Rabu, 05 Maret 2014

Tepat di Pelupuk Mata, Moskow Membalik Keadaan di Kiev

 Nazi Ukraina tidak ada hubungannya dengan ekstrim kanan Eropa Barat, yang biasanya membuka tangan pada Zionis (kecuali Front Nasional Perancis). "Selama Perang Dingin, mereka dipekerjakan NATO sebagai jaringan di belakangnya yang dikerahkan untuk menyabot perekonomian Soviet serta dikelola Polandia dan Lithuania," kata Meyssan.
Revolusi gagal!
Revolusi gagal!


Saat para pemimpin NATO bergembira atas kudeta Kiev, yang mereka kemas dalam opini publik sebagai "revolusi", situasi di lapangan justru berbalik. Alih-alih pemerintahan preman itu mendongkrak taruhannya terhadap Washington dan Moskow, sekarang agen AS harus menjalankan kekuasaan dan mengelola masalah yang mereka organisasikan. Demikian ungkap analis intelijen dan geopolitik, Thierry Meyssan.

Rusia, lanjut Meyssan, tidak menanggapi peristiwa Ukraina selama Olimpiade Sochi berlangsung. Saat negara itu menekankan pemberitaan tentang usaha para atletnya, pertempuran meletus di Kiev dan beberapa ibukota provinsi. "Menurut Kremlin, kapan saja musuh-musuh Rusia dapat mengubah festival olahraga itu menjadi kubangan darah," tulisnya.

Seperti diharapkan, ujar Meyssan, kekuasaan telah berpindah tangan di Kiev saat Olimpiade ditutup. "Pihak Barat, terutama dikarenakan salah informasi, memiliki kesan bahwa kudeta itu pro-Eropa. Namun, terungkapnya percakapan telepon asisten Sekretaris Negeri AS, Victoria Nuland, dengan dutanya, Geoffrey R. Pyatt, tidak meninggalkan keraguan tentang plot AS. Dengan menggunakan gambar palsu, pemerintahan preman dan penjahat itu diubah menjadi kawanan penyiksa etnis Rusia (Russophlie)," katanya.

Sebagaimana dalam seluruh "revolusi berwarna", lanjut Meyssan, penembak jitu misterius di atap gedung menembaki kerumunan maupun polisi, dan pemerintah harus bertanggung jawab. Di tengah kebingungan, Barat memiliki kesan bahwa "rakyat" telah merebut istana negara. Kenyataannya, saat sebagian besar aktivis Nazi bergerombol di Lapangan Maidan yang diliput langsung televisi internasional, para politisi di bagian kota lainnya diam-diam merebut istana negara. "Dari sudut pandang ini, pihak Eropa dapat yakin bahwa bukan Nazi yang mengambil-alih kekuasaan," imbuhnya.

Nazi Ukraina tidak ada hubungannya dengan ekstrim kanan Eropa Barat, yang biasanya membuka tangan pada Zionis (kecuali Front Nasional Perancis). "Selama Perang Dingin, mereka dipekerjakan NATO sebagai jaringan di belakangnya yang dikerahkan untuk menyabot perekonomian Soviet serta dikelola Polandia dan Lithuania," kata Meyssan.

Dalam unjuk rasa selama tiga bulan, lanjutnya, mereka bergabung dengan kelomok Islamis Tatar yang datang terutama dari Suriah, tempat mereka berlatih jihad. "Tatar, penduduk histrosi Krimea, yang dibubarkan Stalin karena mendukung Nazi selama Perang Dunia II, kini tersebar terutama di Ukraina dan Turki. Di Lapangan Maidan, mereka mampu menunjukkan pengalaman yang diperoleh di Suriah: mereka membutakan dan memutilasi polisi!" paparnya.

Revolusi di Maidan Square menjadi selubung bagi kudeta yang sangat klasik, lanjut Meyssan. Di hadapan "diplomat" AS, Rada (parlemen Ukraina) melanggar konstitusi dengan melengserkan (presiden) tanpa referendum. "Presiden diberhentikan tanpa perdebatan atau hukuman serta memberikan kekuasaan legislatif dan eksekutif pada Oleksandr Turchinov, mantan kepala dinas rahasia," tulisnya.

Diktator baru yang ditunjuk sebagai Perdana Menteri adalah Arseniy Yatsenyuk. "Ajaib, penunjukkan itu sesuai dengan keinginan yang sebelumnya diungkapkan Victoria Nuland," tukas Meyssan. Perdana Menteri baru menunjuk kabinet baru yang akan dipersembahkan pada para pengunjuk rasa di Lapangan Maidan. Para pengunjuk rasa yang dua pertiganya merupakan kaum Nazi, mencemooh kebanyakan dari mereka karena berasal dari ras Yahudi, lanjutnya.

Di Krimea, kata Meyssan, di mana mayoritas penduduknya beretnis Rusia dan menjadi tempat pangkalan Angkatan Laut Rusia, parlemen setempat juga ikut terseret dalam arus "semangat revolusioner" dengan menggulingkan pemerintah daerah (yang loyal pada Kiev) dan mengangkat sendiri (pemerintah pro- Rusia). "Bersamaan dengannya, personil militer berseragam, tanpa bendera atau lencana, mengambil alih gedung-gedung pemerintah dan bandara untuk mencegah pemerintah baru di Kiev mengirim pasukannya," katanya.

Di Kiev, Rada mengecam campur tangan Rusia dan menyerukan penghormatan terhadap Memorandum Budapest, tulis Meyssan. Pada 1994, AS, Inggris, dan Rusia meneken perjanjian pembekuan Ukraina dalam pertukaran untuk menyerahkan senjata nuklir. "Tapi bagi Moskow, Memorandum tersebut tidak lagi berlaku karena telah dilanggar Washington dan London sejak 'Revolusi Oranye' pada 2004, lebih-lebih sejak kudeta pekan lalu," ujarnya.

Apa yang akan terjadi sekarang? Tanya Meyssan. Pada 25 Mei, Brussels akan menyelenggarakan pemilihan untuk Parlemen Eropa, Kiev akan menyelenggarakan pemilihan presiden, sementara Crimea akan mengadakan referendum tentang penentuan nasib sendiri. "Setelah mandiri, Crimea selalu dapat memilih terhubung ke Rusia yang dimiliki hingga 1954. Uni Eropa pada gilirannya harus memenuhi harapan yang mengemuka dan karena itu membayar, entah dengan uang apa, sebagian utang Ukrainan sebesar 35 miliar dolar AS. Kaum Nazi di Lapangan Maidan tidak akan kembali ke bawah tanah, melainkan akan menuntut bagiannya dalam pemerintahan," paparnya.

Tapi cerita tidak akan berakhir selama masih ada masalah bagi Kremlin di bagian timur Ukraina (rumah bagi penduduk dan industri pertahanan Rusia) dan Transnistria (mantan Bessarabia, yang dulunya menjadi pusat penelitian rudal Soviet). "Negara kecil itu dengan populasi etnis Rusia, yang tidak ada dalam peta, karena tidak memiliki kursi di PBB, merebut kemerdekaannya selama bubarnya Uni Soviet, namun dianggap sebagai bagian dari Moldova," tulis Meyssan.

Negara itu dengan gagah berani berperang bersama Moldova, para penasihat penerbangan Rumania, dan NATO pada 1992. "Negara itu juga berhasil menjaga model sosial Soviet seraya mengadopsi lembaga-lembaga demokratis," kata Meyssan. Keamanannya dijamin oleh "pasukan penjaga perdamaian" Rusia.

Minimal, lanjutnya, dua puluh kilometer persegi Ukraina dapat bangkit dan bergabung dengan Transnistria untuk menawarkan jalan keluar ke Laut Hitam, namun Ukraina akan terputus dari barat. "Paling-paling, hubungan jalur Crimea ke Transnistria akan mengambil sekitar ratusan kilometer dari garis pantai termasuk kota Odessa," tulis Meyssan menggambarkan.

Kekacauan karena itu akan terus berlangsung di Ukraina, kata Meyssan. "Namun beban berat akan ditanggung para penuggangnya sendiri, yaitu Amerika Serikat dan Uni Eropa," imbuhnya.

Selain beban keuangan, bagaimana mereka akan mengelola kaum Nazi dan jihadis sekutunya yang menentukan keberhasilan kudetanya? "Unjuk kekuatan Washington mulai berubah menjadi sebuah kegagalan," pungkasnya. (IT/VN/rj)
 
 
 

0 komentar:

Posting Komentar

Form Kritik & Saran

Nama

Email *

Pesan *