Sentuhan setan itu ada tiga macam, yaitu
 sentuhan berupa kesurupan, sentuhan menembus jasad manusia tanpa 
kasurupan, dan sentuhan dengan menguasai dan menimbulkan sakit.
a. Sentuhan Berupa Kasurupan
Sentuhan berupa kesurupan ini terjadi 
jika Jin menguasai badan manusia seperti halnya api menguasai besi. Jin 
ini menundukkan manusia hingga ia kehilangan kemampuan berpikir dan 
kemampuan indrawi. Di badannya pun akan tampak sifat, tingkah laku, dan 
kekuatan Jin. Ia tidak lagi bersifat manusia. Hal itu bisa berlangsung 
selama beberapa detik atau menit atau bahkan terkadang lebih dari satu 
jam atau hari.
Orang yang mengetahui kesurupan itu 
merasa bahwa orang yang dilihatnya tidak dalam kondisi yang sadar (tidak
 normal). Jenis sentuhan ini akan mengenai orang yang lemah dalam 
beragama.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
الَّذِينَ يَأْكُلُونَ الرِّبَا لاَ يَقُومُونَ إِلاَّ كَمَا يَقُومُ الَّذِي يَتَخَبَّطُهُ الشَّيْطَانُ مِنَ الْمَسِّ"Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan lantaran (tekanan) penyakit gila ...." (Al-Baqarah 2:275)
Al-Hafidz Ibnu Katsir rahimahullah 
menyatakan bahwa mereka bangkit dari kubur seperti orang yang sadar dari
 kasurupan dan kemasukan setan. Tujuannya adalah untuk menegakkan 
kemungkaran.
Ya'la bin Murrah berkata, "aku melihat 
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, tiga kali. Tidak seorang pun 
melihat beliau sebelumku dan tidak pula orang lain melihat beliau 
setelahku. Aku keluar bersama beliau dalam suatu perjalanan. Apabila 
kami sampai di sebagian perjalanan, kami melewati seorang wanita. Saya 
tidak mengetahui berapa kali kejadian itu.  Wanita itu berkata, 'Ya 
Rasulullah, ini bayiku, tertimpa bala, kami tertimpa bala itu beberapa 
kali dalam sehari. Beliau bersabda, 'Bawalah (bayi itu) kepadaku. Maka 
ia pun mengangkatnya kepada beliau, maka bayi itu berada antara beliau 
dan kelompok musafir. Beliau mendekatkan mulut lalu mengembuskan 
kepadanya tiga kali dengan mengucapkan, Dengan nama Allah, aku hamba 
Allah, usirlah musuh Allah.'  (Perawi) berkata, 'Kami pun kemudian 
pulang, lalu kami menemui (wanita itu) di tempat yang sama dengan tiga 
ekor kambing. Beliau bertanya, 'Apa yang dilakukan bayimu ?" (wanita 
itu) di tempat yang sama dengan tiga ekor kambing.  Wanita itu menjawab,
 'Demi yang mengutusmu dengan haq, kami tidak merasakan sesuatu darinya 
hingga hari Kiamat.' Lalu beliau menyembih kambing-kambing itu seraya 
bersabda, "Turunlah, ambillah satu darinya dan kembalikan sul sesuatu 
dalam shalatku hingga aku tidak tahu shalat apa yang sedang aku 
kerjakan. Ketika aku sadari, akisanya." (HR. Ahmad)
Utsman bin Abil Ash berkata, "Ketika 
Rasulullah menjadikan aku sebagai utusan ke Thaif, muncu mendatangi 
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam. Beliau menyapa,'Ibnu Abil Ash 
?" Aku menjawab, 'Ya, wahai Rasulullah.' Beliau bertanya,'Apa yang 
terjadi padamu?" Aku menjawab,'Ya Rasulullah, muncul sesuatu dalam 
shalatku hingga aku tidak tahu shalat apa yang sedang aku kerjakan.' 
Beliau bersabda, 'Itu setan. Mendekatlah (ke sini).'  Aku pun mendekati 
beliau dan duduk di atas perut kakiku. (Perawi) berkata,' Beliau memukul
 dadaku dengan tangan beliau dan meludah pada mulutku seraya 
mengucapkan, 'Keluarkan wahai musuh Allah. "Beliau melakukannya tiga 
kali kemudian berkata,'Lakukan amalanmu ini." Utsman berkata, aku yakin 
setan itu tidak akan menggangguku setelahnya." (Shahih Ibnu Maajah)
Abdullah bin Ubaidillah berkata,"Aku 
mendengar Abul Hasan Ali bin Ahmad bin Ali al-Abkari. Datang kepada kami
 seorang dari Abkari pada bulan Zulka'dah tahun 352. Ia berkata,'Ayahuku
 menceritakan kepadaku dari kakekku, ia berkata, 'Aku berada di dalam 
masjid Abu Abdullah Ahmad bin Hanbal, maka datanglah kepada 
al-Mutaakkil, temannya, untuk memberi tahu bahwa seorang budak miliknya 
kasurupan. Ahmad memintanya untuk mendoakan kepada Allah agar 
disembuhkan. Lalu Ahmad mengambil dua sandal kayu dari tempat wudhu lalu
 diberikan kepada temannya. Bawalah ini ke kampung Amirul Mu'minin. 
Duduklah engkau pada bagian kepala budak ini. Lalu engkau katakan kepada
 Jin dalam tubuhnya. Ahmad berkata kepadamu, 'Manakah yang lebih engkau 
sukai, keluar dari budak perempuan ini atau terkena tampar dengan sandal
 ini tujuh puluh kali ?' Teman ini pun pulang dan mengatakan seperti 
yang dikatakan Imam Ahmad. Maka Jin itu berkata melalui lisan wanita 
budak ini, '(Aku) mendengar dan taat kalau Ahmad memerintahkan kami 
untuk tidak tinggal di Irak, maka kami tidak menetap di Irak. Ia orang 
yang taat kepada Allah, barangsiapa yang taat kepada Allah, maka setiap 
sesuatu (Allah) jadikan taat kepadanya. Jin itu pun keluar dari budak 
perempuan lalu budak ini merasa tenang dan melahirkan beberapa anak."
Ketika Ahmad meninggal, Jin ini kembali 
ke budak wanita tadi. Al-Mutawakkil pun mendatangi temannya, Abu Bakar 
al-Maruzi dan memberitahukan kondisinya. Lalu al-Maruzi mengambil sandal
 dan membawa ke budak itu. Lalu Ifrit mengatakan kepadanya melalui lisan
 budak itu, 'Aku tidak akan keluar dari wanita ini. Aku tidak menaatimu 
dan tidak menerima perintahmu. Ahmad bin Hanbal menaati Allah, maka 
Allah memerintahkan kepada kami untuk menaatinya." Abul Hasan al-Asy'ari
 berkata, "Sesungguhnya mereka berkata, "sesungguhnya Jin tidak dapat 
masuk ke dalam badan orang yang kasurupan."
Ibnu Taimiyah rahimahullah menyatakan, 
'Tidak ada para imam kaum muslimin yang mengingkari masuknya Jin ke 
dalam tubuh orang yang kasurupan. Barangsiapa mengingkari hal itu dan 
mengaku bahwa syara' mendustai kejadian itu, maka ia telah berdusta 
terhadap syara' tidak ada dalil syar'i yang menafikan hal itu."
Ibnu Hazam menyatakan, "Hal yang benar 
adalah setan masuk ke dalam tubuh manusia karena Allah memberikan 
kemampuan kepadanya, sebagaimana disebutkan dalam Al-Quran dan 
mengembuskan tabiatnya yang kelam dan embusan yang bisa naik ke kepala, 
sebagaimana ia memberitakan dirinya kepada setiap orang yang kasurupan. 
Maka Allah jadikan orang itu dalam keadaan kasurupan kala itu 
sebagaimana yang kita saksikan. Ini merupakan nash Al-Quran."
Al-Qurthubi menyatakan, "Akal tidak 
memustahilkan adanya tingkah laku para Jin dalam diri manusia. Jasad Jin
 itu halus dan sederhana sebagaimana dikatakan oleh sebagian manusia, 
bahkan kebanyakan mereka mengatakan,'Andai tubuh itu tebal, benar pula 
yang mengatakan hal itu."
Ibnu Hajar berkata,"Kasurupan itu kadang
 disebabkan karena datangnya Jin. Hal ini tidak akan menimpa kecuali 
terhadap jiwa yang jelek, baik karena Jin menganggap baik penampilan 
manusia atau bahwa kasurupan yang menimpakan penderitaan kepadanya. Ibnu
 Hajar menarjihkan bahwa kasurupan yang menimpa Ummu Zafar seorang 
sahabiah yang meminta kepada Rasulullah untuk mendoakannya agar sembuh 
karena kemasukan Jin. Perawi berkata,'Periwayatan ini dari berbagai 
jalan yang menjelaskan bahwa yang menimpa Ummu Zafar adalah kasurupan 
Jin, bukan kasurupan al-akhlath (kasurupan karena faktor medis) ."
Imam'adz-Dzahabi rahimahullah berkata, 
"Apabila engkau melihat seorang ahli bid'ah berkata,'Jangan sebutkan 
kepada kami dalil dari Al-Quran dan Sunnah tetapi coba buktikan dengan 
logika, maka ketahuilah bahwa ia adalah Abu Jahal.' Jika Anda mendapat 
orang yang mencari ketauhidan seraya berkata, 'Jangan sebutkan dalil 
naqli dan aqli, namun buktikan kepada kami dengan perasaan dan 
emosional, maka ketahuilah bahwa ia adalah Iblis yang menampakkan diri 
dalam bentuk manusia atau menjelma bentuk manusia, maka hindarilah. Jika
 tidak, maka jidalilah (bantahan keras) dia, dan duduklah di atas 
dadanya, bacalah ayat kursi kepadanya dan cekiklah ia."
Salah satu peristiwa yang menjelaskan 
hal ini adalah bahwasanya al-Hajjal bin Yusuf hendak berpegang dengan 
opini umum manusia. Ia pun keluar dalam keadaan kurang puas. Ia menemui 
syekhnya. Ia berkata, "Apa pendapatmu terhadap para pemimpinmu ?" Syekh 
itu menjawab, "sesungguhnya mereka dalam kegelapan yang menunjukkan 
bahwa mereka bukan orang yang memadai (kehidupannya).' Hajjaj bertanya 
lagi, 'Bagaimana pendapatmu tentang pemimpinmu al-Hajjaj ?" Ia menjawab,
 'Sesungguhya ia bersifat dengan etika rendahan dan tidak memiliki 
fadhilah.'
Maka al-Hajaj merasa sedih dengan pertanyaanya itu seraya membaca ayat:
"Janganlah kamu menanyakan (kepada Nabimu) hal-hal yang jika diterangkan kepadamu ... (Al-Maa'idah 5:101)
Al-Hajjaj kemudian berkata kepada syekh,
 Tahukah engkau siapa saya?' Syekh itu, menjawab, 'Tidak'. Al-Hajjaj 
berkata,'Aku adalah al-Hajjaj.' Syekh berkata, 'Saya Zaid bin Amir yang 
kasurupan setan setiap hari. Aku sedang kasurupan, sehingga aku tidak 
tahu apa yang aku katakan. Karena itulah manusia tidak menghukumku 
terhadap perkataan atau perbuatanku dan hal yang timbul tiba-tiba 
dariku, maka Al-Hajjaj memaafkan karena kepandaiannya untuk mengelak."
b. Sentuhan yang Menerobos Badan, Tanpa Kasurupan
Jin yang menerobos tubuh manusia dapat 
terjadi pada orang yang saleh dan yang tidak. Dengan begitu maka akan 
terasa sakit, tanpa ada kesurupan dan kadang kala berubah menjadi 
kasurupan. Hal ini terjadi karena si penderita lalai berzikir dan 
lainnya. Jin tidak mampu menyebabkan kasurupan pada manusia dengan 
terobosannya kecuali jika ada faktor yang mendukung. Dalam hadits 
tentang hal ini, diriwayatkan Muslim dan Abu Dawud dari Abu Sa'id 
al-Khudri r.a. beliau Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda, "Apabila 
salah seorang di antara kamu menguap maka hendaklah ia menaruh tangannya
 pada mulutnya, karena setan dapat masuk. (HR. Muslim dan Abu Dawud)
Masuknya Jin ke Dalam Badan itu Ada Dua Macam:
Pertama, masuknya dengan mengganggu. 
Dalam hal ini, Jin mengalir dalam tubuh manusia melalui aliran darah 
hingga membisiki hati dan dada, mengganggu dengan sesuatu yang 
melalaikan orang itu dari amal saleh, sehingga melupakannya pekerjaan 
apa yang dilakukannya dan apa yang hendak dikerjakannya, orang itu tidak
 tahu di mana Jin itu dan mengapa hal itu terjadi.
Dari Shafiah binti Huyai, istri Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, ia berkata bahwa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam,, bersabda, "Sesungguhnya setan itu mengalir pada anak Adam di tempat aliran darah." (HR. Bukhari)
Syekh Abdul Aziz as-Salman menyatakan bahwa setan menerobos badan manusia dan mengalir sebagaimana aliran darah.
Al-Amit ash-Shan'ani berkata, 
"Hakikatnya adalah sesungguhnya Iblis memiliki tentara yang terdiri dari
 Jin dan manusia yang merupakan bantuan terbesar dalam usaha untuk 
menyesatkan seorang hamba. Allah telah memberikan kemampuan kepada Iblis
 untuk masuk kedalam tubuh manusia, mengganggu dan membisiki hati 
manusia dengan"belalainya". Ia juga masuk ke dalam mulut berhala 
(patung) dan menyampaikan ucapannya ke dalam pendengaran kaum 
penyembahnya. Ia juga melakukannya pada orang yang menyembah kuburan 
karena Allah Ta'ala telah mengizinkannya untuk menerobos anak Adam 
dengan kuda tunggangan dan kakinya."
Sebagian orang menyangka bahwa adanya 
Jin yang mengalir di dalam tubuh manusia seperti yang disebutkan dalam 
hadits Shafiah yang lalu bukanlah dalam arti mengalir yang sebenarnya, 
melainkan bermakna majaz.  Inilah sejumlah dugaan yang ada karena hadits
 yang menyebutkan masalah ini merupakan keterangan yang pasti dan jelas,
 tidak ada qarimah (indikasi lain), sehingga dipahami bukan secara makna
 zahir dan tidak pula secara ilmu kedokteran atau secara logika yang 
menafikan hal itu.
Jin memiliki kemampuan yang besar untuk 
itu yang tidak dapat dicapai oleh manusia sebagaimana manusia tidak 
mampu untuk mengetahui bagaimana cara terjadinya kasurupan. Para Jin 
dapat menggambarkan sesuatu di dalam mimpi dan memberitahukan apa yang 
ada di dalam hati. Hal ini juga telah disebutkan dalam Sunnah.
Al-Alamah bin Baz rahimahullah berkata, 
"Bahwa hal yang wajib adalah memahami hadits tersebut secara zahir tanpa
 menakwilkan dengan pemahaman yang berlawanan dengan makna zahirnya, 
karena setan merupakan jenis makhluk yang tidak diketahui rincian 
ciptaannya dan caranya untuk menguasai anak Adam. Hanya Allah Subhanahu 
wa Ta'ala yang mengetahui hal itu."
Kedua, Sentuhan yang menggerakkan. Dalam
 sentuhan menggerakkan ini, setan menerobos tubuh manusia. Ia melakukan 
wakhz yaitu menusuk dari dalam tubuh, kadang menembus hingga keluar. 
Lebih lanjut, ia bereaksi buruk hingga menyebabkan penyakit berat 
seperti kolera dan lainnya.
Imam Ahmad meriwayatkan dalam Musnadnya dari hadits Abu Musa ia meriwayatkan bahwa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, bersabda,"Umat ini musnah karena tusukan (peperangan) dan thaun (koleral) Mereka bertanya, "Ya Rasulullah, tusukan ini kami mengetahuinya, apa itu tha'un ?" Beliau menjawab, 'Tusukan musuhmu yakni Jin dan setiap yang merupakan syahadah (syahid bagi yang mati karenanya)." (Shahih al-Jaami')
Al-Hafizh Ibnu Hajar menyatakan mengenai
 sabda wakhz. Ahli bahasa berkata yaitu tusukan apabila tidak mengenai 
sasarannya, disebut dengan wakhz karena ia menusuk dari dalam batin 
manusia ke keluar. Pengaruh yang ditimbulkannya terjadi dari dalam 
terlebih dahulu, kemudian baru memberi efek keluar. Terkadang tusukan 
itu tidak tertembus, berbeda dengan tusukan manusia yang dimulai dari 
luar kemudian ke dalam dan meninggalkan bekas di bagian luar dulu 
kemudian baru ke bagian dalam.
Himnah binti Jahsy mengatakan pernah aku
 mengeluarkan haid yang sangat banyak, lalu aku menemui Nabi Shallallahu
 'Alaihi wa Sallam,. Aku berkata, "Ya Rasulullah, aku perempuan yang 
sangat banyak berhaid. Apa pendapatmu tentang itu yang menyebabkan 
menghalangi untuk shalat dan puasa ?" Beliau menjawab, 'Aku menjelaskan 
Anda tentang al-Kursuf, karena ia dapat menghilangkan darah." (Perawi) 
berkata, '(Darah) lebih banyak daripada itu. Beliau bersabda, 
"Gantungkanlah."(Perawi) berkata, 'Hanya ia mengalir (banyak). Beliau 
bersabda kepadanya, '(itu) hanyalah salah satu gerakan (yang dilakukan) 
setan." (HR. Abu Dawud)
Al-Jauhari berkata, ar-rakdhu, gerakan seseorang, di antara firman Allah Ta'ala, "Allah berfirman:
ارْكُضْ بِرِجْلِكَ هَذَا مُغْتَسَلٌ بَارِدٌ وَشَرَابٌ'Hantamkanlah kakimu, inilah air yang sejuk untuk mandi dan minum." (Shaad 38:42)
Imam Badruddin menyatakan bahwa setan 
bereaksi dalam hal cairan khusus. Dengan demikian ia dapat menyebabkan 
berlebihannya cairan badan. Karena itu pula, tukang sihir dengan bantuan
 setan bereaksi untuk mencucurkan darah pada wanita dan aliran darah 
dari kemaluannya, sehingga hampir saja membinasakannya. Inilah yang 
dinamakan sebagai an-nazif. Dalam hal ini para tukang sihir dibantu oleh
 setan, begitu pula dengan darah (pada kemaluan perempuan). Maka ucapkan
 Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam. Sebagiannya membuktikan kebenaran, 
ini merupakan pengobatan dan penjagaan diri.
c. Sentuhan Berupa Tusukan dan Menguasai
Pertama, Sentuhan tusukan. Dalam hal ini
 setan memukul dengan kakinya dan menusuk dengan dua jarinya dari luar 
dan melemparkan anak panahnya dan seterusnya yang merupakan usahanya 
untuk menimbulkan pemusuhan antara dirinya dan anak Adam. Rasulullah 
Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, bersabda, "Tidak (seorang bayi pun) yang 
dilahirkan melainkan ia disentuh setan lalu (bayi) itu menangis kecuali 
Maryam dan anaknya, karena firman-Nya kepada ibunya,
Allah Ta'ala berfirman:
وِإِنِّي أُعِيذُهَا بِكَ وَذُرِّيَّتَهَا مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ'... dan aku mohon perlindungan untuknya serta anak-anak keturunannya kepada (pemeliharaan) Engkau daripada setan yang terkutuk." (Ali Imran 3:36)
Dalam riwayat Abu Hurairah Nabi 
Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, berkata,"Setiap bani Adam ditusuk setan 
pada lambungnya dengan dua jarinya ketika dilahirkan, kecuali Isa bin 
Maryam, (setan) datang untuk menusuk maka ia menusuk pada hijab 
(penghalang)."
Salah satu dalil yang menunjukkan bahwa 
tusukan itu berlaku umum adalah riwayat Ibnu Maajah dari hadits Zainab 
istri Abdullah bin Mas'ud r.a, "Sesungguhnya ruqyah (syirkiyyah), 
tamimah dan tiwalah itu syirik."
(Perawi) mengatakan lalu aku keluar pada
 suatu malam. Aku melihat seseorang air mataku menetes bila 
memandangnya. Apabila aku membaca ruqyah, maka air mata pun berhenti 
(bercucuran), apabila tidak (membacanya lagi) maka air mata bercucuran. 
Ia berkata, "Itulah setan, apabila engkau menaatinya maka ia 
meninggalkanmu, dan apabila engkau mengingkarinya maka ia menusuk dengan
 jarinya pada matamu, namun jika engkau melakukan sebagaimana yang 
diperbuat Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, maka itulah yang 
lebih baik bagimu dan lebih pantas untuk kesembuhanmu. Berkorbanlah 
dengan cucuran air matamu dan katakanlah. "Hilanglah penyakit, wahai 
Tuhan manusia, sembuhkanlah, Engkaulah penyembuh, tidak ada kesembuhan 
melainkan kesembuhan (dari)-Mu, yang tidak terulang lagi penyakit." (HR 
Ibnu Maajah)
Kedua, Sentuhan istihwaz. Yaitu 
seseorang yang dikelilingi setan dari segala sudut. Sebagian mereka ada 
yang mengganggu, ada yang menyembur dan ada pula yang menguasainya 
dengan mengganggunya, dan menyemburnya terhadap yang tidak ber-ta'awwuz 
dan doa. Orang yang dikuasainya itu kebingungan. Ia tidak dapat 
membedakan mana yang makruf sehingga ia menganggap mungkar. Ia tidak 
mengetahui yang mungkar sehingga ia menganggap makruf. Hal itu tentu 
memberikan pengaruh bagi jiwa dan anggota badan dengan kondisi 
keragu-raguan. Orang yang itu akan mengerjakan sesuatu tanpa tujuan. Ia 
merasa senang mengerjakan sesuatu yang bukan keinginannya karena setan 
menguasainya. Mereka yang mengalaminya adalah kaum fasik dan pelaku 
maksiat. Sebagaimana firman Allah Ta'ala:
اسْتَحْوَذَ عَلَيْهِمُ الشَّيْطَانُ فَأَنسَاهُمْ ذِكْرَ اللَّهِ أُوْلَئِكَ حِزْبُ الشَّيْطَانِ أَلَا إِنَّ حِزْبَ الشَّيْطَانِ هُمُ الْخَاسِرُونَ"Setan telah menguasai mereka lalu menjadikan mereka lupa mengingat Allah, mereka itulah golongan setan. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya golongan setan itulah golongan yang merugi." (Al-Mujaadalah 58:19)
Ibnu Katsir menyatakan dalam tafsirnya 
bahwa setan menguasai hati mereka sehingga sering melupakan mereka untuk
 berdzikir kepada Allah Azza wa Jalla. Ia meriwayatkan dari Abu Darda 
bahwa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda, "Tidaklah tiga 
kampung atau pelosok yang tidak dilaksanakan shalat di antara mereka 
melainkan setan menguasai mereka, maka hendaklah kamu berjamaah karena 
serigala hanya memakan kambing yang berpisah (dari jamaahnya)" (HR. 
Ahmad, Abu Dawud, dan an-Nasa'i)
Ia menambahkan bahwa as-Saib berkata mengenai shalat berjamaah. Firman Allah Ta'ala:
وَمَن يَعْشُ عَن ذِكْرِ الرَّحْمَنِ نُقَيِّضْ لَهُ شَيْطَانًا فَهُوَ لَهُ قَرِينٌ"Barangsiapa yang berpaling dari pengajaran (Tuhan) yang maha pemurah (Al-Qur'an), kami adakan baginya setan (yang menyesatkan maka setan itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya." (Az-Zukhruf 43:36)
Al-Baghawi menyatakan mengenai berpaling
 dari zikir kepada Ar-Rahman, sehingga ia tidak merasa takut kepada 
siksa-Nya dan tidak mengharapkan ganjaran-Nya. Nuqayyidh Lahusy Syaithan
 artinya kita yang dipengaruhi setan dan dikuasainya, yang dijadikan 
teman, tak pernah berpisah dengannya, dihiasai sifat buta kepadanya dan 
mengkhayalkan bahwa itulah hidayah.
0 komentar:
Posting Komentar