Armada pesawat tempur Pentagon generasi terbaru, F-35 Joint Strike Fighter (JSF) telah kembali terbang, enam hari sejak ditemukannya celah (retak) sepanjang setengah inci dalam engine blade (pisau mesin) yang menyebabkan dikandangkannya seluruh F-35.
Pabrikan pembuat mesin F-35, Pratt and Whitney, mengatakan bahwa mereka
sudah mengisolasi sumber keretakan di mesin F135 (mesin F-35) dan dapat
memperbaikinya. Keretakan ini tidak mempengaruhi propulsi dan masalah
telah selesai. Motor yang rewel memang bisa menjadi hal yang tak
terelakkan dalam desain pesawat.
Pratt and Whitney sudah melakukan yang terbaik pada cacat pisau turbin
mesin F135 yang bisa saja berpotensi bencana, jika tidak terdeteksi
dapat menyebabkan kecelakaan. "Paparan panas tingkat tinggi yang lama
dan stres operasional lainnya pada mesin menjadi penyebab munculnya
keretakan," diumumkan Pratt and Whitney pada Kamis malam waktu setempat.
"Tidak ditemukan celah lain atau tanda-tanda stres mesin yang sama pada
F-35 lainnya selama inspeksi. Mesin F-35 tidak perlu didesain ulang
karena peristiwa ini."
Namun F-35, yang ditujukan untuk mengantikan hampir semua pesawat tempur militer AS, sangat berkemungkinan akan mengalami masalah serupa dalam rencana operasionalnya selama 50 tahun pelayanan. F-35 awalnya akan dibuat lebih panjang, sempit (mengerucut) dan sangat aerodinamis seperti kebanyakan pesawat tempur lain, namun akhirnya JSF dirancang ulang mejadi lebih lebar dan lebih "tambun" guna mengakomodasi senjata internal (internal bay weapon) yang merupakan kunci agar tidak terdeteksi radar. "Yang membuatnya berbeda adalah pesawat ini memiliki karakteristik akselerasi dengan beban tempur yang tidak dimiliki oleh pesawat lain, karena F-35 membawa beban tempur internal (rudal dibawa di dalam body)," ujar seorang petinggi Lockheed Martin Tom Burbage pada tahun lalu.
Namun desain ulang memiliki efek buruk pada aerodinamika pesawat, membuat mesin F135 harus bekerja ekstra daripada mesin fighter kebanyakan. Menghasilkan lebih dari 40.000 pon daya dorong, F135 adalah motor tempur paling kuat yang pernah ada. Meskipun Pentagon telah menurunkan spesifikasi percepatan F-35 untuk mengurangi ketegangan pada mesin, F135 tetap berjalan ekstra panas. Masalah inilah yang belum dipecahkan oleh Lockheed Martin dan Pratt and Whitney setidaknya selama tujuh tahun, dan kemungkinan besar masalah inilah yang berkontribusi terhadap masalah turbin F-35 pada tahun 2007, 2008 dan 2009.
Melaui sebuah inisiatif yang disebut Advent, Angkatan Udara AS (USAF) dan beberapa perusahaan kedirgantaraan berusaha menemukan teknologi mesin baru yang suatu hari nanti bisa dipasang di F-35, yang berpotensi mengurangi masalah-masalah pada mesin.
Menurut USAF, yang telah dicapai Advent saat ini meliputi; bagian turbin untuk peningkatan daya dorong, third stream cooled cooling air untuk sistem manajemen panas mesin, dan bahan ringan yang tahan terhadap suhu tinggi. General Electric, saingan utama Pratt dan Whitney, menyelesaikan beberapa pengujian utama teknologi Advent pada akhir bulan lalu. Teknologi mesin Advent ini total akan diuji coba sepenuhnya pada 2017. Pentagon mengatakan motor baru harus di-upgrade agar sesuai dengan F-35.
Tapi Larry Burns, manajer program Advent, mengatakan rasanya tidak mungkin motor Advent bisa dipasang secara penuh pada F-35. Karena biayanya yang tinggi, seperti retrofit "sedikit diantara yang banyak," kata Burns kepada media.
Jadi, pesawat tempur andalan masa depan Pentagon akan "terjebak" pada mesin yang digunakan saat ini, dengan motor bersuhu tinggi dan turbin yang rapuh. Dan hal ini berarti bahwa "pengandangan" seluruh F-35 seperti minggu lalu akan menjadi kejadian biasa di masa-masa mendatang.
Kredit foto : Lockheed Martin
artileri.org
0 komentar:
Posting Komentar