(Cabalist "Creative Destruction" Behind Syrian War)
Peristiwa-peristiwa yang terjadi baru-baru ini didorong oleh agenda para penyembah Setan Kabal Illuminati
Oleh: David Livingstone
(diringkas oleh henrymakow.com)
(Michael Ledeen, salah seorang dari Junta Yahudi Illuminati)
"Perang saudara" di Suriah sepenuhnya didanai dan diarahkan oleh Barat. Ini adalah bagian dari the Arab Spring yang tujuannya adalah untuk "menimbulkan kekacauan dari Maroko sampai ke Afghanistan." Pada gilirannya, hal ini mencerminkan doktrin Kabbalis bahwa "ordo" (yaitu tirani Tata Dunia Baru-NWO) akan muncul dari kehancuran. Konklusinya? Kita tidak akan melihat perdamaian sampai semua "perlawanan", baik yang secara terang-terangan maupun yang tidak terhadap Tata Dunia Baru-NWO ditumpas.
Apa yang terjadi di Suriah tidak ada hubungannya dengan dugaan penggunaan senjata kimia, dan semuanya dilakukan dalam rangka ambisi kekaisaran negara Israel yang menggunakan kekuasaannya melalui lobi terkenal dengan menggunakan Amerika yang melaksanakan tujuannya di kawasan itu.
Di antara neokonservatif terkemuka dalam kelompok kabal (komplotan rahasia) ini adalah Michael Ledeen,Ketua the Freedom Chair at the American Enterprise Institute dan anggota pendiri JINSA. Seperti ditulis Robert Lind dalam sebuah artikel 2003 untuk Salon: "link utama antara think-tank konservatif dan lobi Israel yang berbasis di Washington dan Likud -pendukung Lembaga Yahudi untuk Urusan Keamanan Nasional (JINSA), yang banyak merangkul ahli pertahanan non-Yahudi dengan mengirimkan mereka ke Israel."[1]
Pada tahun 2002, Ledeen mengatakan bahwa invasi Irak akan menyusul, dan hal itu akan menjadi sesuatu yang baik, karena akan memberi kepada "kita" kesempatan untuk "menjamin terpenuhinya revolusi demokratik." Sambil menyimpulkan motif Machiavellian nya, Ledeen mengklarifikasi, "Secara paradoks, kita memajukan kebebasan dengan cara-cara kekerasan yang tidak demokratis." Ledeen menjelaskan lebih lanjut:
"Penghancuran Kreatif (Creative Destruction) adalah nama tengah kami, baik di dalam masyarakat kita maupun di luar negeri. Kami meruntuhkan tatanan lama setiap hari, dari bisnis sampai ilmu pengetahuan, sastra, seni, arsitektur dan bioskop dengan politik dan hukum. Musuh kami selalu membenci gelombang kekuatan dan kreativitas ini, yang membahayakan tradisi mereka (apapun itu) dan mempermalukan mereka karena ketidakmampuan mereka untuk mengikuti ... kita harus menghancurkan mereka untuk memajukan misi sejarah kita. "[2]
[Yang dimaksud dengan "Misi Historis Kita" adalah orang Yahudi, bukan orang Amerika. Lihat Makow -Kabbalist Doctrine of Destruction Behind War.]
Terbukti, negara-negara Timur Tengah yang Ledeen cantumkan pada saat itu bukanlah merupakan ancaman bahaya kepada Amerika Serikat. Semua artikulasi abstrak ini dirancang untuk menyembunyikan pemenuhan tujuan kebijakan luar negeri Israel yang tercela, seperti diuraikan dalam A Clean Break: A New Strategy for Securing the Realm (lebih dikenal sebagai laporan the "Clean Break"), sebuah dokumen kebijakan yang disiapkan sejak 1996 oleh sebuah kelompok studi yang dipimpin oleh Richard Perle untuk Benjamin Netanyahu, Perdana Menteri Israel.
Laporan ini menjelaskan mengenai pendekatan baru untuk memecahkan masalah keamanan Israel di Timur Tengah melalui pertimbangan "nilai-nilai Barat." Di antara kebijakan yang diusulkan itu, "daripada melanjutkan 'perdamaian yang komprehensif' dengan seluruh dunia Arab, Israel harus bekerja bersama-sama dengan Yordania dan Turki untuk" menahan, mengacaukan, dan menarik mundur "entitas ancaman terhadap ketiganya."
On how to address these threats, it recommends, "Israel's new agenda can signal a clean break by abandoning a policy which assumed exhaustion and allowed strategic retreat by reestablishing the principle of preemption, rather than retaliation alone and by ceasing to absorb blows to the nation without response."
Mengenai cara untuk mengatasi ancaman ini, merekomendasikan, "agenda baru Israel bisa melalui isyarat dalam mengamankan negara dengan meninggalkan sama sekali kebijakan yang dianggap melelahkan dan melaksanakan strategi mundur dengan membangun kembali prinsip pencegahan, daripada membalas dengan menghentikan serangan kepada negara yang tidak memberi tanggapan."
Penghancuran Kreatif = Tindakan Pencegahan yaitu Agresi
Tindakan pencegahan dianggap diperlukan di Lebanon berdasarkan kesepakatan antara Israel dengan Amerika Serikat bahwa reaktor nuklir Iran pada akhirnya harus dibom. Jika hal itu terjadi, Iran akan menggunakan Hizbullah di Lebanon untuk menyerang Israel. Dengan demikian Hizbullah harus dilucuti dan Israel akan menggunakan kekuatannya segera setelah ada alasan pembenar.[3]
Demikian pula, karena Irak "dapat mempengaruhi secara mendalam keseimbangan strategis di Timur Tengah", Israel harus kembali mendukung Yordania dalam upaya untuk mendefinisikan kembali Irak, dan dengan "mendukung Raja Hussein dengan memberikan beberapa langkah-langkah keamanan nyata untuk melindungi rezimnya terhadap subversi Suriah; mendorong - melalui pengaruhnya dalam komunitas bisnis Amerika Serikat - Investasi di Yordania untuk menggeser struktural perekonomian Yordania menjauh dari ketergantungan kepada Irak, dan mengalihkan perhatian Suriah dengan menggunakan elemen oposisi Lebanon untuk mengacaukan kontrol Suriah di Lebanon".
Komentator politik Phyllis Bennis menunjuk kesamaan yang jelas antara strategi yang digariskan dalam the Clean Break dengan konflik Israel-Libanon 2006[4] Pada bulan September 2006, Taki, The American Konservatif melaporkan:
… baru-baru ini, Netanyahu menyatakan bahwa Presiden Bush telah meyakinkannya Iran akan dilarang melanjutkan program nuklirnya. Saya memegang apa yang dikatakannya. Netanyahu tampaknya menjadi penggerak utama dalam mengadopsi kertas putih resmi Amerika, A Clean Break 1996, ditulis olehnya dengan rekan neocons Amerika, yang bertujuan untuk secara agresif menata ulang lingkungan strategis di Irak, Palestina, Lebanon, Suriah dan Iran dan seterusnya.
Sesaat sebelum invasi Amerika ke Irak, Brian Whitaker telah melaporkan dalam The Guardian pada tahun 2002 bahwa "beberapa orang penulis the Clean Break kini menduduki posisi penting di Washington, rencana Israel untuk mengatasi musuh-musuhnya dengan membentuk kembali Timur Tengah terlihat baik dan ditangani secara lebih terjangkau hari ini daripada dilakukan pada tahun 1996. Bangsa Amerika bahkan mungkin dibujuk untuk mengorbankan hidup mereka dalam rangka mencapai tujuan Israel"[5] Hal tersebut merupakan bukti mengenai ambisi muluk neokonservatif, seperti diuraikan Michael Ledeen …
Kemenangan cepat yang tak terduga dan mengesankan di Afghanistan merupakan awal perang yang lebih luas, yang semuanya akan memungkinan mengubah Timur Tengah setidaknya selama satu generasi, dan membentuk kembali politik di banyak negara di seluruh dunia. [6]
Demikian pula buku Richard Perle 2004 An End to Evil: How to Win the War on Terror, ditulis bersama dengan sesama neokonservatif David Frum membela invasi ke Irak dan menggambarkan aspirasi penting neokonservatif, termasuk cara untuk meninggalkan semua proses perdamaian antara Israel dengan Palestina, menyerang Suriah, sekutu strategis Iran di wilayah tersebut. Perle dan Frum tanpa malu-malu menyimpulkan: "Bagi kami, terorisme tetap sebagai kejahatan besar dewasa ini, dan perang melawan kejahatan terorisme merupakan tujuan besar generasi kita ... Tidak ada jalan tengah untuk Amerika: kemenangan atau bencana"[7]
Demokrasi Sebagai Sebuah Dalih
Pergolakan the Arab Spring ditentukan dalam konteks Greater Middle East Project semasa George W. Bush, yang menyatakan bahwa setelah tahun 2001 akan memasarkan "demokrasi" dan " pasar bebas liberal" dalam rangka melakukan reformasi ekonomi di negara-negara Islam dari Afghanistan sampai ke Maroko. [9] Sebagaimana William Engdahl melaporkan pada April 2011, "bertentangan dengan kesan hati-hati yang ditanamkan bahwa pemerintahan Obama sedang mencoba untuk mempertahankan rezim Mubarak sekarang, Washington sebenarnya yang menggerakkan orang Mesir serta terjadinya perubahan rezim di wilayah lainnya, dari Suriah ke Yaman ke Yordania dan di luar wilayah itu dalam proses yang disebut sebagai 'penghancuran kreatif - creative destruction.'"[10]
Sebelum terjadinya beberapa revolusi the Arab Spring, the Wall Street Journal sudah melaporkan pada tahun 2007, bahwa unit intelijen Departemen Luar Negeri telah menyelenggarakan konferensi para ahli Timur Tengah dalam rangka untuk meneliti manfaat keterlibatan Amerika, terutama di Mesir dan Suriah dengan Persaudaraan Muslim - IM, dan alat utama untuk mendestabilisasi Timur Tengah adalah CIA. Menurut para pejabat, diplomat Amerika Serikat dan politikus yang juga telah bertemu dengan legislator dari pihak yang terhubung ke Ikhwanul Muslimin di Yordania, Mesir, dan Irak, untuk mendengar pandangan mereka tentang reformasi demokrasi di Timur Tengah.[11]
Sebagaimana diungkapkan Engdahl, contoh seperti perubahan rezim secara diam-diam dikembangkan oleh Pentagon, intelijen Amerika Serikat dan berbagai think-tank seperti RAND Corporation, Freedom House dan LSM yang didanai pemerintah Amerika Serikat, National Endowment for Democracy (NED). The NED aktif di semua negara yang telah mengalami pemberontakan rakyat secara "spontan": di Tunisia, Mesir, Yordania, Kuwait, Libya, Suriah, Yaman, dan Sudan. Sebagai arsitek dan pemimpin pertama NED, Allen Weinstein mengatakan kepada Washington Post pada tahun 1991, "banyak dari apa yang kita lakukan hari ini telah dilakukan dengan diam-diam 25 tahun yang lalu oleh CIA." [12]
Demikian pula, atas nama Amerika, Salafi dipersenjatai dan didanai Saudi telah dibawa untuk membantu menggoyahkan pemerintah Suriah.[13] kegiatan subversif Amerika di Suriah telah dikoordinasikan melalui organisasi terhubung Ikhwanul Islam, Front Keselamatan Nasional (NSF), yang menyatukan liberal demokrat, Kurdi, Marxis dan mantan pejabat Suriah dalam upaya untuk mengubah rezim Presiden Assad. Para pendiri NSF adalah Ali Al Sadreddin Bayanouni yang mengambil alih sebagai presiden Ikhwan Suriah pada tahun 1979, dan Abdul Halim Khaddam, wakil presiden Suriah sampai tahun 2005 yang mengkritik pemerintahan Assad dan melarikan diri ke Paris.
Kontak awal antara Gedung Putih dan NSF dipimpin oleh Najib Ghadbian, seorang ilmuwan politik Universitas Arkansas, yang mengusulkan kepada Amerika Serikat untuk bekerjasama dengan kelompok dan kontaknya, termasuk Ikhwanul Muslimin. Ghadbian memulai bertemu dengan deputi neokonservatif terkemuka dan mantan agen Iran – Contra, Elliot Abrams, kepala penasihat Timur Tengah Gedung Putih pada tahun 2006. Melalui perantara ini, seperti dilaporkan Wall Street Journal, "Gedung Putih mendesak NSF untuk membuat sebuah koalisi yang luas dari kelompok oposisi dan dijalankannya secara transparan dan demokratis." [14]
Illuminati Dibalik “Pemberontakan” Suriah
Sebagaimana dicatat oleh Charlie Skelton dalam The Guardian, "memang, sejumlah tokoh kunci dalam gerakan oposisi Suriah adalah tokoh-tokoh di pengasingan jangka panjang yang menerima dana bantuan dari pemerintah Amerika Serikat untuk meruntuhkan pemerintah Assad jauh sebelum terjadinya the Arab spring."[15] Yang secara umum diakui sebagai "koalisi oposisi utama" adalah Dewan Nasional Suriah (SNC). Juga merupakan bagian dari kelompok NSF, The Washington Times menggambarkan SNC sebagai "sebuah kelompok payung faksi saingan yang berbasis di luar Suriah." [16]
Bassma Kodmani seorang akademisi Suriah orang yang paling senior dan juru bicara resmi SNC yang berbasis di Paris, yang pada tahun 2012 menghadiri konferensi Bilderberg kedua. Pada tahun 2005, Kodmani bekerja di Kairo untuk Ford Foundation, sebuah front organization*) tradisional CIA, dan pada bulan September tahun itu, ditetapkan seorang direktur eksekutif pada Prakarsa Reformasi Arab – the Arab Reform Initiative (ARI), sebuah program penelitian dari Dewan Hubungan Luar Negeri (CFR).
Lebih khusus lagi, ARI ini diprakarsai oleh sebuah kelompok di dalam CFR yang disebut dengan the "US/Middle East Project,", diketuai oleh Jenderal (Purn) Brent Scowcroft, mantan Penasihat Keamanan Nasional Presiden Amerika Serikat, yang juga terdaftar dalam Sibel Edmond's "State Secrets Privilege Gallery." Duduk bersama Scowcroft adalah Zbigniew Brzezinski, pendiri Komisi Trilateral, Penasihat Keamanan Nasional semasa Presiden Carter, yang menghasut invasi Sovyet ke Afghanistan.
Sebelumnya pada tahun 2005, CFR menuugaskan "pengawasan keuangan" proyek kepada Pusat Reformasi Eropa - the Centre for European Reform (CER). CER ini diawasi oleh Lord Kerr, wakil ketua Royal Dutch Shell, mantan kepala Dinas Diplomatik dan penasihat senior di think-tank Inggris yang berpengaruh, Chatham House [17] ... .
Idealnya, setelah mengetahui penipuan-penipuan (Illuminati) tersebut umat Islam seharusnya segera tersadarkan dirinya, karena agenda berikutnya dalam rencana neokonservatif adalah Iran. Sebagaimana Ledeen menakut-nakuti tentang sokongan Sovyet kepada terorisme internasional, Ledeen menyerang terorisme Iran dalam bukunya baru-baru ini yang berjudul The Terror Masters: Why It Happened. Where We Are Now. How We'll Win. Menurut the Pacific News Service tanggal 19 Mei, Ledeen menyampaikan pidato di sebuah forum kebijakan JINSA pada tanggal 30 April 2011, berjudul "Saatnya Fokus Kepada Iran - Mbahnya Terorisme Modern - Time to Focus on Iran--The Mother of Modern Terrorism."
----
*) front organization adalah sebuah satuan yang dibentuk dan dikendalikan oleh organisasi lain, seperti badan-badan intelijen, kelompok kejahatan terorganisir, organisasi terlarang, kelompok agama atau politik, kelompok advokasi, atau perusahaan. front organization dapat bertindak untuk kepentingan kelompok induk yang tindakannya tidak dikaitkan dengan kelompok induknya.Front organizations yang tampaknya independen yang terasosiasi secara sukarela atau organisasi amal disebut dengan front groups. Dalam dunia bisnis, front groups seperti front companies atau perusahaan shell digunakan untuk melindungi perusahaan induk dari tanggung jawab hukum. Dalam hubungan internasional, sebuah negara boneka adalah negara yang bertindak sebagai negara pengganti yang bertanggungjawab bagi negara lain. (sumber: encyclopedia.thefreedictionary)
Terkait: Syria - A Catastrophe in the Making
Diterjemahkan oleh : akhirzaman.info
Sumber: henrymakow.com
0 komentar:
Posting Komentar