Rusia dalam doktrin militer barunya menempatkan NATO sebagai ancaman
serius terhadap keamanan negara. Ekspansi Aliansi Utara ke Timur
membuat Rusia mau tidak mau harus bersikap dengan memodernisasi sejumlah
kekuatan alat tempurnya.
Mantan Direktur Kantor Pusat Angkatan Rudal Strategis Rusia Victor
Yesin menerangkan saat ini Rusia tengah menghadapi banyak kekhawatiran,
terutama terkait rencana pembangunan sistem pertahanan rudal Amerika di
Polandia, Rumania, dan negara-negara Baltik.
Lalu apa saja yang dilakukan Rusia untuk menghadapi ancaman NATO?
Nuklir
Kehadiran sistem antirudal AS di negara-negara tersebut akan membantu
AS merealisasikan rencana “serangan halilintar” pada Rusia. AS hendak
menempatkan sistem antirudal sedekat mungkin dengan landasan peluncuran
rudal balistik musuh yang potensial untuk menggagalkan peluncurannya.
Menurut Yesin, hal tersebut merupakan salah satu alasan mengapa Moskow
ingin memodernisasi sistem perlindungan nuklir miliknya sesegera
mungkin.
Untuk memperkuat sistem perlindungan nuklir, Moskow mempercepat
pembaruan kapasitas penangkal nuklirnya. Wakil Perdana Menteri Dmitri
Rogozin, yang bertanggung jawab atas kompleks militer-industri Rusia
menerangkan, pembaruan tersebut ditargetkan akan selesai pada 2020.
Dalam program pengembangan kekuatan nuklir strategis Rusia, negara
tersebut tengah menciptakan bermacam rudal strategis jenis baru, salah
satunya RS-26 Yars. Senjata ini memiliki komponen-komponen tempur nuklir
multiunit, hipersonik, dan memiliki manuver yang terpasang pada rudal.
Setiap blok rudal memiliki sistem pandu sendiri dan dapat mengatasi
segala jenis Sistem Pertahanan Rudal. Rudal ini rencananya akan
menggantikan kompleks rudal mobile dan shaft Topol dan Topol-M, yang
secara keseluruhan berjumlah 186 buah.
Komponen Laut dan Udara
Rusia juga mengembangkan komponen kelautan dari kapasitas penangkal
nuklir strategis mereka. Rusia telah memulai konstruksi massal kapal 955
Borei generasi baru. Kapal-kapal ini akan menjadi komponen utama
tritunggal nuklir Angkatan Laut Rusia. Sesuai dengan program pertahanan
negara, hingga 2020 angkatan laut akan menerima delapan kapal selam
nuklir dengan rudal balistik seri 955. Masing-masing kapal akan memiliki
16 rudal balistik Bulaev.
Penerbangan strategis juga mendapatkan modernisasi peralatan onboard
pada pesawat pengangkut rudal TU-160 dan TU-95. Sebanyak 66 buah pesawat
pembom berat akan menerima sistem perintah, navigasi, dan peralatan
bidik baru, yang akan membantu penggunaan pesawat pembom tidak hanya
untuk penangkal nuklir, tetapi juga untuk meluncurkan rudal dan bom
dengan metode biasa.
Reaksi Defensif
Untuk memaksimalkan sistem pertahanan, Rusia tidak cukup hanya
memiliki rudal balistik, kapal selam, dan pesawat pembom. Militer Rusia
juga membutuhkan sistem yang baik untuk mengendalikan ruang kosmik,
mengontrol peringatan peluncur rudal, dan mengelola potensi nuklir.
Dalam kerangka kerja Program Pertahanan Negara 2020, Rusia telah
membangun sebuah jaringan stasiun yang akan mengeluarkan peringatan
peluncuran rudal jenis Voronezh di sepanjang perbatasannya. Stasiun
pertama akan didirikan di dekat St. Petersburg. Dengan demikian, militer
Rusia dapat “melihat” segala sesuatu yang terjadi di angkasa dan kosmos
dari pesisir Maroko hingga Spitsbergen, hingga pesisir Amerika.
Stasiun kedua dibangun di dekat Armavir. Stasiun ini memonitor apa
yang terjadi di sektor antara Afrika Utara dan India. Sistem radar
membantu mengendalikan angkasa pada jarak lebih dari empat ribu
kilometer.
Pembangunan stasiun di daerah Kaliningrad mencakup sektor barat.
Selain itu, tak lama lagi sebuah stasiun akan didirikan di wilayah
Irkutsk. Stasiun tersebut dapat “mengawasi” angkasa, dari Tiongkok
hingga pesisir barat Amerika.
Sumber: Jejaktapak
0 komentar:
Posting Komentar