Sentuhan setan itu ada tiga macam, yaitu
sentuhan berupa kesurupan, sentuhan menembus jasad manusia tanpa
kasurupan, dan sentuhan dengan menguasai dan menimbulkan sakit.
a. Sentuhan Berupa Kasurupan
Sentuhan berupa kesurupan ini terjadi
jika Jin menguasai badan manusia seperti halnya api menguasai besi. Jin
ini menundukkan manusia hingga ia kehilangan kemampuan berpikir dan
kemampuan indrawi. Di badannya pun akan tampak sifat, tingkah laku, dan
kekuatan Jin. Ia tidak lagi bersifat manusia. Hal itu bisa berlangsung
selama beberapa detik atau menit atau bahkan terkadang lebih dari satu
jam atau hari.
Orang yang mengetahui kesurupan itu
merasa bahwa orang yang dilihatnya tidak dalam kondisi yang sadar (tidak
normal). Jenis sentuhan ini akan mengenai orang yang lemah dalam
beragama.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
الَّذِينَ يَأْكُلُونَ الرِّبَا لاَ يَقُومُونَ إِلاَّ كَمَا يَقُومُ الَّذِي يَتَخَبَّطُهُ الشَّيْطَانُ مِنَ الْمَسِّ"Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan lantaran (tekanan) penyakit gila ...." (Al-Baqarah 2:275)
Al-Hafidz Ibnu Katsir rahimahullah
menyatakan bahwa mereka bangkit dari kubur seperti orang yang sadar dari
kasurupan dan kemasukan setan. Tujuannya adalah untuk menegakkan
kemungkaran.
Ya'la bin Murrah berkata, "aku melihat
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, tiga kali. Tidak seorang pun
melihat beliau sebelumku dan tidak pula orang lain melihat beliau
setelahku. Aku keluar bersama beliau dalam suatu perjalanan. Apabila
kami sampai di sebagian perjalanan, kami melewati seorang wanita. Saya
tidak mengetahui berapa kali kejadian itu. Wanita itu berkata, 'Ya
Rasulullah, ini bayiku, tertimpa bala, kami tertimpa bala itu beberapa
kali dalam sehari. Beliau bersabda, 'Bawalah (bayi itu) kepadaku. Maka
ia pun mengangkatnya kepada beliau, maka bayi itu berada antara beliau
dan kelompok musafir. Beliau mendekatkan mulut lalu mengembuskan
kepadanya tiga kali dengan mengucapkan, Dengan nama Allah, aku hamba
Allah, usirlah musuh Allah.' (Perawi) berkata, 'Kami pun kemudian
pulang, lalu kami menemui (wanita itu) di tempat yang sama dengan tiga
ekor kambing. Beliau bertanya, 'Apa yang dilakukan bayimu ?" (wanita
itu) di tempat yang sama dengan tiga ekor kambing. Wanita itu menjawab,
'Demi yang mengutusmu dengan haq, kami tidak merasakan sesuatu darinya
hingga hari Kiamat.' Lalu beliau menyembih kambing-kambing itu seraya
bersabda, "Turunlah, ambillah satu darinya dan kembalikan sul sesuatu
dalam shalatku hingga aku tidak tahu shalat apa yang sedang aku
kerjakan. Ketika aku sadari, akisanya." (HR. Ahmad)
Utsman bin Abil Ash berkata, "Ketika
Rasulullah menjadikan aku sebagai utusan ke Thaif, muncu mendatangi
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam. Beliau menyapa,'Ibnu Abil Ash
?" Aku menjawab, 'Ya, wahai Rasulullah.' Beliau bertanya,'Apa yang
terjadi padamu?" Aku menjawab,'Ya Rasulullah, muncul sesuatu dalam
shalatku hingga aku tidak tahu shalat apa yang sedang aku kerjakan.'
Beliau bersabda, 'Itu setan. Mendekatlah (ke sini).' Aku pun mendekati
beliau dan duduk di atas perut kakiku. (Perawi) berkata,' Beliau memukul
dadaku dengan tangan beliau dan meludah pada mulutku seraya
mengucapkan, 'Keluarkan wahai musuh Allah. "Beliau melakukannya tiga
kali kemudian berkata,'Lakukan amalanmu ini." Utsman berkata, aku yakin
setan itu tidak akan menggangguku setelahnya." (Shahih Ibnu Maajah)
Abdullah bin Ubaidillah berkata,"Aku
mendengar Abul Hasan Ali bin Ahmad bin Ali al-Abkari. Datang kepada kami
seorang dari Abkari pada bulan Zulka'dah tahun 352. Ia berkata,'Ayahuku
menceritakan kepadaku dari kakekku, ia berkata, 'Aku berada di dalam
masjid Abu Abdullah Ahmad bin Hanbal, maka datanglah kepada
al-Mutaakkil, temannya, untuk memberi tahu bahwa seorang budak miliknya
kasurupan. Ahmad memintanya untuk mendoakan kepada Allah agar
disembuhkan. Lalu Ahmad mengambil dua sandal kayu dari tempat wudhu lalu
diberikan kepada temannya. Bawalah ini ke kampung Amirul Mu'minin.
Duduklah engkau pada bagian kepala budak ini. Lalu engkau katakan kepada
Jin dalam tubuhnya. Ahmad berkata kepadamu, 'Manakah yang lebih engkau
sukai, keluar dari budak perempuan ini atau terkena tampar dengan sandal
ini tujuh puluh kali ?' Teman ini pun pulang dan mengatakan seperti
yang dikatakan Imam Ahmad. Maka Jin itu berkata melalui lisan wanita
budak ini, '(Aku) mendengar dan taat kalau Ahmad memerintahkan kami
untuk tidak tinggal di Irak, maka kami tidak menetap di Irak. Ia orang
yang taat kepada Allah, barangsiapa yang taat kepada Allah, maka setiap
sesuatu (Allah) jadikan taat kepadanya. Jin itu pun keluar dari budak
perempuan lalu budak ini merasa tenang dan melahirkan beberapa anak."
Ketika Ahmad meninggal, Jin ini kembali
ke budak wanita tadi. Al-Mutawakkil pun mendatangi temannya, Abu Bakar
al-Maruzi dan memberitahukan kondisinya. Lalu al-Maruzi mengambil sandal
dan membawa ke budak itu. Lalu Ifrit mengatakan kepadanya melalui lisan
budak itu, 'Aku tidak akan keluar dari wanita ini. Aku tidak menaatimu
dan tidak menerima perintahmu. Ahmad bin Hanbal menaati Allah, maka
Allah memerintahkan kepada kami untuk menaatinya." Abul Hasan al-Asy'ari
berkata, "Sesungguhnya mereka berkata, "sesungguhnya Jin tidak dapat
masuk ke dalam badan orang yang kasurupan."
Ibnu Taimiyah rahimahullah menyatakan,
'Tidak ada para imam kaum muslimin yang mengingkari masuknya Jin ke
dalam tubuh orang yang kasurupan. Barangsiapa mengingkari hal itu dan
mengaku bahwa syara' mendustai kejadian itu, maka ia telah berdusta
terhadap syara' tidak ada dalil syar'i yang menafikan hal itu."
Ibnu Hazam menyatakan, "Hal yang benar
adalah setan masuk ke dalam tubuh manusia karena Allah memberikan
kemampuan kepadanya, sebagaimana disebutkan dalam Al-Quran dan
mengembuskan tabiatnya yang kelam dan embusan yang bisa naik ke kepala,
sebagaimana ia memberitakan dirinya kepada setiap orang yang kasurupan.
Maka Allah jadikan orang itu dalam keadaan kasurupan kala itu
sebagaimana yang kita saksikan. Ini merupakan nash Al-Quran."
Al-Qurthubi menyatakan, "Akal tidak
memustahilkan adanya tingkah laku para Jin dalam diri manusia. Jasad Jin
itu halus dan sederhana sebagaimana dikatakan oleh sebagian manusia,
bahkan kebanyakan mereka mengatakan,'Andai tubuh itu tebal, benar pula
yang mengatakan hal itu."
Ibnu Hajar berkata,"Kasurupan itu kadang
disebabkan karena datangnya Jin. Hal ini tidak akan menimpa kecuali
terhadap jiwa yang jelek, baik karena Jin menganggap baik penampilan
manusia atau bahwa kasurupan yang menimpakan penderitaan kepadanya. Ibnu
Hajar menarjihkan bahwa kasurupan yang menimpa Ummu Zafar seorang
sahabiah yang meminta kepada Rasulullah untuk mendoakannya agar sembuh
karena kemasukan Jin. Perawi berkata,'Periwayatan ini dari berbagai
jalan yang menjelaskan bahwa yang menimpa Ummu Zafar adalah kasurupan
Jin, bukan kasurupan al-akhlath (kasurupan karena faktor medis) ."
Imam'adz-Dzahabi rahimahullah berkata,
"Apabila engkau melihat seorang ahli bid'ah berkata,'Jangan sebutkan
kepada kami dalil dari Al-Quran dan Sunnah tetapi coba buktikan dengan
logika, maka ketahuilah bahwa ia adalah Abu Jahal.' Jika Anda mendapat
orang yang mencari ketauhidan seraya berkata, 'Jangan sebutkan dalil
naqli dan aqli, namun buktikan kepada kami dengan perasaan dan
emosional, maka ketahuilah bahwa ia adalah Iblis yang menampakkan diri
dalam bentuk manusia atau menjelma bentuk manusia, maka hindarilah. Jika
tidak, maka jidalilah (bantahan keras) dia, dan duduklah di atas
dadanya, bacalah ayat kursi kepadanya dan cekiklah ia."
Salah satu peristiwa yang menjelaskan
hal ini adalah bahwasanya al-Hajjal bin Yusuf hendak berpegang dengan
opini umum manusia. Ia pun keluar dalam keadaan kurang puas. Ia menemui
syekhnya. Ia berkata, "Apa pendapatmu terhadap para pemimpinmu ?" Syekh
itu menjawab, "sesungguhnya mereka dalam kegelapan yang menunjukkan
bahwa mereka bukan orang yang memadai (kehidupannya).' Hajjaj bertanya
lagi, 'Bagaimana pendapatmu tentang pemimpinmu al-Hajjaj ?" Ia menjawab,
'Sesungguhya ia bersifat dengan etika rendahan dan tidak memiliki
fadhilah.'
Maka al-Hajaj merasa sedih dengan pertanyaanya itu seraya membaca ayat:
"Janganlah kamu menanyakan (kepada Nabimu) hal-hal yang jika diterangkan kepadamu ... (Al-Maa'idah 5:101)
Al-Hajjaj kemudian berkata kepada syekh,
Tahukah engkau siapa saya?' Syekh itu, menjawab, 'Tidak'. Al-Hajjaj
berkata,'Aku adalah al-Hajjaj.' Syekh berkata, 'Saya Zaid bin Amir yang
kasurupan setan setiap hari. Aku sedang kasurupan, sehingga aku tidak
tahu apa yang aku katakan. Karena itulah manusia tidak menghukumku
terhadap perkataan atau perbuatanku dan hal yang timbul tiba-tiba
dariku, maka Al-Hajjaj memaafkan karena kepandaiannya untuk mengelak."
b. Sentuhan yang Menerobos Badan, Tanpa Kasurupan
Jin yang menerobos tubuh manusia dapat
terjadi pada orang yang saleh dan yang tidak. Dengan begitu maka akan
terasa sakit, tanpa ada kesurupan dan kadang kala berubah menjadi
kasurupan. Hal ini terjadi karena si penderita lalai berzikir dan
lainnya. Jin tidak mampu menyebabkan kasurupan pada manusia dengan
terobosannya kecuali jika ada faktor yang mendukung. Dalam hadits
tentang hal ini, diriwayatkan Muslim dan Abu Dawud dari Abu Sa'id
al-Khudri r.a. beliau Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda, "Apabila
salah seorang di antara kamu menguap maka hendaklah ia menaruh tangannya
pada mulutnya, karena setan dapat masuk. (HR. Muslim dan Abu Dawud)
Masuknya Jin ke Dalam Badan itu Ada Dua Macam:
Pertama, masuknya dengan mengganggu.
Dalam hal ini, Jin mengalir dalam tubuh manusia melalui aliran darah
hingga membisiki hati dan dada, mengganggu dengan sesuatu yang
melalaikan orang itu dari amal saleh, sehingga melupakannya pekerjaan
apa yang dilakukannya dan apa yang hendak dikerjakannya, orang itu tidak
tahu di mana Jin itu dan mengapa hal itu terjadi.
Dari Shafiah binti Huyai, istri Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, ia berkata bahwa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam,, bersabda, "Sesungguhnya setan itu mengalir pada anak Adam di tempat aliran darah." (HR. Bukhari)
Syekh Abdul Aziz as-Salman menyatakan bahwa setan menerobos badan manusia dan mengalir sebagaimana aliran darah.
Al-Amit ash-Shan'ani berkata,
"Hakikatnya adalah sesungguhnya Iblis memiliki tentara yang terdiri dari
Jin dan manusia yang merupakan bantuan terbesar dalam usaha untuk
menyesatkan seorang hamba. Allah telah memberikan kemampuan kepada Iblis
untuk masuk kedalam tubuh manusia, mengganggu dan membisiki hati
manusia dengan"belalainya". Ia juga masuk ke dalam mulut berhala
(patung) dan menyampaikan ucapannya ke dalam pendengaran kaum
penyembahnya. Ia juga melakukannya pada orang yang menyembah kuburan
karena Allah Ta'ala telah mengizinkannya untuk menerobos anak Adam
dengan kuda tunggangan dan kakinya."
Sebagian orang menyangka bahwa adanya
Jin yang mengalir di dalam tubuh manusia seperti yang disebutkan dalam
hadits Shafiah yang lalu bukanlah dalam arti mengalir yang sebenarnya,
melainkan bermakna majaz. Inilah sejumlah dugaan yang ada karena hadits
yang menyebutkan masalah ini merupakan keterangan yang pasti dan jelas,
tidak ada qarimah (indikasi lain), sehingga dipahami bukan secara makna
zahir dan tidak pula secara ilmu kedokteran atau secara logika yang
menafikan hal itu.
Jin memiliki kemampuan yang besar untuk
itu yang tidak dapat dicapai oleh manusia sebagaimana manusia tidak
mampu untuk mengetahui bagaimana cara terjadinya kasurupan. Para Jin
dapat menggambarkan sesuatu di dalam mimpi dan memberitahukan apa yang
ada di dalam hati. Hal ini juga telah disebutkan dalam Sunnah.
Al-Alamah bin Baz rahimahullah berkata,
"Bahwa hal yang wajib adalah memahami hadits tersebut secara zahir tanpa
menakwilkan dengan pemahaman yang berlawanan dengan makna zahirnya,
karena setan merupakan jenis makhluk yang tidak diketahui rincian
ciptaannya dan caranya untuk menguasai anak Adam. Hanya Allah Subhanahu
wa Ta'ala yang mengetahui hal itu."
Kedua, Sentuhan yang menggerakkan. Dalam
sentuhan menggerakkan ini, setan menerobos tubuh manusia. Ia melakukan
wakhz yaitu menusuk dari dalam tubuh, kadang menembus hingga keluar.
Lebih lanjut, ia bereaksi buruk hingga menyebabkan penyakit berat
seperti kolera dan lainnya.
Imam Ahmad meriwayatkan dalam Musnadnya dari hadits Abu Musa ia meriwayatkan bahwa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, bersabda,"Umat ini musnah karena tusukan (peperangan) dan thaun (koleral) Mereka bertanya, "Ya Rasulullah, tusukan ini kami mengetahuinya, apa itu tha'un ?" Beliau menjawab, 'Tusukan musuhmu yakni Jin dan setiap yang merupakan syahadah (syahid bagi yang mati karenanya)." (Shahih al-Jaami')
Al-Hafizh Ibnu Hajar menyatakan mengenai
sabda wakhz. Ahli bahasa berkata yaitu tusukan apabila tidak mengenai
sasarannya, disebut dengan wakhz karena ia menusuk dari dalam batin
manusia ke keluar. Pengaruh yang ditimbulkannya terjadi dari dalam
terlebih dahulu, kemudian baru memberi efek keluar. Terkadang tusukan
itu tidak tertembus, berbeda dengan tusukan manusia yang dimulai dari
luar kemudian ke dalam dan meninggalkan bekas di bagian luar dulu
kemudian baru ke bagian dalam.
Himnah binti Jahsy mengatakan pernah aku
mengeluarkan haid yang sangat banyak, lalu aku menemui Nabi Shallallahu
'Alaihi wa Sallam,. Aku berkata, "Ya Rasulullah, aku perempuan yang
sangat banyak berhaid. Apa pendapatmu tentang itu yang menyebabkan
menghalangi untuk shalat dan puasa ?" Beliau menjawab, 'Aku menjelaskan
Anda tentang al-Kursuf, karena ia dapat menghilangkan darah." (Perawi)
berkata, '(Darah) lebih banyak daripada itu. Beliau bersabda,
"Gantungkanlah."(Perawi) berkata, 'Hanya ia mengalir (banyak). Beliau
bersabda kepadanya, '(itu) hanyalah salah satu gerakan (yang dilakukan)
setan." (HR. Abu Dawud)
Al-Jauhari berkata, ar-rakdhu, gerakan seseorang, di antara firman Allah Ta'ala, "Allah berfirman:
ارْكُضْ بِرِجْلِكَ هَذَا مُغْتَسَلٌ بَارِدٌ وَشَرَابٌ'Hantamkanlah kakimu, inilah air yang sejuk untuk mandi dan minum." (Shaad 38:42)
Imam Badruddin menyatakan bahwa setan
bereaksi dalam hal cairan khusus. Dengan demikian ia dapat menyebabkan
berlebihannya cairan badan. Karena itu pula, tukang sihir dengan bantuan
setan bereaksi untuk mencucurkan darah pada wanita dan aliran darah
dari kemaluannya, sehingga hampir saja membinasakannya. Inilah yang
dinamakan sebagai an-nazif. Dalam hal ini para tukang sihir dibantu oleh
setan, begitu pula dengan darah (pada kemaluan perempuan). Maka ucapkan
Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam. Sebagiannya membuktikan kebenaran,
ini merupakan pengobatan dan penjagaan diri.
c. Sentuhan Berupa Tusukan dan Menguasai
Pertama, Sentuhan tusukan. Dalam hal ini
setan memukul dengan kakinya dan menusuk dengan dua jarinya dari luar
dan melemparkan anak panahnya dan seterusnya yang merupakan usahanya
untuk menimbulkan pemusuhan antara dirinya dan anak Adam. Rasulullah
Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, bersabda, "Tidak (seorang bayi pun) yang
dilahirkan melainkan ia disentuh setan lalu (bayi) itu menangis kecuali
Maryam dan anaknya, karena firman-Nya kepada ibunya,
Allah Ta'ala berfirman:
وِإِنِّي أُعِيذُهَا بِكَ وَذُرِّيَّتَهَا مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ'... dan aku mohon perlindungan untuknya serta anak-anak keturunannya kepada (pemeliharaan) Engkau daripada setan yang terkutuk." (Ali Imran 3:36)
Dalam riwayat Abu Hurairah Nabi
Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, berkata,"Setiap bani Adam ditusuk setan
pada lambungnya dengan dua jarinya ketika dilahirkan, kecuali Isa bin
Maryam, (setan) datang untuk menusuk maka ia menusuk pada hijab
(penghalang)."
Salah satu dalil yang menunjukkan bahwa
tusukan itu berlaku umum adalah riwayat Ibnu Maajah dari hadits Zainab
istri Abdullah bin Mas'ud r.a, "Sesungguhnya ruqyah (syirkiyyah),
tamimah dan tiwalah itu syirik."
(Perawi) mengatakan lalu aku keluar pada
suatu malam. Aku melihat seseorang air mataku menetes bila
memandangnya. Apabila aku membaca ruqyah, maka air mata pun berhenti
(bercucuran), apabila tidak (membacanya lagi) maka air mata bercucuran.
Ia berkata, "Itulah setan, apabila engkau menaatinya maka ia
meninggalkanmu, dan apabila engkau mengingkarinya maka ia menusuk dengan
jarinya pada matamu, namun jika engkau melakukan sebagaimana yang
diperbuat Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, maka itulah yang
lebih baik bagimu dan lebih pantas untuk kesembuhanmu. Berkorbanlah
dengan cucuran air matamu dan katakanlah. "Hilanglah penyakit, wahai
Tuhan manusia, sembuhkanlah, Engkaulah penyembuh, tidak ada kesembuhan
melainkan kesembuhan (dari)-Mu, yang tidak terulang lagi penyakit." (HR
Ibnu Maajah)
Kedua, Sentuhan istihwaz. Yaitu
seseorang yang dikelilingi setan dari segala sudut. Sebagian mereka ada
yang mengganggu, ada yang menyembur dan ada pula yang menguasainya
dengan mengganggunya, dan menyemburnya terhadap yang tidak ber-ta'awwuz
dan doa. Orang yang dikuasainya itu kebingungan. Ia tidak dapat
membedakan mana yang makruf sehingga ia menganggap mungkar. Ia tidak
mengetahui yang mungkar sehingga ia menganggap makruf. Hal itu tentu
memberikan pengaruh bagi jiwa dan anggota badan dengan kondisi
keragu-raguan. Orang yang itu akan mengerjakan sesuatu tanpa tujuan. Ia
merasa senang mengerjakan sesuatu yang bukan keinginannya karena setan
menguasainya. Mereka yang mengalaminya adalah kaum fasik dan pelaku
maksiat. Sebagaimana firman Allah Ta'ala:
اسْتَحْوَذَ عَلَيْهِمُ الشَّيْطَانُ فَأَنسَاهُمْ ذِكْرَ اللَّهِ أُوْلَئِكَ حِزْبُ الشَّيْطَانِ أَلَا إِنَّ حِزْبَ الشَّيْطَانِ هُمُ الْخَاسِرُونَ"Setan telah menguasai mereka lalu menjadikan mereka lupa mengingat Allah, mereka itulah golongan setan. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya golongan setan itulah golongan yang merugi." (Al-Mujaadalah 58:19)
Ibnu Katsir menyatakan dalam tafsirnya
bahwa setan menguasai hati mereka sehingga sering melupakan mereka untuk
berdzikir kepada Allah Azza wa Jalla. Ia meriwayatkan dari Abu Darda
bahwa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda, "Tidaklah tiga
kampung atau pelosok yang tidak dilaksanakan shalat di antara mereka
melainkan setan menguasai mereka, maka hendaklah kamu berjamaah karena
serigala hanya memakan kambing yang berpisah (dari jamaahnya)" (HR.
Ahmad, Abu Dawud, dan an-Nasa'i)
Ia menambahkan bahwa as-Saib berkata mengenai shalat berjamaah. Firman Allah Ta'ala:
وَمَن يَعْشُ عَن ذِكْرِ الرَّحْمَنِ نُقَيِّضْ لَهُ شَيْطَانًا فَهُوَ لَهُ قَرِينٌ"Barangsiapa yang berpaling dari pengajaran (Tuhan) yang maha pemurah (Al-Qur'an), kami adakan baginya setan (yang menyesatkan maka setan itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya." (Az-Zukhruf 43:36)
Al-Baghawi menyatakan mengenai berpaling
dari zikir kepada Ar-Rahman, sehingga ia tidak merasa takut kepada
siksa-Nya dan tidak mengharapkan ganjaran-Nya. Nuqayyidh Lahusy Syaithan
artinya kita yang dipengaruhi setan dan dikuasainya, yang dijadikan
teman, tak pernah berpisah dengannya, dihiasai sifat buta kepadanya dan
mengkhayalkan bahwa itulah hidayah.
0 komentar:
Posting Komentar