Kerapkali
melihat teknologi pesawat tempur selalu berkiblat ke Amerika dan Rusia.
Padahal negara lain pun memiliki petarung-petarung hebat di langit.
Salah satunya Prancis. Dassault Rafale menjadi pesawat yang siap untuk
bertanding di angkasa.
Dengan
bobot sekitar 9,5 ton pesawat ini didukung dua mesin Snecma 2 M88.
Pesawat ini dicantolkan teknologi Canards untuk meningkatkan manuver ,
terutama untuk snap- tembakan jarak pendek saat terjadinya pertarungan
di udara atau dogfights. Radar yang ditanam sejajar dengan pesaingnya
seperti Mirage 2000 atau F – 16. Bahkan kemampuannya hanya bisa disamai
oleh pesawat Rusia Sukhoi Su-27/30 dan MiG – 29s.
Kemampuan
Rafale teruji ketika perang di Libya 2011 lalu. Pejabat-pejabat militer
Perancis pun beberapa kali mengumumkan keberhasilan pesawat tempur
andalan mereka, Dassault Rafale, menghancurkan berbagai sasaran. Bahkan
pesawat itu diklaim mampu menghancurkan pusat komando pasukan Moammar
Khadafy di pedalaman Libya, sekitar 10 kilometer sebelah selatan ibu
kota Tripoli.
Pesawat
generasi keempat yang dirancang menjadi tulang punggung keunggulan
udara angkatan bersenjata Perancis hingga 2030 ini dibekali dengan
sederet kemampuan canggih sehingga mampu melaksanakan berbagai misi
sekaligus.
Rafale
dibuat memenuhi tuntutan AU dan AL Perancis, yang menginginkan sebuah
pesawat yang bisa menjalankan fungsi tujuh pesawat berbeda. Pesawat itu
dituntut harus bisa menjalankan berbagai misi, mulai dari keunggulan
udara, pengintaian, dukungan udara bagi serangan darat, serangan presisi
udara ke permukaan (sasaran di tanah maupun di laut), hingga mampu
menjalankan serangan nuklir.
Perpaduan
badan yang 70 persennya terbuat dari material komposit yang ringan dan
dorongan dua mesin turbofan M88-2 membuat Rafale memiliki kemampuan
supercruise, yakni mampu melesat hingga kecepatan supersonik (Mach 1,87)
tanpa menggunakan peranti afterburner (menyemprotkan bahan bakar ekstra
di saluran buang mesin jet), sehingga menghemat konsumsi bahan bakar
dan menurunkan biaya operasional.
Dari
segi avionik, Dassault mengklaim Rafale sebagai satu-satunya pesawat
buatan Eropa yang menggunakan perangkat radar pemindai elektronik aktif
(AESA), yang mampu melacak banyak sasaran dan ancaman di sekitar pesawat
secara simultan dalam kondisi segala cuaca dan tahan gangguan pengacak
radar musuh.
Pesawat
ini juga dilengkapi sistem peperangan elektronik SPECTRA, yang mampu
mendeteksi berbagai jenis musuh dari jarak jauh sehingga memungkinkan
pilot memilih metode pertahanan paling efektif. Sistem ini dijalankan
berdasarkan basis data musuh, yang bisa ditentukan sendiri dan
diperbarui sewaktu-waktu.
Saking
bangganya, Prancis menjuluki pesawat ini dengan”omnirole” yang artinya
kurang lebih mahabisa. Sementara Rafale sendiri adalah bahasa Prancis
yang berarti amukan topan badai
Perintah
Perancis Rafale saat telah memproduksi 180 pesawat produksi yang
disebar ke berbagai angkatan. Sejumlah negara pun melirik pesawat dengan
spesifikasi generasi keempat ini.
0 komentar:
Posting Komentar