Sejak akhir tahun 1990-an, Thailand merupakan satu-satunya negara di
Asia Tenggara yang memiliki kapal induk, salah satu simbol utama
kekuatan militer sebuah negara.
Kapal induk Thailand ini bernama HTMS Chakri Naruebet (CVH-911), sebagai kapal induk pertama dan satu-satunya milik Angkatan Laut Kerajaan Thailand yang dimaksudkan untuk menjadi simbol kebanggaan militer Thailand dan melambangkan kekuatan negara yang sedang berkembang ini.
Thailand memesan kapal induk ini dari galangan kapal Bazan Spanyol pada tahun 1992 seharga USD 336 juta. Diluncurkan empat tahun kemudian yakni pada tahun 1996 dan baru ditugaskan pada tahun 1997. Nama Chakri Naruebet berarti "Penguasa Dinasti Chakri," nama keluarga penguasa monarki Thailand.
Pada tahun 1997 dimana HTMS Chakri Naruebet pertama kali beroperasi, krisis ekonomi juga melanda negeri ini. Rencana besar Bangkok untuk terus mengoperasikan kapal ini semakin tertatih-tatih. Akibat minimnya dana untuk beroperasi, sebagain besar tugas kapal induk ini hanyalah bersandar di pelabuhan.
Kapal ini berdimensi panjang 182,65 m dan bobot benaman 11.486 ton. Kecepatan penuhnya 25,5 knot dengan jangkauan 19.000 km dengan kecepatan 12 knot. Mengangkut 675 kru dan hangarnya cukup untuk menampung 10 pesawat.
HTMS Chakri Naruebet didesain untuk mengoperasikan kelompok pesawat tempur dan helikopter V/STOL (Vertical/Short Take-off and Landing), dan dilengkapi dengan ski-jump. Niat awalnya adalah untuk mengoperasikan kelompok udara campuran yang terdiri dari pesawat AV-8S Matador (Harrier) V/STOL dan helikopter Seahawk S-70B.
Menurut The Diplomat, pesawat Matador yang menyertai kapal induk HTMS Chakri Naruebet telah tidak lagi dioperasikan sejak tahun 2006, menjadikan kapal induk satu-satunya Bangkok ini sebagai kapal induk tak berpesawat.
Kapal induk Thailand ini bernama HTMS Chakri Naruebet (CVH-911), sebagai kapal induk pertama dan satu-satunya milik Angkatan Laut Kerajaan Thailand yang dimaksudkan untuk menjadi simbol kebanggaan militer Thailand dan melambangkan kekuatan negara yang sedang berkembang ini.
Thailand memesan kapal induk ini dari galangan kapal Bazan Spanyol pada tahun 1992 seharga USD 336 juta. Diluncurkan empat tahun kemudian yakni pada tahun 1996 dan baru ditugaskan pada tahun 1997. Nama Chakri Naruebet berarti "Penguasa Dinasti Chakri," nama keluarga penguasa monarki Thailand.
Pada tahun 1997 dimana HTMS Chakri Naruebet pertama kali beroperasi, krisis ekonomi juga melanda negeri ini. Rencana besar Bangkok untuk terus mengoperasikan kapal ini semakin tertatih-tatih. Akibat minimnya dana untuk beroperasi, sebagain besar tugas kapal induk ini hanyalah bersandar di pelabuhan.
Kapal ini berdimensi panjang 182,65 m dan bobot benaman 11.486 ton. Kecepatan penuhnya 25,5 knot dengan jangkauan 19.000 km dengan kecepatan 12 knot. Mengangkut 675 kru dan hangarnya cukup untuk menampung 10 pesawat.
HTMS Chakri Naruebet didesain untuk mengoperasikan kelompok pesawat tempur dan helikopter V/STOL (Vertical/Short Take-off and Landing), dan dilengkapi dengan ski-jump. Niat awalnya adalah untuk mengoperasikan kelompok udara campuran yang terdiri dari pesawat AV-8S Matador (Harrier) V/STOL dan helikopter Seahawk S-70B.
Menurut The Diplomat, pesawat Matador yang menyertai kapal induk HTMS Chakri Naruebet telah tidak lagi dioperasikan sejak tahun 2006, menjadikan kapal induk satu-satunya Bangkok ini sebagai kapal induk tak berpesawat.
HTMS Chakri Naruebet di Laut China Selatan, 3 april 2001. Gambar: PH3 ALEX C. WITTE, USN |
Tampak samping HTMS Chakri Naruebet dalam perjalanan ke Laut China Selatan, 3 April 2001.Gambar: PH3 ALEX C. WITTE, USN |
AV-8 Harrier "Jump Jet" terparkir di dek HTMS Chakri Naruebet di dekat pantai Thailand. 3 April 2001 PH3 ALEX C. WITTE, USN |
HTMS Chakri Naruebet (atas) dan kapal induk AS USS Kitty Hawk (bawah) di Laut China Selatan, 3 April 2001. Gambar: PH3 ALEX C. WITTE, USN |
Tampak samping HTMS Chakri Naruebet di Teluk Thailand selama latihan Cooperation Afloat Readiness and Training (CARAT) 2001. Gambar : PH1 KEVIN H. TIERNEY, USN. |
HTMS Chakri Naruebet beberapa kali digunakan Thailand untuk operasi
bantuan bencana, termasuk pasca gempa bumi dan tsunami Samudra Hindia
2004. Selain bantuan bencana, kapal induk ini beberapa kali dijadikan
transportasi bagi keluarga kerajaan Thailand, yang menyebabkan klaim
oleh beberapa komentator angkatan laut bahwa kapal ini hanyalah sebuah
yacht besar untuk kerajaan.
Sekarang, Asia telah banyak memiliki kapal induk, seperti China, India, Jepang, dan Korea Selatan dengan ukuran yang berbeda-beda. Tak mau ketinggalan, Singapura saat ini juga berencana untuk memiliki kapal induk.
Sekarang, Asia telah banyak memiliki kapal induk, seperti China, India, Jepang, dan Korea Selatan dengan ukuran yang berbeda-beda. Tak mau ketinggalan, Singapura saat ini juga berencana untuk memiliki kapal induk.
Referensi:
- Business Insider
- The Diplomat
- Wikipedia
Sumber : Artileri
0 komentar:
Posting Komentar