Dianggap hampir tak terkalahkan dalam perang udara-ke-udara, F-22
berhasil memulai debutnya dalam pertempuran, mengambil bagian dalam
serangan udara terhadap sasaran-sasaran ISIS. Namun tentu Suriah tidak
bisa dijadikan bukti kehabatan siluman ini. Pertanyaan muncul bagaimana
jika pesawat ini benar-benar bertemu pesawat canggih setidaknya dari
generasi keempat. Sesuatu yang belum ditemui di Perang Suriah.
Ketika melakukan serangan ke suriah Raptor yang tidak membawa tanki
eksternal karena untuk mempertahankan sifat silumannya mengisi bahan
bakar setidaknya dua atau tiga kali dalam perjalanan ke Suriah dan
kembali ke UEA dengan misi terbang 6 – 7 jam.
Raptor menyimpan senjata di teluk internal yang mampu mengakomodasi 2x AIM-9 rudal Sidewinder, beberapa rudal udara ke udara AIM-120C AMRAAM, serta 2x £ 1.000 GBU-32 JDAM atau 8x GBU-39 bom kecil diameter. Kekuatan ini bisa menjadi andalan Raptor untuk mendapatkan dominasi udara. Apalagi dua mesin Pratt & Whitney F-119-PW-100 memberi kemampuan mencapai kecepatan melewati kecepatan suara tanpa afterburner (disebut supercruise) dan TV (Thrust Vectoring), yang sangat berguna, dalam kondisi tertentu, untuk menempatkan Raptor dalam posisi yang tepat untuk mencetak tembakan.
Raptor menyimpan senjata di teluk internal yang mampu mengakomodasi 2x AIM-9 rudal Sidewinder, beberapa rudal udara ke udara AIM-120C AMRAAM, serta 2x £ 1.000 GBU-32 JDAM atau 8x GBU-39 bom kecil diameter. Kekuatan ini bisa menjadi andalan Raptor untuk mendapatkan dominasi udara. Apalagi dua mesin Pratt & Whitney F-119-PW-100 memberi kemampuan mencapai kecepatan melewati kecepatan suara tanpa afterburner (disebut supercruise) dan TV (Thrust Vectoring), yang sangat berguna, dalam kondisi tertentu, untuk menempatkan Raptor dalam posisi yang tepat untuk mencetak tembakan.
Semua kemampuan ini telah membuat F-22 hampir tak
terkalahkan.Setidaknya di atas kertas). Namun memang, sebuah Raptor
tunggal dalam salah satu serangan mendadak pelatihan pertama mampu
membunuh delapan F-15 dalam keterlibatan pertempuran udara bahkan
sebelum F-15 bisa melihat F-22.
Hasil ini diraih juga berkat program pelatihan khusus yang
menempatkan pilot F-22 melawan jet terbaik. Ketika latihan Raptor
memiliki rasio membunuh yang luar biasa saat melawan pesawat generasi
keempat baik F-16 maupun F-15 Agresor atau yang berperan sebagai musuh.
Selama latihan Noble Edge di Alaska pada bulan Juni 2006, beberapa F-22
mampu mengalahkan 108 lawan dengan tanpa satupun yang masuk target
lawawn. Sedangkan pada latihan sama 2007 mereka melakukan 114 kemenangan
tanpa pernah kalah sekalipun.
Ketika pertama berpartisipasi dalam Red Flag Februari 2007, Raptor
mampu membangun dominasi udara dengan cepat dan tanpa kerugian. Seperti
dilansir Dave Allport dan Jon Lake dalam sebuah cerita yang muncul di
majalah Angkatan Udara Bulanan, selama Kesiapan Inspeksi Operasional
(ORI) pada tahun 2008, F-22 mencetak 221 kemenangan dalam simulasi tanpa
kalah sekalipun. Bahkan ketika dikeroyok oleh F-15, F-16 dan F-18,
dalam WVR (Within Visual Range) F-22 tetap tak terkalahkan.
Tetapi pernah F-22 terancam ketika melakukan simulasi dogfight dengan
Rafale dan Eurofighter Typhoon. Pada saat Red Flag 2012 Alaska,
Eurofighters Jerman dikabarkan mampu membunuh Raptor. Meski hal itu
masih tetap diperdebatkan kebenarannya karena ada laporan yang berbeda
tentang simulasi pertempuran tersebut.
Kenapa Typhoon bisa mengimbangi Raptor? Meski bukan pesawat siluman
pesawta ini dilengkapi dengan Helmet Mounted Display (HMD) dan IRST
(Infra-Red Search and Track), dua fitur yang tidak ada pada Raptor. HMD
pada Typhoon disebut Helmet Mounted Symbology System (HMSS). Sama
seperti JHMCS Amerika (Joint Helmet Mounted Cueing System) yang
terintegrasi pada F-15C / D, F-16 Block 40 dan 50 dan F-18C / D / E / F,
HMSS menyediakan informasi penting terhadap target. Alat ini
memungkinkan pilot bisa melihat ke segala arah dengan semua data yang
dibutuhkan.
F-22 Raptor tidak dilengkapi dengan sistem serupa (proyek untuk
melaksanakan itu dihentikan pada 2013 karena masalah anggaran).
Alasannya pesawat siluman akan sulit untuk didekati lawan dalam jarak
tembak dan posisi moncong senjata menghadap Raptor untuk meluncurkan
AIM-9X.
Tentu, tapi risiko tetap ada ketika lawan berada pada jarak hingga 50
km. Pesawat yang dilengkapi dengan IRST dapat mendeteksi lawan. Bahkan
yang siluman sekalipun. Dan inilah yang masih menjadi titik lemah Raptor
karena bisa dicium generasi keempat yang mengusung dua teknologi
tersebut.
Kesimpulannya F-22 memang tetap menjadi pesawat paling mematikan saat
ini. Namun, tidak memiliki beberapa fitur bagus yang dapat berguna
untuk menghadapi gerombolan pesawat musuh, terutama jika yang masuk
dalam kelompok musuh adalha F-15, Typhoon, , Rafale atau nanti jika
sudah hadir, J-20 China dan PAK-FA Rusia
Sumber: The Aviationist:Jejaktapak
0 komentar:
Posting Komentar