Konferensi Keamanan Munich merupakan konferensi tahunan kebijakan keamanan internasional yang telah berlangsung sejak 1963. Foto: Kemlu Rusia |
Berikut, RBTH telah memilih lima kutipan paling penting yang disampaikan Lavrov di Munich yang kembali menegaskan posisi Rusia terkait krisis di Ukraina, serta pandangan Rusia mengenai mitra-mitra politiknya di Barat.
Konferensi Keamanan Munich merupakan konferensi tahunan kebijakan
keamanan internasional yang telah berlangsung sejak 1963. Selama empat
dekade terakhir, konferensi ini telah menjadi forum independen yang
paling penting untuk pertukaran pandangan bagi para pembuat kebijakan
keamanan internasional.
1. Klaim AS atas dominasi dunia
“Kami menilai, tindakan dari para mitra Barat kami selama
seperempat abad terakhir dalam menjaga dominasinya di dunia dengan cara
apapun dan juga dalam menggenggam ruang geopolitik di Eropa tengah
mencapai kulminasi (titik tertinggi).”
2. Campur tangan AS
“Kerangka sistem keamanan Eropa sudah lama dirusak oleh tindakan
AS dan sekutunya. AS hanya mengambil langkah-langkah yang semata-mata
hanya menimbulkan eskalasi lanjutan dalam setiap tahapan krisis di
Ukraina. Di setiap situasi sulit yang terjadi, mitra asal AS berusaha
untuk melemparkan kesalahan kepada Rusia.”
3. Standar ganda
Konvensi Munisi Tandan
Konvensi Munisi Tandan adalah traktat internasional yang melarang penggunaan bom tandan (bom curah), jenis senjata yang menyebar banyak subminisi.Konvensi ini diadakan pada tanggal 30 Mei 2008 di Dublin, Irlandia, dan telah ditandatangani di Oslo pada 3 Desember 2008.
Konvensi ini diikuti lebih dari 100 negara, tidak termasuk AS, Rusia, Ukraina, RRT, India, Pakistan, Israel, dan Brasil. Indonesia mengikuti konvensi munisi tandan, tapi belum meratifikasinya.
“Kami tidak mengerti, mengapa Barat mendesak pemerintahan
Afganistan, Yaman, dan Mali untuk membuat kesepakatan dengan kelompok
oposisi—bahkan dengan para kaum ekstremis dalam beberapa kasus—sedangkan
dalam krisis Ukraina, mereka malah bertindak sebaliknya, membantu
operasi militer Kiev (pemerintah baru Ukraina), sampai-sampai
membenarkan atau berusaha membenarkan penggunaan senjata bom tandan.”
4. Sistem pertahanan udara terintegrasi di Eropa
“Proyek pembangunan Common European Home (konsep dari Michael
Gorbachev) tidak berjalan, terutama karena para rekan di Barat dikuasai
bukan oleh keinginan untuk membangun arsitektur keamanan terbuka dan
menghormati kepentingan satu sama lain, melainkan dibutakan oleh ilusi
dan keyakinan menjadi pemenang dalam ‘Perang Dingin’.”
5. Situasi di Donbass
“Saya tidak yakin krisis Ukraina dapat diselesaikan dengan
menggunakan kekuatan militer. Hal tersebut dibuktikan pada musim panas
tahun lalu, ketika situasi di medan perang telah memaksa terwujudnya
penandatanganan perjanjian Minsk. Hal tersebut juga terbukti saat ini,
ketika sederetan usaha untuk mempertahankan kemenangan dalam perang
mulai "tercekik" dan terdesak.
Rusia akan dan selalu berusaha mewujudkan perdamaian. Kami secara
konsisten menyerukan gencatan senjata, penarikan senjata-senjata berat,
memulai diskusi langsung antara Kiev dengan Donetsk dan Lugansk
mengenai langkah konkret dalam memulihkan sektor ekonomi, sosial, dan
politik bersama dalam satu wilayah Ukraina yang utuh.
Kami ingin masyarakat Ukraina dapat mengembalikan persatuannya.
Namun, itu perlu dilakukan atas dasar dialog nasional yang nyata.”
Barat Harus “Terima Kenyataan”
Pidato Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov di Munich disampaikan
dengan nada yang keras, ungkap para pengamat ahli yang diwawancarai
RBTH. Namun, para pengamat ahli menilai pada prinsipnya tidak ada hal
baru yang disampaikan oleh Menteri Luar Negeri Rusia tersebut di Munich.
Rusia hanya menegaskan konsistensi kebijakan luar negerinya.
“Penampilan Lavrov cukup sistematis. Rusia bertindak secara konsisten,”
ujar Dirut Agen Komunikasi Politik dan Ekonomi Dmitry Orlov. Rusia
sejak awal telah menyerukan, usaha Barat mengisolasi Rusia atau
mengecilkan peran Rusia dalam pemecahan masalah-masalah internasional
adalah hal yang tidak dapat ditoleransi.
Dmitry Danilov, seorang pengamat ahli yang juga sekaligus kepala
departemen keamanan Eropa di Institut Eropa, berpendapat pidato Lavrov
di Konferensi Keamanan Munich telah memberikan sebuah batasan bagi para
mitra Barat. Rusia tidak berniat mengubah sikapnya terkait Ukraina, dan
Barat perlu “menerima kenyataan” tersebut. Danilov berpendapat,
Lavrov memberikan mitra Barat Rusia petunjuk yang apik mengenai cara
menjaga muka dan berinteraksi dengan Kiev, terutama dengan Rusia.
"Barat perlu menunjukkan tanggung jawab lebih terhadap pemerintah
Kiev dan memulai negosiasi serius dengan pihak oposisi di Ukraina,
tidak ada jalan lain bagi mereka. Apakah Eropa dan Washington mendengar
hal tersebut? Sepertinya, kita perlu bersiap menghadapi konfrontasi
keras dan alot," ujar Wakil Dekan Fakultas Ekonomi dan Politik Dunia dari Sekolah Tinggi Ekonomi Rusia Andrey Suzdaltsev.
Suzdaltsev juga mengatakan, masih terlalu dini bagi Eropa untuk mulai
bertindak tanpa koordinasi dan persetujuan dari AS, yang tidak ingin
melunakkan sikapnya terhadap Rusia.
Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov dan Menteri Luar Negeri
AS John Kerry bertemu di sela-sela Konferensi Keamanan Munich pada
Sabtu (7/2). Keduanya diperkirakan membahas usulan Prancis dan Jerman
mengenai cara baru penyelesaian konflik di timur Ukraina.
Sehari sebelumnya, Jumat (6/2) Kanselir Jerman Angela Merkel dan
Presiden Prancis François Hollande tiba di Moskow untuk melakukan
pembicaraan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin mengenai situasi di
Ukraina. Sebelum tiba di Moskow, Merkel dan Hollande telah lebih dulu
berkunjung ke Kiev, bertemu dengan Presiden Ukraina Petro Poroshenko
selama sekitar lima jam.
Sumber : RBTH Indonesia
0 komentar:
Posting Komentar