China
bersedia menyuntikkan dana kepada Rusia untuk mengatasi krisis mata
uang. Salah satu sumber Bloomberg yang mengetahu rencana tersebut
mengatakan, setiap paket penyelamatan Rusia akan memberikan kesempatan
bagi China untuk mempertahankan dominasi ekonominya.
| |
Seperti
diketahui, Perdana Menteri China, Li Keqiang dalam pertemuan di
Kazakhstan pada 15 Desember lalu mengatakan China siap memberikan
bantuan keuangan untuk mengembangkan kerjasama dalam rangka mengatasi
perlambatan ekonomi. "China siap untuk mengambil langkah-langkah
tersebut secara bilateral dan dengan anggota lain dari kelompok Shanghai
Cooperation Organization (SCO)," ujar Li.
Walaupun pernyataan tersebut untuk perwakilan lima negara yang hadir dalam pertemuan organisasi kerjasama Shanghai, sumber Bloomberg menegaskan, hal itu ditujukan langsung kepada Rusia. Kelompok pertemuan tersebut mencakup Kazakhstan, Kyrgyzstan, Tajikistan dan Uzbekistan bersama dengan Rusia dan China. "Jika Kremlin memutuskan untuk mencari bantuan dari Beijing, itu sangat tidak mungkin bagi pemerintahan China untuk menolaknya," ujar Cheng Jiyun, peneliti senior di The Institute of Russian, Eastern European, Central Asian Studies at the Chinese Academy of Social Sciences, Beijing seperti dikutip Bloomberg. Kabar yang beredar, China telah menggunakan US$ 25 miliar dari cadangan devisanya untuk mendukung pasokan minyak dari pipa Sino-Rusia. Selain itu, China menghabiskan US$ 67,3 miliar untuk membayar minyak mentah dari Rusia. China sebagai importir minyak terbesar di dunia muncul sebagai salah satu pemenang terbesar dari kemerosotan harga bahan bakar. Menurut Mizuho Bank Ltd, penurunan harga minyak 30% bisa menambah 0,3%-0,5% poin untuk pertumbuhan China. Namun, anggapan bahwa Rusia akan meminta bantuan China, dibantah oleh Dmitry Peskov, juru bicara Presiden Rusia, Vladimir Putin. Menurut Peskov, Rusia dan Chian tak membicarakan mengenai bantuan keuangan. Putin juga menepis akan meminta bantuan China. Dalam konferensi pers tahunan, Putin memperingatkan bahwa kemerosotan ekonomi akan terjadi selama dua tahun. Putin menyalahkan AS dan Eropa karena telah menyebabkan krisis di Rusia. Cadangan Devisa Kendati masih malu-malu mengakuinya, uluran tangan China sangat mungkin untuk meredam rubel supaya tidak lebih terperosok lebih dalam. Cadangan devisa China merupakan terbesar di dunia yakni mencapai US$ 3,89 triliun. Sementara, menurut data yang dikumpulkan Bloomberg bulan lalu, cadangan devisa Rusia pada akhir bulan lalu hanya US$ 373,7 miliar. Putin sendiri meminta kepada Bank Sentral Rusia agar tak menghabiskan cadangan devisa untuk mengintervensi rubel. Wang Haiyun, mantan atase militer China untuk Rusia dan konsultan senior menilai krisis Rusia seperti pedang bermata dua. "Jika China terlalu banyak terlibat bisa berisiko terseret ke badai krisis itu sendiri," jelas Wang. Sumber :kontan.co.id |
0 komentar:
Posting Komentar