Letaknya yang strategis dan diapit teluk-teluk dalam, Kota Palu
dicanangkan menjadi Kota Pangkalan Kapal Selam Indonesia, sejak era
Presiden RI pertama, Bung Karno. Ketika itu, Indonesia memesan 12 kapal
selam dari Uni Soviet.
Menurut Sumarkidjo Atmadji dalam buku Mission Acomplish, Teluk Palu
yang dahulu dikenal dengan sebutan Teluk Peleng, merupakan tempat
berlabuhnya empat kapal selam Indonesia dari Uni Soviet untuk
menjalankan operasi Trikora, membebaskan Irian Barat dari Belanda.
Keempat kapal selam itu ialah KRI Cakra, KRI Nanggala, KRI Bramasta,
dan KRI Tjandrasa. Namun, keberadaan Teluk Palu memang tidak pernah
tercatat dalam buku sejarah. Rencana sejak zaman Bung Karno itu kembali
diteruskan oleh TNI AL saat ini.
Sejak awal 2012, pembangunan pangkalan khusus kapal selam di Teluk
Palu telah dimulai dan tahun 2013, pembangunan mencapai 90 persen. Dari
hasil pembangunan itu, dua kapal selam Indonesia sudah bisa dirapatkan
di sana.
Sementara itu, Kasal Laksamana TNI Marsetio, menuturkan, sebanyak 12
kapal selam akan didatangkan ke Indonesia dari Korea Selatan. Dalam
program itu, setengahnya dikerjakan di Indonesia.
Pangkalan kapal selam TNI AL berada di lahan seluas 13 hektar di
Kelurahan Watusampu, Kota Palu, itu sangat strategis untuk pengamanan
wilayah NKRI, terutama Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) II Selat
Makassar hingga ke perbatasan dengan negara tetangga Malaysia di Laut
Sulawesi.
Miniatur Poros Maritim
Rencana itu tentunya membuat bangga masyarakat Palu. Kota mereka akan menjadi pusat kekuatan kapal selam Indonesia. Ketua Lembaga Kajian Maritim dan Perikanan Universitas Al-Khairat Palu, Gafur, mengungkapkan keunggulan Palu sebagai basis pertahanan laut.
“Palu sangat cocok sebagai tempat pangkalan kapal selam, karena
memliki teluk yang dalam dan terselubung, dan berada di beberapa palung
dan pulau-pulau kecil,” kata Gafur.
Selain itu, Gafur menambahkan, keberadaan pangkalan kapal selam ini akan menjadi security belt di kawasan Indonesia Timur.
“Saat ini, di wilayah Palu khususnya, dan Indonesia Timur pada
umumnya, sering terjadi gangguan keamanan, seperti teroris, separatis,
illegal fishing, illegal logging, penyelundupan, dan narkoba. Semoga
keberadaan pangkalan itu akan membuat kegiatan-kegaiatan itu menurun
drastis,” ujarnya.
Lebih lanjut, Gafur menuturkan, Palu akan menjadi miniatur Poros
Maritim Indonesia jika ditinjau dari potensi domain maritim terkait
penguatan pertahanan maritim dan jalur perekonomian Sulawesi.
“Palu memiliki banyak potensi maritim. Saat ini, upaya pembangunan
masyarakat pesisir dan perikanan semakin baik di Palu. Ditambah dengan
pembangunan pelabuhan dan dermaga sudah menjadikan Palu sebagai jembatan
antara Sulawesi Selatan ke Sulawesi Utara. Lalu dengan adanya pangkalan
kapal selam dalam aspek pertahanan semakin memenuhi unsur-unsur poros
maritim itu, yang kita lihat dari domain-domainnya,” tandasnya.
Sumber: JMOL
0 komentar:
Posting Komentar