Jakarata - Sungguh di luar dugaan, Ketua Umum PB NU sekaligus Ketua Umum LPOI KH Said Aqil Siroj usai menggelar pertemuan dengan pimpinan ormas Islam anggota LPOI di Kantor PBNU, Jakarta, Rabu, 4/9/2013.
Sebanyak 11 Ormas Islam yang tergabung wadah Lembaga Persahabatan Ormas Islam (LPOI) menolak kontes Miss World di Nusa Dua Bali, dan mengatakan tidak sesuai dengan moral dan budaya bangsa.
Said Aqil mengatakan, LPOI menilai setiap event, khususnya yang berskala internasional, harus dilihat sisi tendan mudharatnya.
"Acara Miss World dinilai memiliki sisi mudharat yang lebih besar dibanding manfaat," kata Said Aqil.
Ketua Umum PBNU itu juga menilai kontes kecantikan Miss World tidak lebih dari acara foya-foya yang menghambur-hamburkan uang tanpa memberikan kontribusi positif bagi rakyat dan bangsa Indonesia.
"Belum terjamin manfaatnya, yang jelas itu acara foya-foya. Beda dengan acara Pak Jokowi yang mengangkat budaya Betawi," katanya.
Sekretaris Umum LPOI Lutfi A Tamimi menambahkan alasan gelaran Miss World di Bali akan menambah ketenaran Indonesia di mata internasional juga mengada-ada.
"Dunia sudah kenal Indonesia tanpa Miss World. Negara tetangga kita juga menolak, kita kok malah bangga," kata Lutfi.
Meski menolak, LPOI tidak akan melakukan aksi untuk menekan agar kontes kecantikan ke- 62 itu dibatalkan atau tidak digelar di Indonesia. LPOI menentang segala bentuk kekerasan dalam penolakan tersebut.
Menurut Said Aqil, bukan menjadi kewenangan LPOI untuk membatalkan kontes Miss World. Pihaknya hanya menyatakan sikap dan diharapkan pihak berwenang menanggapi dengan bijak penolakan LPOI dan sejumlah elemen lainnya terhadap acara tersebut.
"Kita berkewajiban menyampaikan suara umat Islam. Kita tidak akan turun ke jalan, soal tindakan kita serahkan kepada pihak berwenang," katanya.
LPOI beranggotakan NU, Persatuan Islam, Al Irsyad Al Islamiyah, Mathlaul Anwar, Ittihadiyah, Persatuan Islam Tionghoa Indonesia, Ikatan Da`i Indonesia, Azzikra, Syarikat Islam Indonesia, Al Wasliyah, dan Persatuan Tarbiyah.
Said Aqil mengatakan, LPOI menilai setiap event, khususnya yang berskala internasional, harus dilihat sisi tendan mudharatnya.
"Acara Miss World dinilai memiliki sisi mudharat yang lebih besar dibanding manfaat," kata Said Aqil.
Ketua Umum PBNU itu juga menilai kontes kecantikan Miss World tidak lebih dari acara foya-foya yang menghambur-hamburkan uang tanpa memberikan kontribusi positif bagi rakyat dan bangsa Indonesia.
"Belum terjamin manfaatnya, yang jelas itu acara foya-foya. Beda dengan acara Pak Jokowi yang mengangkat budaya Betawi," katanya.
Sekretaris Umum LPOI Lutfi A Tamimi menambahkan alasan gelaran Miss World di Bali akan menambah ketenaran Indonesia di mata internasional juga mengada-ada.
"Dunia sudah kenal Indonesia tanpa Miss World. Negara tetangga kita juga menolak, kita kok malah bangga," kata Lutfi.
Meski menolak, LPOI tidak akan melakukan aksi untuk menekan agar kontes kecantikan ke- 62 itu dibatalkan atau tidak digelar di Indonesia. LPOI menentang segala bentuk kekerasan dalam penolakan tersebut.
Menurut Said Aqil, bukan menjadi kewenangan LPOI untuk membatalkan kontes Miss World. Pihaknya hanya menyatakan sikap dan diharapkan pihak berwenang menanggapi dengan bijak penolakan LPOI dan sejumlah elemen lainnya terhadap acara tersebut.
"Kita berkewajiban menyampaikan suara umat Islam. Kita tidak akan turun ke jalan, soal tindakan kita serahkan kepada pihak berwenang," katanya.
LPOI beranggotakan NU, Persatuan Islam, Al Irsyad Al Islamiyah, Mathlaul Anwar, Ittihadiyah, Persatuan Islam Tionghoa Indonesia, Ikatan Da`i Indonesia, Azzikra, Syarikat Islam Indonesia, Al Wasliyah, dan Persatuan Tarbiyah.
Kali ini dalam masalah Miss World, Said Aqil Siroj memiliki sikap berbeda, dan biasa mendukung apa saja yang berbau sekuler dan Barat, tetapi sekarang menentangnya. af/ant.
(voa-islam.com)
0 komentar:
Posting Komentar