Kapal selam Kilo 636 Vietnam |
Jakarta – Setelah gagal mengamankan kontrak
pengadaan kapal selam baru beberapa tahun yang lalu, pemerintah Rusia
kembali mendekati pemerintah Indonesia untuk menawarkan kapal selam Kilo
Class jenis 636, untuk memperkuat sistem pertahanan maritim negara.
Juru bicara Departemen Pertahanan Kolonel Djundan mengatakan, bahwa
pada hari Kamis duta besar Rusia MY Galuzin telah bertemu dengan Menteri
Pertahanan Ryamizard Ryacudu untuk membahas kemitraan militer dan
pertahanan antara kedua negara.
“Rusia siap untuk menyediakan beberapa sistem persenjataan penting,
termasuk kapal selam Type 636, jet tempur Sukhoi Su-35 dan helikopter
MI-17″ kata Djundan kepada The Jakarta Post pada hari Jumat
(17/01/2015), menambahkan bahwa Rusia juga siap untuk menyerahkan
teknologinya.
KS Amur Rusia (Jakartagreater) |
Dia menolak untuk mengatakan apakah tawaran telah diterima, namun
mengatakan kementerian masih bekerja untuk menemukan sistem senjata baru
yang terbaik bagi negara.
Kapal selam diketahui sebagai mesin perang yang efektif yang dapat
bertindak sebagai pencegah karena kapasitasnya yang bisa beroperasi
secara diam-diam.
Kapal selam jenis 636 Rusia ditujukan terutama untuk operasi
anti-kapal permukaan dan anti-kapal selam di perairan dangkal. Tipe ini
juga tahan terhadap kondisi cuaca.
Negara-negara yang mengoperasikan kapal selam ini termasuk Aljazair, Cina, India, Rumania dan Vietnam.
Indonesia memiliki sejarah panjang dalam mengoperasikan kapal selam
Rusia, dari Uni Soviet. Pada tahun 1967, Indonesia mengakuisisi 12 kapal
selam Whiskey Class dari negara adidaya tersebut.
“Indonesia telah memiliki kerjasama militer dengan Rusia sejak
pemerintahan presiden Rusia sebelumnya. Saya berharap kemitraan militer
akan berkembang di masa depan, “kata Ryamizard selama pertemuan.
Pada tahun 2009, Rusia dan Korea Selatan bersaing untuk memenangkan
kontrak pengadaan kapal selam untuk Angkatan Laut Indonesia, dan Korea
Selatan akhirnya yang menang.
Indonesia menandatangani kontrak pada tahun 2011 dengan Daewoo
Shipbuilding dan Marine Engineering (DSME) dari Korea Selatan untuk
membangun tiga kapal selam Chang Bogo Class senilai US $ 1,07 miliar.
Dua dibangun di Korea sementara kapal ketiga akan dibangun di fasilitas
PT PAL di Surabaya sebagai bagian dari skema transfer teknologi.
Pada 2013, Indonesia mengadakan pembicaraan dengan Rusia untuk
pengadaan sejumlah kapal selam kelas kilo-, di bawah kepemimpinan
menteri pertahanan Purnomo Yusgiantoro.
Purnomo mengadakan pembicaraan dengan Galuzin untuk membahas pengadaan kapal selam, tapi belum ada kesepakatan yang dibuat.
Angkatan Laut indonesia saat ini mengoperasikan dua kapal selam
buatan Jerman, KRI Cakra (401) dan KRI Nenggala (402), yang dibangun
pada 1980-an. Kapal selam akan dinonaktifkan pada tahun 2020.
“Indonesia membutuhkan sedikitnya 12 kapal selam untuk mengontrol
wilayahnya,” kata KSAL Laksamana. Marsetio pada bulan Desember 2014.
Dalam pertemuan dengan duta besar Rusia, Ryamizard juga menyatakan minatnya dalam pengadaan pesawat amfibi.
Menteri pertahanan mengatakan bahwa pesawat tersebut akan sangat
penting untuk melakukan operasi pengawasan di wilayah laut indonesia.
“Pesawat ini dapat digunakan untuk penangkapan kapal ikan ilegal dan
evakuasi di laut,” katanya.
Dilaporkan sebelumnya bahwa Presiden Joko “Jokowi” Widodo dan
Presiden Rusia Vladimir Putin telah bertemu selama pertemuan APEC tahun
lalu, dan bahwa keduanya telah sepakat untuk melanjutkan kerjasama
mereka dalam pertahanan dan teknologi militer.
Presiden Jokowi juga bertemu direktur jenderal badan senjata Rusia
Rosoboronexport dan duta besar Rusia pada 8 Desember 2014. Dalam
pertemuan tersebut, Presiden menegaskan bahwa Indonesia tertarik
bermitra dengan Rusia pada teknologi militer. (TheJakartaPost.com).JKGR
0 komentar:
Posting Komentar