Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, John Kerry (Istimewa)
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, bersikeras meminta Dewan Keamanan PBB untuk menghukum rezim Suriah, atas tuduhan penggunaan senjata kimia dalam perang sipil. Menurutnya, DK PBB jangan membuang-buang waktu untuk bertindak pada rezim pimpinan Bashar al-Assad itu.
”Waktunya singkat. Jangan menghabiskan waktu untuk memperdebatkan apa yang sudah kita ketahui,” kata Kerry, kemarin, seperti dilaporkan Reuters, Jumat (20/9/2013).
”Kita harus mengakui bahwa dunia sedang menyaksikan, apakah kita bisa menghindari aksi militer dan mencapai solusi dengan cara-cara damai,” sindir Kerry, yang negaranya menunda untuk menyerang Suriah.
Presiden Barack Obama sendiri telah berjanji untuk tidak menyerang Suriah, tanpa persetujuan dari Kongres AS. Sedangkan sampai saat ini pemungutan suara Kongres untuk penentuan sikap soal rencana menyerang Suriah, belum terlaksana setelah Obama meminta untuk menundanya.
Kerry yang mengutip laporan PBB menyatakan, rezim Assad bersalah atas penggunaan serangan senjata kimia dalam serangan pada 21 Agustus 2013. Padahal, laporan tim investigasi PBB itu tidak menyebut siapa yang bersalah dalam serangan yang diklaim menewaskan lebih dari 1.000 orang tersebut.
Laporan tim PBB hanya membenarkan adanya serangan senjata kimia di Suriah berdasarkan uji sampel. ”Ini tidak rumit, ketika kita berkata kita tahu apa yang benar, kita bersungguh-sungguh,” imbuh Kerry.
”Setiap satu titik, data dan jenis amunisi, serta peluncur yang digunakan, kemudian asal-usul amunisi, lintasan, tanda-tanda serangan, menegaskan apa yang kita sudah tahu. Serta apa yang kita beritahukan kepada Amerika dan dunia,” lanjut Kerry. Minggu depan, Kerry akan melakukan perjalanan ke New York untuk menghadiri Sidang Umum PBB. Kerry kembali akan menekan DK PBB untuk menjatuhkan resolusi yang mengikat terhadap Suriah.
Sementara Rusia menyebut laporan tim PBB menyimpang, tidak seimbang dan dipolitisasi untuk menyalahkan rezim Assad secara sepihak. Pemerintah Rusia menganggap ada kejanggalan dalam laporan itu, karena hanya meneliti serangan pada 21 Agustus 2013, tapi mengabaikan serangan dua atau tiga hari sebelum itu.
Begitu pun dengan Presiden Bashar al-Assad, yang juga ragu dengan laporan tim PBB. Sebab, secara logika, tidak mungkin jika pasukannya melakukan serangan senjata kimia, tapi pasukannya pula yang ikut menjadi korban. Assad pun telah meminta tim PBB kembali ke Suriah untuk meneliti secara objektif.
sindonews.com
0 komentar:
Posting Komentar