah subhanahu
Wata’ala berfirman dalam surat Yunus ayat 31, yang artinya: “Katakanlah:
‘Siapakah yang memberi rezki kepadamu dari langit dan bumi, atau
siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan
siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan
yang mati dari yang hidup dan siapakah yang mengatur segala urusan?’
Maka mereka akan menjawab: ‘Allah.’ Maka katakanlah ‘Mengapa kamu tidak
bertakwa kepada-Nya?”
Kemudian dalam ayat yang lainnya, Allah subhanahu Wata’ala berfirman dalam Al-Qur’an surat Ar-Ra’d ayat14, yang artinya:
“Hanya bagi Allah-lah (hak mengabulkan)
doa yang benar. Dan berhala-berhala yang mereka sembah selain Allah
tidak dapat memperkenankan sesuatupun bagi mereka, melainkan seperti
orang yang membukakan kedua telapak tangannya ke dalam air supaya sampai
air ke mulutnya, padahal air itu tidak dapat sampai ke mulutnya. Dan
doa (ibadah) orang-orang kafir itu, hanyalah sia-sia belaka.”
Demikianlah ayat-ayat yang sangat
jelas, bahwasanya hanya Allah subhanahu Wata’ala lah yang berhak dan
mampu melepaskan berbagai kesulitan dan mengabulkan permohonan, bukan
Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam, sebab beliau shalallahu’alaihi
wa sallam hanyalah manusia biasa yang diberi kelebihan oleh Allah
subhanahu Wata’ala dibanding manusia lainnya.
Namun bukan berarti kita anti-shalawat.
Kita tetap harus bershalawat pada Rasulullah shalallahu’alaihi wa
sallam, hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surat Al-Ahzab ayat 56,
yang artinya: “Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat
untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk
Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya”
Selain itu, di dalam sebuah hadits riwayat Tirmidzi dan Nasa’i, Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam bersabda, yang artinya:
“Orang yang paling bakhil adalah seseorang yang jika namaku disebut ia tidak bersholawat untukku.”
Inilah dalil-dalil yang sangat kuat,
yang menunjukan bahwa kita diperintahkan untuk bersholawat kepada
Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam, Akan tetapi hendaknya kitapun
mengilmui bagaimana Cara ber-shalawat yang benar kepada Rasulullah,
yakni harus sesuai dengan yang diajarkan Rasulullah kepada para
sahabatnya. Dan salah satu bentuk bacaan sholawat yang paling singkat
adalah dengan mengucapkan “Shalallahu ‘Alaihi Wassalam”.
akhirzaman.info
SHALAWAT NARIYAH atau shalawat lainnya yang buklan berasal dari Hadits Nabi Muhammad SAW adalah ciptaan para penyair, sufi dan ahli agama juga, lalu apa komentar Al Quran tentang para penyair???
Apakah akan Aku beritakan kepadamu (Hai Muhammad), kepada siapa syaitan-syaitan itu turun (dan menghampirinya)?
Mereka turun (menghampiri) kepada tiap-tiap (orang) pendusta lagi yang banyak dosa,
mereka menghadapkan pendengaran (percaya akan bisikan-bisikan kepada syaitan) itu, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang pendusta.
Dan (umumnya) penyair-penyair itu (slalu mudah) diikuti oleh orang-orang yang sesat
Tidakkah kamu melihat bahwasanya (karya-karya) mereka (mampu) mengembara (dari kota-kota sampai) di tiap-tiap lembah (pedalaman atau kampung).
dan bahwasanya (sebagian) mereka suka mengatakan apa yang mereka sendiri tidak (mampu untuk) mengerjakan(nya)?
kecuali orang-orang (penyair-penyair) yang beriman dan beramal saleh dan banyak menyebut Allah dan (mereka ini akan) mendapat kemenangan sesudah menderita kezaliman. Dan orang-orang yang zalim itu kelak akan mengetahui ke tempat mana mereka akan kembali
(terjemahan bebas QS. 26:221-227)