BEIJING: Teramat berbeda dengan Indonesia yang kerap memuja
pendidikan dan nilai barat, China bersikap sebaliknya. Negara ini secara
tegas melarang nilai-nilai barat masuk ke pendidikan mereka.
Menteri Pendidikan China Yuan Guiren berjanji untuk melarang semua
buku universitas yang menganut “nilai-nilai barat”, kata media
pemerintah, yang menunjukkan usaha pengetatan ideologi di bawah
kepemimpinan Presiden Xi Jinping.
“Jangan biarkan buku-buku yang berisikan nilai-nilai Barat masuk ke
kelas-kelas,” ujar Yuan Guiren, seperti yang dilaporkan kantor berita
China, Xinhua, Kamis (29/01/2015).
Dia menambahkan bahwa apapun yang memfitnah kepemimpinan Partai
Komunis China dan menodai sosialisme tidak diizinkan masuk ke
kelas-kelas universitas, seperti dikutip AFP dari Xinhua.
Universitas-universitas China dijalankan di bawah pengawasan Partai
Komunis, yang juga mengontrol diskusi-diskusi sejarah dan topik lain
yang berpotensi untuk mengganggu kekuasaannya.
Partai Komunis sering mengidentikkan konsep pemilihan multipartai dan
pemisahan kekuasaan sebagai “gaya Barat”.China sendiri telah
memperketat kendali atas pendidikan sejak Xi Jinping menjadi pemimpin
partai tahun 2012, dimana profesor yang “vokal” terhadap pemerintah
dipecat atau dipenjara.
Xia Yeliang, profesor ekonomi di Universitas Peking yang terkenal,
dipecat dari posisinya tahun 2013 setelah selama 13 tahun menyuarakan
agar China mengubah kebijakan politiknya.
Xia adalah salah satu penandatangan petisi kaum reformis “Charter 08″
bersama penulis Liu Xiobo, yang tetap dipenjara bahkan setelah menerima
Nobel Perdamaian.
Dia dipecat pihak universitas dengan alasan cara mengajarnya yang buruk. Xia kemudian pindah ke Amerika Serikat tahun lalu.
Sementara pernyataan Menteri Yuan dikeluarkan sebulan setelah Xi
Jinping memerintahkan semua jajaran pemerintah untuk meningkatkan
kepemimpinan partai di universitas-universitas dan “memperkuat dan
meningkatkan pekerjaan ideologis”.
Salah satu provinsi di China pada bulan lalu sempat mengumumkan
adanya rencana untuk mengoperasikan kamera CCTV di kelas-kelas
universitas, yang menimbulkan protes dari kalangan pengacara karena
mengganggu kebebasan akademik.
Pemerintah pada masa lalu memasang peralatan video di kelas-kelas
yang sering mengkritik pemerintah. Kasus menonjol adalah profesor
ekonomi dari suku Uighur Ilham Tohti yang dipenjara seumur hidup atas
tuduhan separatis.
Bukti-bukti yang digunakan dalam pengadilan berasal dari kamera di
dalam ruangan kelas, dan ini dikritik oleh kelompok hak asasi manusia.
China sendiri mengembangkan sistem pendidikan tingginya sejalan
dengan pertumbuhan ekonomi hingga sekarang jumlah universitas dan
perguruan tinggi meningkat lebih dari dua kali lipat dibandingkan dekade
yang lalu.
Sumber: Jejaktapak
0 komentar:
Posting Komentar