Selasa, 03 Februari 2015

AS Sedang Bersiap Serang Iran? (Bagian II)

Serangan AS ke ISIS Suriah
Serangan AS ke ISIS Suriah

Tiga tahun perang sipil Suriah telah memunculkan banyak kelompok, termasuk al-Qaeda spin-off, Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Kedatangan ISIS seperti fatamorgana untuk mencapai sekitar Iran yang didukung Lebanon, Suriah, dan pemerintah Irak. Rezim Assad hanya membutuhkan waktu dua bulan untuk mengalahkan pemberontakan di Suriah, tetapi kondisi beda terjadi ketika ISIS menyerang Irak. Kelompok ini seperti leluasa melakukan aksinya. Mereka menyita senjata AS dari tentara Irak yang dilatih AS. ISIS juga melakukan pembantaian yang belum pernah terjadi sebelumnya. Sesuatu yang sebenarnya ditolak al-Qaeda. Perang telah bergeser ke perebutan ladang minyak Irak dan Suriah, bank, dan persediaan air.
Selama serangan di kawasan itu ISIS menerima perlindungan dari KSA dan Qatar. Kedua negara memperingatkan AS untuk tidak mengganggu ISIS menaklukkan barat laut Irak dan gilirannya barat menuju Suriah dan Yordania. Amerika mematuhinya dan ISIS akhirnya menguasai wilayah dan rampasan perang yang termasuk tank-tank Amerika, helikopter dan artileri.
Banyak ahli militer mengatakan kesempatan untuk menyerang ISIS datang ketika 7.500 tentara mereka menyeberangi lahan terbuka antara Damaskus-Baghdad. Namun hal itu tidak dilakukan. Sehingga ISIS dengan leluasa masuk bergerak dari Mosul ke timur. Sikap Amerika dianggap ISIS sebagai persetujuan.
“Kami menentang semua intervensi dan campur tangan asing. Jangan sampai ada campur tangan dalam urusan internal Irak, bukan oleh kami atau oleh AS, Inggris atau oleh pemerintah lainnya. Ini adalah masalah Irak dan mereka harus mengatasinya sendiri, “kata Pangeran Saudi Mohammed Inggris Telegraph. Namun Saudi segera memindah 30.000 tentara tempur untuk melindungi perbatasannya dengan Irak.
Mantan Duta Besar Qatar untuk Amerika Serikat, Sheikh Nasser bin Hamad alKhalifa, juga memberi peringatan keras kepada pemerintahan Obama bahwa setiap intervensi militer atas nama pemerintah Perdana Menteri Irak Nouri al Maliki akan dilihat sebagai “tindakan perang di seluruh masyarakat Sunni Arab. ”
Dari perspektif AS, ISIS menyediakan segudang konflik. Qatar dan KSA merupakan penerima utama dari miliaran dolar senjata AS melalui FMS. Namun dukungan langsung mereka kepada ISIS, sebuah kelompok teroris, berarti Qatar dan KSA memenuhi definisi negara sponsor terorisme dan harus dilarang dari partisipasi dalam program militer. Namun demikian, sertifikat pengguna akhir dan izin ekspor secara rutin tetap disetujui oleh Departemen Pertahanan, termasuk penjualan senjata senilai 1,1 miliar yang disetujui Juni 2014. Sehingga sebenarnya AS telah melanggar gerakan anti-terorisme karena menyediakan sistem senjata canggih kepada para pelanggar hak asasi manusia.
Di bagian lain Amerika Serikat telah menimbun dana tambahan 1,2 miliar dollar untuk menggenjot persenjataan Israel. Bahkan AS baru-baru ini menyetujui penjualan asing V-22 pesawat Tilt-rotor atau Osprey ke Israel sebesar $ 3 miliar. Padahal belum ada negara yang diperbolehkan membeli alat ini.
Belum lagi soal pelatihan militer yang kerap dilakukan di Yordania. Operasi Eager Lion di gurun Yordania yang menguji laut gabungan, udara, dan operasi darat dengan Amerika Serikat, Turki, Yordania dan KSA. Pelatihan bersama memberikan kesempatan untuk menguji interoperabilitas peralatan, prosedur dan untuk mengembangkan struktur komando terpadu. Pasca latihan, AS mempertahankan kekuatan sekitar 1.000 personnel di Yordania serta Skuadron F-16 sdan sistem rudal Patriot.
Gempuran Israel ke Gaza yang terus mengganas tampaknya juga hanya menunggu sinyal agar bisa diteruskan ke Iran. Sementara Kongres sangat dikebiri telah menyatakan minat dalam negosiasi sanksi Iran sebagai Senator Lindsey Graham mendesak Gedung Putih untuk mencari Senateapproval: “Presiden Obama merasa ia membutuhkan persetujuan Kongres untuk bergerak maju di Suriah, dan Kongres harus bersikeras terlibat dalam kesepakatan nuklir dengan Iran, saya tidak bisa memikirkan sesuatu yang lebih serius kita akan memilih pada selain pergi berperang. ”
Ketika totalitas peristiwa dan tindakan selama beberapa tahun terakhir dianalisis, ada satu kesimpulan yang menarik, Amerika Serikat, KSA, Turki, Yordania, ISIS, Kuwait, Qatar, UEA, dan mungkin Israel (dalam kampanye udara terbatas) sedang mempersiapkan gempuran masif terhadap Iran.
Kapan? Tidak ada yang tahu. Tetapi batas waktu bagi Iran untuk mematuhi PBB (baca:Amerika) untuk menyerahkan pengayakan uranium telah diperpanjang sampai dengan November 2014 dan Iran tetap menolak untuk menyerahkan ke Barat meski sanksi ekonomi secara keras telah diberikan kepada negara tersebut. (selesai)



Sumber : Jejaktapak

0 komentar:

Posting Komentar

Form Kritik & Saran

Nama

Email *

Pesan *