WASHINGTON, — Presiden Suriah Bashar al-Assad, Rabu (18/9/2013), menegaskan, keputusannya untuk menghancurkan stok senjata kimianya bukan karena terpaksa akibat ancaman serangan AS.
"Ya, ada sebuah kesalahpahaman bahwa kami menyetujui perjanjian itu karena (ancaman) orang-orang Amerika," katanya kepada jaringan televisi AS, Fox News. "Sebenarnya, jika Anda melihat kembali sebelum G-20, sebelum proposal itu, Rusia, itu bukan tentang menyerahkan senjata kimia," kata Assad merujuk pada sebuah tawaran Rusia untuk mengawasi perlucutan senjata Suriah.
"Itu adalah tentang menyerang Suriah agar tidak menggunakan senjata itu lagi," lanjut Assad dengan mengacu pada desakan Presiden AS Barack Obama untuk melancarkan serangan guna menghukum rezimnya. "Jadi, itu bukan tentang ancaman tersebut. Suriah tidak pernah tunduk pada ancaman apa pun. Kami sebenarnya menanggapi inisiatif Rusia, kebutuhan kami, dan keyakinan kami," tegasnya.
"Jadi, apakah mereka punya Pasal 7 atau tidak punya Pasal 7, ini politik antara negara-negara besar," katanya mengacu pada aturan PBB yang harus dicantumkan dalam perjanjian untuk membenarkan aksi internasional.
Rusia, sebagai sekutu Suriah, telah menentang setiap resolusi Dewan Keamanan PBB yang memungkinkan sebuah tindakan penegakan hukum berdasarkan Pasal 7 untuk memaksa Damaskus menyerahkan senjata kimianya.
KOMPAS.COM
0 komentar:
Posting Komentar