Kumpulan edisi Charlie Hebdo. Meski telah jadi sasaran teror berdarah, majalah Charlie Hebdo terbit lagi dengan sampul gambar Nabi Muhammad. | (Istimewa) |
KAIRO - Tindakan Charlie Hebdo yang kembali menampilan karikatur Nabi Muhammad dalam edisi baru mereka memancing amarah umat Muslim di
dunia. Pusat Studi Islam Al Azhar di Kairo, Mesir menyebut aksi ini
sebagai pelecehan bagi umat Muslim, dan tidak sesuai dengan prinsip
toleransi.
"Kartun baru Charlie Hebdo akan membangkitkan kebencian, dan hal ini tidak sejalan dengan konsep toleransi, prinsip hidup berdampingan dengan damai dan penuh penghormatan," ungkap pihak Al Azhar, seperti dilansir Channel News Asia. Rabu (14/1/2015).
Sebelumnya, Lembaga Fatwa di Mesir, Dar al-Ifta terlebih dahulu angkat bicara terkait kebijakan redaksi Charlie Hebdo tersebut. Mereka mengecam keras penerbitan kartun tersebut, dan menyebut tindakan tersebut sebagai aksi provokasi kepada umat Muslim di seluruh dunia.
Sikap keras juga ditujunkan oleh sebuah media online Iran, Tabnak, yang dengan tegas menyebut Charlie Hebdo kembali melakukan penghinaan terhadap Nabi Muhammad. Langkah Charlie Hebdo ini memang terbilang kontroversial, karena terjadi hanya beberapa hari setelah aksi teror yang melanda mereka, dimana 12 orang tewas dalam insiden itu.
Sementara itu, di dalam negeri sikap serupa ditunjukan oleh mantan presiden Indonesia, Susilo Bambang Yuhdoyono (SBY). Dalam kicauan di Twitter pribadi, dia menyebut pembuatan karikatur Nabi Muhammad sebagai kebebasan yang kebablasan, dan turut mengecam keras langkah Charlie Hebdo itu.
"Membuat gambar Nabi Muhammad, apalagi karikatur, bagi umat Islam sangat ditabukan. Ini juga berlaku bagi umat Islam sendiri," tulis SBY. "Membuat karikatur Nabi Muhammad bukan hanya membikin marah kaum yang ekstrim dan radikal, tetapi juga umat Islam secara keseluruhan," imbuhnya.
Menurutnya, hal ini terjadi karena ada perbedaan pangan mengenai arti kebebasan berpendapat di dunia Barat dan Timur. Di Barat, kebebasan itu adalah mutlak dan tidak mengenal batas, sedangkan di Timur kebebasan tetap dijunjung tinggi, namun dengan batasan tertentu.
Namun, satu hal yang disayangkan, hingga saat ini pemerintah Indonesia belum secara resmi memberikan komentar terkait penerbitan kartun baru Charlie Hebdo tersebut. Sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia, harusnya Indonesia menjadi salah satu yang terdepan dalam mengecam hal ini.
"Kartun baru Charlie Hebdo akan membangkitkan kebencian, dan hal ini tidak sejalan dengan konsep toleransi, prinsip hidup berdampingan dengan damai dan penuh penghormatan," ungkap pihak Al Azhar, seperti dilansir Channel News Asia. Rabu (14/1/2015).
Sebelumnya, Lembaga Fatwa di Mesir, Dar al-Ifta terlebih dahulu angkat bicara terkait kebijakan redaksi Charlie Hebdo tersebut. Mereka mengecam keras penerbitan kartun tersebut, dan menyebut tindakan tersebut sebagai aksi provokasi kepada umat Muslim di seluruh dunia.
Sikap keras juga ditujunkan oleh sebuah media online Iran, Tabnak, yang dengan tegas menyebut Charlie Hebdo kembali melakukan penghinaan terhadap Nabi Muhammad. Langkah Charlie Hebdo ini memang terbilang kontroversial, karena terjadi hanya beberapa hari setelah aksi teror yang melanda mereka, dimana 12 orang tewas dalam insiden itu.
Sementara itu, di dalam negeri sikap serupa ditunjukan oleh mantan presiden Indonesia, Susilo Bambang Yuhdoyono (SBY). Dalam kicauan di Twitter pribadi, dia menyebut pembuatan karikatur Nabi Muhammad sebagai kebebasan yang kebablasan, dan turut mengecam keras langkah Charlie Hebdo itu.
"Membuat gambar Nabi Muhammad, apalagi karikatur, bagi umat Islam sangat ditabukan. Ini juga berlaku bagi umat Islam sendiri," tulis SBY. "Membuat karikatur Nabi Muhammad bukan hanya membikin marah kaum yang ekstrim dan radikal, tetapi juga umat Islam secara keseluruhan," imbuhnya.
Menurutnya, hal ini terjadi karena ada perbedaan pangan mengenai arti kebebasan berpendapat di dunia Barat dan Timur. Di Barat, kebebasan itu adalah mutlak dan tidak mengenal batas, sedangkan di Timur kebebasan tetap dijunjung tinggi, namun dengan batasan tertentu.
Namun, satu hal yang disayangkan, hingga saat ini pemerintah Indonesia belum secara resmi memberikan komentar terkait penerbitan kartun baru Charlie Hebdo tersebut. Sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia, harusnya Indonesia menjadi salah satu yang terdepan dalam mengecam hal ini.
Sumber:sindonews
0 komentar:
Posting Komentar