Setelah berhasil memenuhi kebutuhan TNI AD di segmen panser APC (Armoured Personnel Carrier),
PT Pindad berlanjut untuk melirik segmen ranpur kavaleri yang
dibutuhkan kavaleri TNI AD. Maklum, rangkaian seri Anoa APC 6×6 di
daulat untuk pemenuhan ranpur Batalyon Infanteri (Yonif) Mekanis TNI AD.
Sementara, segmen ranpur kaveleri TNI AD yang membutuhkan spesifikasi
meriam kaliber sedang (90 mm), masih di dominasi produk asing. Sebut
saja di lini ranpur beroda ban (wheel base) ada panser kanon Tarantuta 6×6 buatan Korea Selatan dan di lini ranpur roda rantai (tracked base) ada tank ringan Scorpion buatan Inggris.
Untuk lini ranpur roda rantai alias tank, hingga kini PT Pindad masih
melaju dalam proyek medium tank. Meski sudah ada prototipe yang APC
beroda rantai yang lumayan membanggakan, seperti tank SBS yang bisa dipasangi kanon dan MLRS 122 mm. Nah, lain urusan dengan lini ranpur roda ban, dengan platform Anoa 6×6 yang
telah dikerjakan cukup lama, plus sudah mendapat pesanan ekspor,
menjadikan PT Pindad sangat percaya diri untuk menawarkan panser tempur
dengan adopsi meriam 90 mm. Dalam hal daya gebuk, spesifikasi ranpur ini
sudah diatas IFV (Infantry Fighting Vehicle), namun kelasnya dibawah MBT (Main Battle Tank), beberapa kalangan segmen ini di definisikan sebagai AFSV (Armoured Fire Support Vehicle).
Di sekitaran tahun 2008-2009, PT Pindad telah meluncurkan prototipe Anoa 6×6 versi kanon. Yang digunakan adalah jenis kanon Cockerill 90 mm Low Pressure, serupa dengan yang digunakan pada tank Scorpion 90.
Tapi sayang, belum ada pesanan mengalir untuk Anoa versi kanon. Tahun
berganti, di November 2014, tepatnya pada ajang Indo Defence 2014 yang
berlangsung di JIExpo, Kemayoran, PT Pindad kembali me-reborn
Anoa 6×6 versi kanon, wujudnya masih mengandalkan platform 6×6, tapi
segala sesuatunya diperbaiki dan ditingkatkan. Oleh Wakil Presiden
Muhammad Jusuf Kalla, prototipe ranpur sangar ini resmi diberi nama
‘Badak’ (Rhinoceros).
Badak 6×6 in action |
Dari segi level proteksi, Badak 6×6 yang disasar untuk kebutuhan
korps Baret Hitam, mengadopsi standar NATO STANAG 4569 Level III, atau
mampu menahan impak proyektil kaliber 12,7 mm (Armor Piercing)
dari jarak 30 meter. Namun untuk proteksi pada kubah meriam/kanon, masih
mengadopsi standar NATO STANAG 4569 Level 1, namun nantinya dapat di
upgrade ke level 4 sesuai kebutuhan pembeli. Untuk perlidungan kaca pada
periskop, menggukan kaca tahan peluru dengan ketebalan 38 mm. Untuk
roda menggunakan velg dan ban dengan model runflat berukuran R20-1400.
Ban tetap dapat melaju walaupun ban kempes hingga jarak 80 Km.
Untuk senjata utama, dipilih kanon Cockerill CSE 90LP (Low Pressure) MK3M A1 besutan CMI Defence, Belgia, serupa dengan yang dipakai Tarantula 6×6.
Meski mengadopsi varian yang lebih lama, tetapi pemakai kanon Cockerill
90 mm cukup laris di lingkungan TNI, sebut saja seperti di tank
Scorpion, tank amfibi PT-76M Korps Marinir TNI AL dan panser V150 kanon milik TNI AD.
Dengan anggaran militer pas-pasan dari negara penggunanya, diperkirakan
masih akan ada pasar untuk sistem senjata ini setidaknya 15-20 tahun
kedepan. Kanon 90 mm Low Pressure Cockerill Mk3 punya varian munisi yang
cukup banyak, mulai dari HE, HEAT, dan bahkan APFSDS dengan rating
penetrasi 100mm RHA pada kemiringan 60 derajat pada jarak 1.000 meter.
Dalam kubah kanon terdapat senapan mesin coaxial 7,62×51 mm di
sebelah kiri untuk menyapu habis ancaman pasukan infanteri. Untuk fungsi
anti infanteri/helikopter, disediakan pintle mount pada sisi komandan
untuk memasang senapan mesin sedang seperti FN MAG, MG3, atau bila
diperlukan, opsi dudukan senapan mesin berat seperti CIS 50MG.Untuk
amunisi, PT Pindad sendiri telah mampu membuat sebagian munisi 90 mm,
jadi kesempatan dan peluang pasar untuk Pindad sebagai centre of
excellence dari sistem senjata 90 mm Mk3 tersebut masih terbuka lebar.
Masih di seputaran kanon, ada kabar bahwa nantinya PT Pindad akan
melakukan perakitan kubah CSE90 LP, sehingga nama kubah ini kelak
menjadi CSE90LP- P untuk Pindad. Terkait kerjasama ini, sempat banyak
diduga menjadi latar belakang dibalik kedatangan ranpur APC M113 A1 TNI AD yang merupakan produk AS yang lisensinya digarap Belgia.
Untuk bagian hull, PT Pindad meracik Badak sedikit berbeda dengan
prototipe pendahulunya. Bentuk glacis di sisi atas terlihat sangat
melandai, untuk memberikan kemampuan menahan impak peluru dengan lebih
baik, bahkan memaksanya memantul. Bentuk glacis atas yang melandai ini
juga membantu memberikan sudut tunduk laras yang lebih besar, sehingga
apabila Badak ada di atas perbukitan, meriam masih mampu menyasar
sasaran dibawahnya. Bentuk glacis yang melandai ekstrim ini juga membawa
pengaruh pada posisi duduk pengemudi yang ditempatkan di sebelah kanan
depan. Tidak menggunakan tutup palka biasa, pada Badak palka pengemudi
dibuat tidak flush alias sedikit menonjol dari pelat atas kendaraan,
untuk memberikan ruang pandang yang memadai. Tersedia tiga periskop
panoramik untuk pengemudi, sesuatu yang cukup ‘wah’ untuk ranpur semacam
ini yang biasanya hanya dilengkapi satu periskop prisma. Juga tersedia
kamera di sisi belakang yang terhubung ke display untuk pengemudi,
membantu saat memundurkan kendaraan.
Menengok ke dapur pacu, Badak menggunakan mesin diesel inline
turbocharger intercooler 6 silinder dengan transmisi otomatis 6 maju dan
1 mundur. Dari spesifikasi tersebut, dapat dicapai tenaga 340 hp yang
menciptakan akselerasi kecepatan maksimum hingga 90 km per jam di jalan
on road. Dengan keseluruhan performa dan spesifikasi yang ada, PT Pindad
cukup yakin untuk menandingi kemampuan panser AFSV Tarantuta 6×6 yang
sudah dibeli TNI AD sebanyak 22 unit. Akhirnya semua tinggal kembali
pada komitmen kita bersama untuk memajukan kemandiran alutsista Dalam
Negeri.
Spesifikasi Badak 6×6
Bobot : 11 ton
Dimensi : 6 x 2,5 x 2,9 m
Power to weight ratio : 22,85-29hp/ ton
Ground clearance : 400 mm
Max speed : 90km/ jam
Sudut tanjakan : 60 derajat
Sudut kemiringan : 30 derajat
Arung air : 1 meter
Halangan parit : max. 0,75 meter
Radius putar : 10 meter
Jarak tempuh : 600 km
Mesin : Diesel inline turbocharger intercooler 6 silinder daya 340 hp dengan transmisi otomatis 6 maju dan 1 mundur
Sumber: Indomiliter
0 komentar:
Posting Komentar