JAKARTA – Indonesia memiliki peluang untuk menjadi pemimpin (leader)
dibidang teknologi keantariksaan dan kedirgantaraan di kawasan Asean.
Sebab dibanding negara-negara Asean lain, Indonesia telah memiliki
sejumlah fasilitas, sarana parasarana bahkan regulasi keantariksaan dan
kedirgantaraan yang jauh lebih lengkap.
“Potensi menjadi negara paling unggul dalam hal keantariksaan dan
kedirgantaraan sangat besar. Tinggal bagaimana kita memacu
perkembangannya lebih cepat,” kata Menteri Ristek dan Dikti M Nasir
disela seminar nasional bertema Teknologi Keantariksaan Menuju
Kemandirian yang digelar Dewan Penerbangan Nasional RI (Depanri).
Beberapa nilai unggul tersebut antara lain Indonesia telah memiliki
sains antariksa, pusat pengembangan sains cuaca, memiliki industri
penerbangan, mampu membuat satelit mikro, teknologi penginderaan jarak
jauh dan sebagainya. Bahkan Indonesia saat ini telah memiliki regulasi
berupa UU keantariksaan.
Karena itu dalam beberapa kerjasama soal keantariksaan di kawasan
ASIA, Jepang dan China telah menempatkan Indonesia sebagai mitra yang
strategis untuk pengembangan teknologi antariksa ke depan.
“Dalam pertemuan atau forum dikawasan Asia, Indonesia menjadi
pembicara penting dalam hal keantariksaan dan kedirgantaraan,” jelas
Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa (LAPAN) Thomas Djamaludin.
Untuk memberikan acuan dalam hal pengembangan teknologi keantariksaan
dan kedirgantaraan saat ini Depanri tengah menyusun rencana induk
hingga 25 tahun ke depan. Rencana induk tersebut bertujuan mendukung
visi pembangunan Indonesia yakni mewujudkan masyarakat Indonesia yang
mandiri, maju, adil, dan makmur.
Sumber : Poskota
Teknologi Pesawat Sampai Roket RI Paling Unggul di ASEAN
Jakarta (SIB)- Pengembangan teknologi bidang penerbangan hingga
antariksa di Indonesia sudah berkembang. Indonesia dinilai paling unggul
di ASEAN, dalam pengembangan teknologi pesawat, roket, hingga satelit.
Hal ini dikatakan oleh Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa
Nasional (LAPAN) Thomas Djamaluddin, saat seminar nasional Penerbangan
dan Antariksa 2014, di Gedung BPPT, Jalan Thamrin, Jakarta, Rabu
(10/12).
“Posisi penerbangan dan antariksa Indonesia masih lebih unggul,” jelasnya.
Bahkan, beberapa teknologi pengembangan pesawat hingga antariksa Indonesia bisa disetarakan dengan negara maju di Asia.
“Katakan China dan Jepang. Indonesia dipandang sebagai mitra
strategis. Oktober lalu, saya diundang ke China ke pusat pendidikan
antariksa Asia Pacific, kemudian saya juga diundang badan antariksa
China. Awal Desember, saya diundang badan antariksa Jepang. Indonesia
dianggap sebagai mitra strategis,” paparnya.
Thomas menjelaskan, pengembangan roket untuk keperluan riset hingga
keperluan pembawa satelit, Indonesia dibilang terdepan khususnya di area
Asia Tenggara.
“Teknologi roket kita unggul, belum ada di Asia Tenggara kembangkan roket,” jelasnya.
Untuk pengembangan pesawat terbang, Indonesia juga dapat dikatakan
unggul. Indonesia saat ini mengembangkan pesawat penumpang berkapasitas
19 penumpang, yaitu N219.
Tidak hanya itu, LAPAN masuk di dalam pengembangan pesawat tanpa awak
canggih, atau Unmanned Aerial Vehicle (UAV). Program bernama LAPAN
Surveillance UAV (LSU) sudah menghasilkan 5 jenis pesawat tanpa awak,
yakni LSU 01, 02, 03, 04, hingga 05.
LAPAN juga masuk ke dalam pengembangan satelit. Tahun depan, LAPAN
berencana meluncurkan satelit A2 untuk penginderaan jarak jauh.
“LAPAN sudah punya kemampuan khusus untuk pengembangan satelit
sendiri atau satelit mikro, tahun depan diluncurkan. Pengembangan
satelit Indonesia setara Malaysia, Singapura, Thailand,” ujarnya.
Sumber : SIB
0 komentar:
Posting Komentar