Kamis, 20 November 2014

Jawab Tindakan AS, Rusia Rancang Kereta Tempur Nuklir Terbaru

Jawab Tindakan AS, Rusia Rancang Kereta Tempur Nuklir Terbaru
Kemunculan BZhRK di jalur kereta api milik Rusia ini merupakan langkah lembaga militer Rusia, untuk mempersiapkan diri jika kelak Rusia tidak berhasil meyakinkan AS untuk menghentikan rencana membangun sistem pertahanan udara di Eropa tersebut. Foto: TASS
Pada awal Oktober lalu, saluran TV Rusia Zvezda milik grup media yang diawasi oleh Kementerian Pertahanan Federasi Rusia mengumumkan bahwa salah satu lembaga penelitian Rusia telah berhasil melewati tahap lanjut penelitian pengembangan BZhRK. Kompleks peluncur rudal ini dibuat sebagai reaksi atas tindakan AS yang membangun sistem pertahanan udara di benua Eropa.
Reaksi terhadap Sistem Pertahanan Udara di Eropa



Seperti yang disampaikan oleh redaktur majalah Natsionalnaya Oborona Igor Korotchenko, BZhRK harus masuk dalam persenjataan angkatan senjata Rusia sebelum 2020, sebab pada 2018-2020 sistem EuroPRO akan dipersenjatai oleh sejumlah unit pertahanan anti-roket baru SM-3 dan memiliki kemampuan untuk melumpuhkan rudal balistik antarbenua milik Rusia.
Kemunculan BZhRK di jalur kereta api milik Rusia ini merupakan langkah lembaga militer Rusia, untuk mempersiapkan diri jika kelak Rusia tidak berhasil meyakinkan AS untuk menghentikan rencana membangun sistem pertahanan udara di Eropa tersebut. Terlebih lagi, perjanjian New START (Strategic Arms Reduction Treaty) yang berlaku sejak 2011 lalu sudah tak lagi membatasi Rusia dalam bentuk apapun di bidang tersebut, berbeda dengan perjanjian sebelumnya.

Jika dibanding kompleks peluncur rudal darat lain, keunggulan BZhRK adalah kemampuan untuk “menyembunyikan” sistem peluncur roketnya di antara gerbong-gerbong lain, yang berjalan sepanjang 85 ribu kilometer pada rel kereta api yang terdapat di Rusia.
Profesor Yuriy Grigoryev menyebutkan bahwa BZhRK jauh lebih terlindungi dari serangan nuklir musuh dibanding kompleks peluncur darat di atas mobil yang dapat menjadi “sasaran tanpa pelindung, yang tidak dapat bertahan—bahkan pasca-serangan pertama musuh”. Grigoryev juga menyebutkan bahwa potensi bahaya untuk kendaraan kereta api di masa damai ini adalah peledakan kereta api tersebut menggunakan roket dengan amunisi nuklir oleh para teroris. Selain itu, kecelakaan biasa pun akan memberi dampak yang tragis dan tak dapat diperkirakan.
“Rahasia”
Saat menandatangani START II, Uni Soviet memiliki 12 kompleks Molodets. Setiap kompleks peluncur membawa tiga roket peluncuran tiga tahap Scalpel berbahan bakar padat.
Kompleks tersebut memiliki ketahanan yang tinggi terhadap ledakan nuklir dan mampu memulihkan informasi yang ada dalam “otak” elektroniknya secara mandiri.
Tak banyak yang diketahui mengenai kompleks peluncur nuklir baru ini, karena kompleks ini merupakan proyek rahasia. Proses pembuatan “Molodets” tanpa diragukan lagi akan dipakai, namun BZhRK tipe baru ini akan jauh berbeda dengan para pendahulunya. Salah satu perbedaan terletak pada persenjataan roket miliknya. RT-23UTTKh, yang disebut Scalpel oleh NATO, dikembangkan oleh Biro Konstruksi Yuzhnoye yang berada di Ukraina. Selain itu, bentuk roket ini tidak hanya akan berpengaruh pada penampilan luar BZhRK, tapi juga penyamarannya di ruangan terbuka dan efektivitas yang ia miliki.
Perusahaan utama yang menjadi pengembang BZhRK ini adalah Institut Teknik Panas Bumi Moskow (MIT), yang juga mengembangkan kompleks peluncur Bulava dan Yars.


Bulava di Atas Roda

Roket RT-23UTTKh memiliki perbedaan sifat pada besaran dimensinya dan massa awal (launching mass) yang lebih dari 104 ton, sedangkan daya angkut gerbong kereta standar Soviet BMZ (RS-5) hanya 47 ton saja.

Gerbong-gerbong tersebut harus dilengkapi dengan sistem suspensi yang lebih kuat dan rute-rute yang akan dilewati pun perlu diperkuat. Mereka juga tak bisa melewati sejumlah jembatan karena adanya beban mereka yang berlebih, karena dalam kompleks kereta api peluncur rudal tersebut terdapat tiga lokomotif penggerak utama untuk menarik 17 gerbong, termasuk sembilan platform yang memuat tiga unit peluncur beserta roketnya. Selain itu, panjang RT-23 UTTKh dalam peti kemas angkut mencapai lebih dari 22 meter, melebih panjang peti angkut pendingin standar, yang menyebabkan rudal tersebut menjadi lebih mencolok.


Sumber: RBTH

0 komentar:

Posting Komentar

Form Kritik & Saran

Nama

Email *

Pesan *